PART I : THE WOMAN WHO CAN'T MOVE ON
--------------------------------------------------------------------------
Memulai segalanya dari awal tidaklah mudah, apalagi ketika memori masa lalu terus mengejarmu hingga ke pelosok dunia manapun...
Banyak yang mengira kalau aku adalah orang yang begitu penyabar. Lemah lembut bahkan bijak. Namun itu semua salah. Tidak ada dari satu pun yang sesuai denganku. Aku jauh sekali dari kata penyabar, lemah lembut ataupun bijak. Kalau memang salah satu dari sifat tersebut tertanamkan di dalam diriku, mungkin saat ini aku tidak akan pernah kehilangan cinta yang sebaik mungkin aku tanam dan pupuk. Mungkin saat ini justru aku yang bersanding di pelaminan dengannya, bukan wanita lain yang semata-mata dinikahinya untuk membalas perbuatanku. Aku tidak menyangka cintaku padanya-lah yang justru membunuh hubunganku dengannya perlahan-lahan.
Andaikan aku tahu itu, sudah pasti akan kujaga dengan baik cintaku padanya sehingga jangan sampai cintaku itu membunuh hubungan kami.
Andai saja...
Andai saja...
Andai saja...
"Ms. Sekar, you've got an emergency call from Indonesia on line one." Pooja-sekertarisku yang berkebangsaan India itu menelfonku melalui landline.
Sudah hampir satu tahun aku mengungsi ke Singapura demi menata kembali hidupku yang berantakan karena hancurnya percintaan dan rencana masa depanku. Kepindahanku ke Singapura juga bukan semata-mata karena aku menghindari masa laluku dan memulai hidupku yang baru, tapi karena aku ingin memberikan kebahagiaan untuk sahabatku, Yura dan Kafin. Dengan keberadaanku di Indonesia sama sekali tidak membantu perkembangan hubungan keduanya juga diriku dalam rangka berdamai dengan masa lalu. Pekerjaanku sebagai interior designer di perusahaan konstruksi multi nasional milik Singapura juga-lah yang menjadi salah satu alasanku untuk menetap di negeri singa ini.
"Please kindly tell whoever it is that I am busy, Pooja. Take the message for me."
"She won't budge, Miss. She said it is an emergency and you need to take it by yourself. She won't leave a message."
Dahiku mengernyit. Siapa yang meneleponku dan memaksa untuk berbicara langsung denganku? Apakah itu mama? Tapi mama pasti akan langsung menelfon ponselku, tidak melalui Pooja. Aku mengecek ponselku yang terletak tidak jauh dari tangan kananku yang tengah menggambar beberapa sketch furnitur-ku yang sedang dalam proses pengerjaan dan akan segera launching. Ya, selain bekerja di perusahaan kontraktor, aku juga memiliki bisnis furnitur modern yang ditangani oleh mamaku dan adik lelakiku, Satya, di Indonesia. Aku meringis pelan, ternyata ponselku habis batere, sudah pasti mama akan meneror Pooja.
"Is it my mom on the line?" tanyaku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound By Memory
General Fiction[Visibility cerita ini hanya untuk followers. Jika ingin membaca, diharapkan mem-follow terlebih dahulu.] Mencintai seorang Wardana Yanuar Ramadi adalah hal termudah yang pernah Sekar Alamanda Bacharuddin lakukan. Berbanding kebalik dengan Dana ya...