Part 2 : Ready

482 27 10
                                    

Entah sudah berapa lama mereka berada di posisi tak nyaman seperti ini, bersembunyi di pojokan kelas, bergabung bersama debu-debu.

"Kayaknya udah aman deh," kata Amos.

"Mos, kita nggak bakal tau apa yang ada di luar. Bisa aja ada sesuatu yang nunggu kita di luar," kata Tara bergetar.

Amos berdiri dari duduknya dan keluar dari persembunyian mereka, membuat semua tersentak kaget.

"Mos, lo ngapain?! Nanti kita ketauan!" Pekik Tara tertahan. Ia berusaha menarik tangan kekar Amos agar duduk kembali.

"Mau sampe kapan kita disini? Harus ada yang ngecek keluar."

Amos berjalan dengan tenang sambil membawa patahan kursi yang dia ambil dari lantai. Ia berbalik sebentar.

"Ada yang mau ikut gue?" Tanyanya.

Kirana terdiam. Ia tahu di balik ketenangan dalam suara Amos, lelaki itu juga ketakutan. Dia butuh seseorang untuk menemaninya.

"Gue ikut."

Semua menoleh ke sumber suara. Tara berdiri menyusul Amos dan memegang ujung jaket lelaki itu.

"Ambil kayu apa aja, Tar. Buat perlindungan," perintah Amos.

Nada suaranya menyiratkan kelegaan karena akhirnya ia tidak perlu pergi sendirian menantang maut.

Tara mengambil bongkahan kayu dari kaki meja.

"Kita pergi dulu ya," kata Tara sambil tersenyum menenangkan, yang lebih mirip ringisan gugup.

♤♤♤

Sudah 1 jam berlalu dan kedua orang itu belum kembali. Hal itu membuat Kirana dan Adeline ketakutan setengah mati.

"Kok mereka belom balik sih?" Bisik Adeline gusar.

Mereka terdiam kembali, memusatkan seluruhnya untuk mendengar suara yang ganjil, tapi nihil. Tidak terdengar suara apapun dari situ. Hanya suara pohon yang bergoyang, jangkrik yang entah ada dimana, dan angin malam yang menghembus dengan mencekam.

Adeline tampak mengintip sesekali dengan penasaran, "Aneh banget. Kok mereka nggak balik-balik ya?"

"Tunggu lima belas menit lagi. Kalo sampe mereka belom dateng, kita terpaksa keluar dan cari mereka," kata Jonathan gusar.

Semua menunggu selama 15 menit. Benar saja, kedua orang itu belum juga kembali.

Jonathan berdiri pertama kali.

"Yuk, kita harus cari mereka."

"Gue takut, Jo," cicit Kirana.

"Na, kalo lo sendirian disini, malah lebih serem lagi. Mending kita sama-sama. Jangan lagi ada yang berpencar. Oke?" Kata Jonathan berusaha menenangkan.

Mereka berempat berdiri dan bergegas membereskan perlengkapan mereka.

"Bawa ransel sekalian aja. Jaga-jaga," kata Rian yang disambut anggukan ketiganya.

Mereka berjalan keluar kelas. Kirana menatap jam tangan yang melilit pergelangan tangannya.

"Baru jam sepuluh malem. Rasanya kayak udah lama banget deh," katanya.

Malam yang makin mengundang suasana seram membuat bulu kuduk mereka berdiri.

"Kita masuk ke satu-satu kelas ya. Jangan ada yang teriak-teriak. Siapa tau ada orang lain selain kita," titah Rian.

Mereka berjalan turun menuju lantai satu. Mengecek tiap konter yang ada di kantin. Lanjut ke lapangan, mengecek di sela semak-semak. Lanjut ke toilet perempuan dan laki-laki.

Run or Dead [5/5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang