"Tuan putri kita pulang aja yuk. Soalnya nanti kalo ketahuan sama tuan besar dan nyonya. pasti Nana yang terkena omelan Tuan Besar!"" Nana, kamu itu bagaimana sih? Sabar sedikit! Sebentar lagi rusanya terkena panahku", kataku sambil tidak memperdulikan Nana.
" Tuan putri sekarang di daerah ini Kaisar dan Jendral Phan beserta ayahanda putri sedang berburu. Saya mohon Tuan putri pulang saja ya. Nanti kalo ketahuan bisa-bisa kepala Nana jatuh di tanah nih", rengeknya.
"Huss, mulut jangan berbicara yang seram dan aneh begitu Nana! Tidak mungkin ayahanda memberi kamu hukuman penggal. Paling juga pukulan 20 kali di pantat indahmu". Lagi-lagi aku menghiraukan rengekan Nana.
"Tapi Tuan putri tetap saja yang merasakan sakitnya itu saya. Dan itu menyakitkan sekali Tuan putri!!"
Aku tidak memperdulikan Nana pelayan pribadi ku. Aku tetap fokus dengan serius melihat rusa yang ada disana kemudian memasang anak panah di busurku. Ketika sedang bersiap-siap memanah tiba-tiba rusanya lari karena mendengar adanya keributan yang juga membuat aku mengalihkan pandangan kesana. Aku melihat seorang pria menunggang kuda dikejar banyak orang yang mamakai jubah hitam yang menutup semua muka mereka yang hendak membunuh pria tersebut. Mengikuti perasaan, aku langsung mengarahkan panah untuk memanah orang berjubah hitam tersebut, mengalihkan perhatian sambil membantu pria itu melarikan diri. Hasilnya perhatian kawanan jubah hitam itu beralih ke diriku.
"Tuan putri ayo kita lari!!", kata Nana padaku sambil menarikku.
"Sebentar Nana, aku harus menolong pria itu", aku melepaskan tarikan Nana dan langsung mengeluarkan pedang karena posisi pembunuh itu sudah kian mendekat ke arahku. Pria yang sedang dikejar itu terjatuh dari kudanya karena terluka oleh salah satu kawanan jubah hitam yang berhasil mengejarnya dan mencoba membunuhnya. Dengan cepat aku segera berlari ke sana dan menolongnya. Aku mengeluarkan semua kemampuanku dalam berpedang dan menghajar si pembunuh sampai mundur.
Karena hanya tersisa 2 orang, sisa kawanan itu langsung kabur melarikan diri. Dasar pengecut. Aku mengangkat busur ku tinggi kearah atas dan mengarahkannya tepat ke arah pembunuh yang kabur itu. Keistimewaan busur panahku ini adalah diperuntukan pria saja dan tidak biasa dipakai seorang perempuan. Ibunda selalu melatihku menggunakan busur pria karena ibunda sendiri lebih suka menggunakan busur yang diperuntukkan pria. Terkadang aku berpikir bagaimana caranya ayahhanda mengimbangi kekuatan bunda. Anak panahku berhasil mengenai salah satu pembunuh itu tepat di punggungnya. Namun pembunuh itu masih berhasil kabur walau terkena anak panahku.
Melihat keadaan sudah sedikit aman karena si pembunuh sudah benar-benar kabur, aku segera menghampiri pria yang nyaris terbunuh itu
"Tuan, anda tidak apa-apa?", tanyaku sambil memeriksa keadaanya dari atas sampai bawah. Melihat ada luka di lengannya. Aku menyobek kain di lenganku dan menghentikan darah dan membalut lukanya. Aku berusaha untuk memapahnya dan dia mengerang menahan sakitnya.
"Tuan, sudah saya tutup luka anda. Kalau boleh tahu kenapa mereka mengejar anda ?" tanyaku sambil berusaha memapahnya.
"Terimakasih anak muda, sudah menolong saya. Kebaikkan anda tidak akan saya lupakan.
Sebelum itu bolehkah saya minta tolong anak muda untuk mengantarkan saya ke arah sana?" kata pria itu menunjukkan arah yang dimaksud, sebelum dia hampir hilang kesadarannya.
"Boleh, tetapi anda belum menjawab pertanyaan saya", kataku sambil berusaha agar dia tetap sadar.
Nana datang berlari menghampiri aku dengan cemas. " Tuan put... Ups.. Tuan muda. Anda ada yang terluka?"
YOU ARE READING
Open pre order
RomanceSinopsis Lie Diao Chan gadis 17 tahun, anak pertama dari seorang jendral perang kesayangan Kaisar yang bernama Jendral Lie. Suatu ketika dimana Diao Chan sedang berburu dengan pelayannya Nana, dia menolong seorang pria yang hampir mati akibat kawana...