***
Malam setelah pertemuan Maggie dengan Sam, saat itu juga Maggie harus mengikuti perintah lelaki itu, Mau tidak mau, suka atau pun tidak suka. Menurut Maggie cinta adalah uang. Tanyakan kepada seribu wanita Los Angeles, apa ada yang mau hidup menjadi gelandangan miskin? Jawabannya tentu tidak ada.
Hidup itu uang bukan cinta. Kau bisa mati jika hanya mengandalkan cinta. Satu kata kosong yang tak berguna. Maggie kini terbaring di atas kasur empuk berwarna putih di salah satu kamar hotel milik Sam. Mereka adalah pasangan dewasa. Barusaja mereka melakukan hubungan intim.
"Ini ATM dan juga kunci Bentley untukmu. Ingatlah bahwa sekarang kau milikku," ujar Sam sembari memberi apa yang dia maksudkan. Maggie kegirangan sebab Sam memberikan ATM seakan benda kecil itu cuma kartu nama?
Maggie mengambil ATM dan kunci Bentley pemberian Sam sembari sumringah. Tujuan hidup Maggie adalah kemewahan dan kini Sam bisa memberikan semua itu. Kenapa tidak dari dulu saja Maggie bertemu lelaki itu?
Maggie tersenyum riang. Apa yang dia harapkan kini menjadi miliknya. Tidak perlu susah payah mengemis lagi, dalam sekejap kehidupan mewah Maggie kembali. Semuanya instan tidak seperti dia yang dulu selalu memohon pada Ayahnya agar diberi uang. Sam mengamati wanita itu sambil meneguk vodka di dalam gelas mewah. Bagi lelaki itu cinta adalah pengorbanan. Bagaimana kau mengorbankan hartamu untuk orang yang kaucintai.
Dia dan Maggie adalah pasangan Simbiosis mutualisme, saling menguntungkan satu sama lain. "Ganti pakaianmu sekarang. Kita akan menghadiri acara bersama artisku," kata Sam datar. Pria itu punya banyak urusan dalam industri hiburan. Maggie mendengus kesal. Apa dia harus ikut? Rencananya ia ingin jalan-jalan mengelilingi kota Los Angeles dengan Bentley barunya.
Semua kesenangan Maggie sirna karena ucapan Sam. Pria dingin nan misterius baginya. Bagaimana bisa ada cinta pada pandangan pertama. Mungkin pria itu tidak laku sampai harus menggunakan cara kotor menjerat dia. Tunggu, yang setampan itu tidak laku di Hollywood?
"Apa aku mesti ikut? Di dalam surat perjanjian tidak ada kalimat yang menegaskan aku harus ikut di setiap acaramu," sela Maggie kesal.
Inikah kehidupan barunya? Yang dia bayangkan mewah tanpa harus peduli dengan Sam. Justru sekarang dia malah masuk ke dalam lubang kehancuran. Dia telah terperangkap, dia akan menjadi wanita tersibuk. Dan itu bukan dunia Maggie. Dunia fia hanyalah hura-hura dan foya-foya. Sam tertawa melihat ekspresi kesal Maggie.
"Kau itu milikku, Nona Margareth. Dan kau sudah menyetujui itu kemarin tanpa berpikir lebih lanjut. Itu adalah risikomu yang gegabah tanpa berpikir," balas Sam disertai senyum miring. Maggie merasa ditipu. Dia memikirkan cara mengelak dari pria itu.
Namun tak ada satu pun yang ia pikirkan sekarang. Poin pertama perjanjian itu sudah jelas bahwa dia diperbudak? Akhirnya dia pasrah dan bangkit menuju kamar mandi.
"Oke, kali ini aku menuruti kemauanmu," kata Maggie datar, "tapi nanti tidak akan kuturuti. Ingat itu!" Maggie berlalu dan masuk l kamar mandi. Dia masih punya harga diri dengan mempertahankan kesombongannya. Sam terkikih saat mendengar kalimat wanita itu.
"Cantik dan bodoh merupakan perpaduan yang hebat. Kau memang cocok jadi wanitaku," batin Sam.
Selagi menungggu Maggie selesai mandi, Sam menatap ke arah luar hotel hingga pemandangan kota Los Angeles tampak jelas di mata coklatnya. Kota Hollywood, tempat para artis dunia bekerja. Kiblat dunia hiburan.
Indahnya Los Angeles justru mengingatkan Sam pada Maggie. Wanita itu? Sungguh metropolitan. Otak lelaki itu terus memutar ingatan tentang ekspresi kesal Maggie di kepalanya. Dan itu bagaikan sebuah candu. Sam suka ekspresi itu. Dia tahu betul cara menjerat wanita itu.