Part 3 : Set

435 28 13
                                    

Tubuhnya tergantung menyedihkan. Matanya tertutup rapat. Lehernya terikat tali tambang, membuat kerutan menyeramkan pada lehernya.  

"Ada amos nggak di dalem?" Tanya Kirana.

Karena tak mendapat jawaban dari kedua sahabatnya, ia pun membuka pintu toilet pria dan seketika menjerit histeris.

Dengan takut, ia menghampiri tubuh kaku Amos dan hampir menyentuhnya. Tetapi Jonathan keburu menarik pergelangan tangan gadis itu.

"Jangan, nanti sidik jari lo nempel di tubuh dia."

"Terus kita bakal tinggalin dia sendirian?"

Mereka terdiam. Tiba-tiba pintu menjeblak terbuka dan Adeline masuk diiringi dengan tatapan horrornya. Matanya berkunang-kunang dan tubuhnya kehilangan keseimbangan. Rian dengan sigap menghampirinya,

"Lo nggak apa-apa?"

Adeline sempat menggeleng sebentar lalu semua menjadi gelap.

♤♤♤

Bau minyak kayu putih merasuki indra penciuman Adeline.

"Udah enakan?" Tanya Rian.

Adeline menatap mata lelaki itu dan mengangguk lemah.

"Nggak usah maksain diri. Kirana sama Jo lagi coba cari Tara."

Adeline terdiam. Ia menatap langit-langit ruangan lalu menatap Rian kembali.

"Kita dimana?"

"UKS."

"Gue nggak mau misah sama yang lain. Kalo kita nggak barengan, salah satu dari kita bakal mati," bisik Adeline lirih.

Rian hanya mengedikkan bahu, "Mereka cuma ngecek pintu gerbang. Kalo aman, kita kabur. Kalo kekunci, kita bakal cari jendela terdekat yang bisa dipecahkan."

"Kalo nggak ada jendela pendek yang bisa dipecahin? Gue liat kemaren jendelanya banyak yang udah dipaku sama kayu."

Rian terdiam sejenak, "Berarti kita harus lawan pembunuh itu."

Adeline kembali memejamkan matanya dengan lelah. Ia lelah dengan segala hal yang terjadi. Rasanya seperti mimpi. Kedua sahabatnya, yang menemani masa-masa indah SMA malah tewas mengenaskan.

"Pintu gerbang kekunci. Kita nggak bisa keluar dari situ."

Rian dan Adeline sama-sama menoleh ke arah Jonathan yang setengah tersengal.

"Sekarang jam berapa?" Tanya Adeline.

"Jam 12, Del. Lo belom makan. Gue ada snack yang bisa lo makan," tawar Kirana sambil membuka ranselnya.

"Nggak usah, Na. Kita cari cara buat keluar dulu," ujar Adeline yang disambut anggukan ragu Kirana.

Mereka berjalan menuju kantin dan duduk di pojokan.

"Kita berempat jangan misah-misah dulu deh. Kita harus lawan pembunuhnya bareng-bareng."

Semua terdiam mendengar perkataan Rian.

"Gue nggak mau ngelawan pembunuhnya," ujar Kirana.

"Harus, Na. Menyerang sebelum diserang," balas Rian.

"Dimana kita bisa cari pembunuh itu?" Tanya Jonathan ragu.

Rian bangkit dari duduknya, "Ayo, kita cari."

♤♤♤

Jonathan mengernyitkan dahinya bingung, "Kok kelas itu lampunya nyala ya?"

Semua mengarah ke satu titik yang disebutkan lelaki itu. Kelas 11 IIS 1 yang terletak di lantai 3. Lantai yang baru saja mereka datangi.

Run or Dead [5/5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang