5

240 9 3
                                    

Pulang sekolah:
Aku membereskan buku dan alat tulisku. Kulihat haru menatapku dengan tatapan sedih dimatanya. Aku berfikir bagaimana bisa dia menatapku dengan mata seperti itu. Aku bahkan tidak berfikir jernih karena nya. Pikiranku merasa aku sudah melakukan kesalahan yang besar terhadapnya.

"Kau dan haru saling tatap seperti itu, kenapa kalian tidak saling bicara juga?" kata tuti membuatku tersadar sejenak.

Aku memalingkan mata ku dari haru segera. Kurasakan helaan nafas tuti dibelakangku. Aku tau dia mungkin geram karena aku tidak kunjung bicara dengan haru. Tapi, jangan salahkan aku! Mengatakan hal seperti itu membuatku gugup dan tidak berani menatapnya.

"Haru! Seina ingin bicara berdua denganmu!!" suara tuti yang setengah berteriak membuatku membatu. Aku terngangga menatap kearah haru yang menatapku.

"Semangat!" bisik tuti pergi meninggalkanku. Aku mencoba mengapai tangan tuti untuk minta pertanggung jawaban atas apa yang dia lakukan. Tapi tubuhnya lebih cepat menghilang dibanding tanganku.

Aku menatap keharu lagi yang sekarang menyandang tas nya dan berjalan kearahku.

Aku bicara apa sekarang? Berfikir seina! Ayo berfikir!!. Pikirku

"Seina.. Tuti bilang kau ingin bicara denganku?" tanya haru yang sudah berdiri didepan meja belajarku.

"Ng..ya.. Hmm.. Aku.."

"Aku akan dengarkan.. Pelan-pelan saja" ujar haru membalikan kursi kehadapanku, dan duduk disana.

"Aku.. (Bilang saja kau mau minta maaf bodoh!) hmm.. A-aku.. Ah! Aku tidak Bawa bekal hari ini!!" ujarku.

Gawat! Ternyata gengsiku lebih menonjol dibanding rasa cintaku padanya! Batinku.

"Tidak masalah.. Apa kita bisa baikan? Aku merasa aneh karena diam2an dengan pacarku sendiri" ujar haru. Aku tertawa kecil

"Bisa,, tapi ada syaratnya" kataku

"Aku perlu sujud?" tanya haru

"Tidak!! Tentu saja tidakk!!" kataku cepat. Aku tidak akan menyuruhnya untuk melakukan itu kan? Itu keterlaluan sekali. Jelas saja, sebenarnya aku yang menyesal marah2 padanya dulu.
Haru tersenyum dan menatap mataku lurus.

"Lalu, apa syaratnya?" tanya haru

"Jelaskan apa hubunganmu dengan ketua kelas disebelah?" tanyaku mendekatkan tubuhku padanya. Haru tampak kaget sebentar. Kemudian dia tersenyum jahil. Ini pertama kali aku lihat senyumnyaa seperti ini.

"Apa kau cemburu?" tanya haru. Ternyata dia mengodaku. Apa aku juga harus mengodanya.

"Oh, iya lah. Kau dan dia dekat sekali" kataku mencoba merajuk dengan cara menatap instens ke matanya.

"Wah,, ternyata pacarku si pencemburu. Kisah cintaku pasti lebih penuh warna kalau begini.. Haha"

"Ini tidak lucu!" kataku kesal

"Aku tau. Ini garing.. Dia bukan siapa2ku" ujar haru mengapai tanganku. Aku menatapnya kaget.

"Kau lebih dari segalanya" kata haru melanjutkan ucapannya

"Apa kau sedang gombal?" tanyaku. Haru tertawa. Aku membalas genggaman tangan haru.

"Gombal pada pacarku tidak masalah kan?" tanyanya setelah tertawa lebar tadi. Aku cemberut.

"Gombal sih boleh.. Asal jangan bohong!" ketusku. Haru mencubit pipi kiriku dengan gemas. Aku merintih kesakitan

"Awwh!! Hentikan!!"

"Aku tidak bohong. Aku jujur. Jadi,, kita baikan?" tanya haru. Aku diam sejenak.

"Ada syarat lain?" tanya haru

"Ada.." kataku. Aku buru2 melepas genggaman tangan haru dan mencubit pipi dan mengigit hidungnya. Haru berteriak kesakitan dengan apa yang kulakukan.

"Ahhhkkkk!!!! Apa yang kau lakukan?!!"

"Itu hukuman.. Kau pantas menerimanya" kataku tersenyum jahil.

"Awas kau ya!!" teriak haru mencoba menangkapku yang mencoba menghindarinya.

Aku pikir aku tidak akan pernah lagi bisa berbaikan dengan nya. Tapi, ternyata aku bisa kembali seperti sebelumnya. Memiliki pacar ketua kelas yang awalnya sok keren. Tapi, sekarang lebih keren. Keren karena sudah mau Mencintaiku😁😁

The end..

#maaf gaje

My Boyfriend Is Chair ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang