Maafkan aku, mar. Maafkan aku.
Andai saja Amar adalah ia. Tidak, mereka tetap tak sama. Bagai air dan api. Dan aku hanya menangisinya. Sungguh cerita sinetron di dunia nyata, aku menyukai orang yang sukanya sama orang lain. Aku hanya bisa tertawa, sekarang aku rindu kau. Aku cinta kamu, mar.
Matamu menatapku, meminta penjelasan kenapa memanggilmu malam-malam. Aku hanya ingin bilang isi hatiku. Cuma itu, tapi mungkin penting bagimu. Kau satu-satu dalam hidupku. Dan kau berarti. Aku sadar berapa luka yang sudah menggores hatimu.
Aku menangis tersedu-sedu di depanmu. Hanya di depanmu. Penampilanku yang jelek dan semua kejadian memalukan, hanya kamu yang tahu. Bukan pria itu. Benar, kan? Ya, aku sadar sekarang. Tapi, apa yang harus kulakukan.
"Aku cinta kamu, Mar."
Mendengar itu. Bagai suara surga untukmu. Sebab, kau amat menyukaiku. Aku permata di matamu. Saking senangnya suaramu tercekat, tak mampu berteriak. Namun, kau tak pernah tahu mar.
Kepalaku hampir pecah memikirkannya sampai aku memilih berlabuh di hatimu. Harusnya kau yang kumau, kan? Benar, kan?
Aku cinta kamu, Mar! Terima kasih sudah mencintaiku.
Lalu kau mulai mencerocos lagi, ceria setelah sekian lama kita tak bertemu dan aku mengakui. Aku takluk pada hatimu yang setia itu. Kau bilang ini, itu, ini lagi. Cerita tentang hidupmu, menampilkan bakatmu, dan lain sebagainya. Aku hanya tersenyum samar karena itu. Tahukah kau, kalau kau membuatku bahagia? Mari menikah.
Air mataku jatuh. Aku rindu kamu. Benarkah? Kenapa, ya? Padahal kamu selalu di depan mataku, mar. Kamu selalu ada. Dan aku memiliki perasaan padamu, benar begitu, kan? Jawab aku! Siapa pun tolong aku.
Kau mendekat, meredakan isakku. Namun, tak berhasil. Kamu memelukku. "Sudah, jangan nangis."
Kamu tak tahu apa yang membuatku menangis, kan? Tidak, kamu tahu, sangat tahu. Haruskah hubungan kita berlanjut? Kenapa kau tak coba tanyakan perasaanku? Kenapa kau tidak tanya kenapa aku menangis? Kenapa kau hanya menyuruhku diam? Lalu, kenapa tidak kita akhiri sekarang? Tidak, biarlah begini. Biarlah kau hidup dengan membohongi dirimu sendiri, dan biarlah aku membohongi sanubariku. Kita hidup dalam kebohongan. Kamu sudah pasti tahu.
Aku cinta dengan di ............................................................................. a.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Novela JuvenilKumpulan Cerpen dengan semua genre. (Hanya fiksi belaka, karya : RujakRezakIshaq) Teruntuk pembaca. :)