BAB 3

4.4K 256 6
                                    

'The more often you interact with someone. Then you will easily dissolve with it.'

*****

Hukum alam jika seorang perempuan dan laki-laki dipertemukan untuk bersatu. Hukum manuisa jika kedua insan itu tidak boleh menyatu. Hukum Elang, tidak ada yang mempan melawan kemauannya.

Kotak makanan yang beberapa menit dia rebut dari anak cupu sekolahan, tak lepas dari genggamannya. Ari, Bagus tanpa Dhika memperhatikan gerak-gerik Elang. Kepalanya terus diputar kekanan- kekiri. Kotak bekal itu sudah memanggil beberapa kali untuk cepat dimakan. Sayangnya Elang tidak mengetahui kode-kode yang di berikan ketiga sahabatnya itu.

"Tau Lang, sumpah lo suka nggak jelas belakangan ini. Tau, ada masalah sama bokap?"

"Diem lo Gus! Gue lagi nunggu Delia," Ari yang tadinya ingin memberikan pendapatnya, mengurungkan niatnya dalam-dalam.

"Delia, siapa Delia? Cewek yang lo ajak pulang bareng tapi nolak itu?" tebak Bagus.

"Bagian nolaknya nggak usah diperjelas kali Gus," Elang mendengus sebal.

"Tau aja lo lupa," kata Bagus lagi yang membuat Elang berhenti megawasi gerbang dalam sekolah.

"Gus, gue heran ya sama lo. Setiap awal mau bicara, lo selalu pakai kata 'tau'. Orang yang lo ajak bicara belum tentu tau Gus."

"Tapi kalian tau apa yang gue omongin kan. Tau gue sih gitu." Sejurus kemudian, pukulan maut mendarat di kepala Ari.

"Ari tidak bersalah kawan, kenapa Ari dipukuli begini?"

"Ar lo diem atau gue tendang!" geram Elang yang suaranya naik beberapa okaf karena kedua temannya tidak mau berhenti bicara seperti ibu-ibu kompleks.

"Mampus lo Ar!" timpal Bagus dan Ari semakin meringsut ke bawah, bersandar di balkon depan kelas.

Segerombol cewek lewat di depan mereka. Seketika ada yang tebar pesona, menyibakkan rambutnya bak model kelas bawah. Juga memperlihatkan lipstik tebal merah yang sangat menggoda, tapi Elang tidak akan tergoda.

"Heh tuh mata mau gue colok pake sisir?" Jane datang dari arah berlawanan, gerombolan itu langsung terpecah bagaikan ada yang membelah.

"Mampus kalian dicolok mak lampir!"Dhika mengumpat dan selanjutnya diam karena sadar Jane lah sebenarnya yang perlu diusir dari sini.

Elang masih menatap gerbang, Edel tidak kunjung muncul.

"Elang, nih gue bawain lo sarapan." Jane menyerahkan kotak bekalnya yang berwarna pink.

"Buat kita aja," celetuk Bagus.

"Iya kita belum sarapan nih. Elang udah punya bekal sendiri, tuh ditangannya." Jane melihat tangan Elang, ternyata benar.

"Itu bekal siapa? Berani banget sih tu orang ngasih bekal ke lo!"

Elang risih,dia turun tanpa memedulikan Jane yang tidak waras itu.

"Apa gue bilang," kata Bagus mengompori.

"Emang lo bilang apa Gus?" Ari bertanya polos.

"Lo diem aja goblok. Gue tuh bersiasat." Bagus menghimpit kepala Ari di ketiaknya.

Sedangkan Dhika, dia mengambil bekal Jane yang dianggurkan dipinggiran balkon. Pemiliknya sudah kabur entah ke mana.

"Lumayan dapet rezeki gratis. Kalian berantem aja sampai subuh, gue mau makan."

"Dhika kutil lo!"

"Dasar tai badak!"

*****

Cose U (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang