Part 2

308 19 0
                                    

Tak lama kemudian Sang kaisar pun tersadar dan merintih pelan.

"Yang Mulia, anda sudah sadar? ", kata Jendral Lie yang berdiri di sebelah peraduan sang kaisar.

Jendral Phan segera memanggil tabib untuk memeriksa kaisar kembali dan anak Jendral Phan tetap berdiri menjaga diluar tenda kaisar. Tabib pribadi Kaisar itu bernama Tabib Yu datang memasuki ruangan dan memeriksa denyut nadi kaisar melalui pergelangan tangannya.

"Denyut nadi anda sudah normal Yang Mulia. Untung saja ketika anda terluka sudah diberikan beberapa pil dan olesaan obat. Sungguh pertolongan pertama yang sempurna. Seandainya saja masih ada racun bersisa di luka anda akan bebahaya ntuk nyawa anda.  Namun berkat olesan dan steril dari orang yang menolong anda membuat racun tersebut jadi tidak berkasiat. Saya jadi penasaran Yang Mulia. Siapa yang menolong anda waktu itu. Karena kalau saya tau orangnya. Saya ingin dia ikut saya dan masuk istana menjadi asisten saya." Tabib Yu sangat memuji akan kehebatan orang yang menolong Kaisar itu.

" Aku juga tidak tau Tabib Yu. Seorang anak muda yang berparas tampan, yah lebih tepatnya cantik. Dan utang budi ini tidak akan saya lupakan. Jendral Lie! Jendral Phan !" Dengan segera Jendral Lie dan Jendral Phan tergopoh-gopoh masuk mendekat di peraduan sang kaisar.

"Hamba disini Yang Mulia," jawab serentak oleh kedua jendral itu.

"Aku ingin kalian mengusut siapa pembunuh yang mengejar aku itu dan aku ingin tahu siapa pemuda yang menolong aku ", perintah Sang Kaisar.

Jendral Lie dan Jendral Phan saling bertatapan ketakutan, karena mereka tau siapa pemuda yang menolong Sang Kaisar. Namun bagaimana harus berkata? Dengan berat hati Jendral Lie maju dan berlutut dengan sangat-sangat dalam. Sedangkan Jendral Phan keluar memanggil anaknya Panglima Phan yang sedari tadi sedang berjaga diluar kemah Sang Kaisar.

"Yang Mulia, ampuni hamba karena tidak bisa menjaga anda saat perburuan itu," Jendral Phan beserta anaknya yang baru masuk pun langsung ikut berlutut meminta pengampunnan dan tertunduk dengan dalam-dalam.

"Saya akan segera mencari siapa pembunuh itu Yang Mulia", kata Panglima Phan yang merupakan anak Jendral Phan. "Hamba mohon diri terlebih dahulu Yang Mulia." Panglima Phan mengundurkan diri untuk mengusut siapa pembunuh itu setelah mendapat anggukkan dari sang kaisar.

"Aku tidak menyalah kalian semua. Aku juga turut bersalah karena telah meninggalkan kalian terlalu jauh. Tapi yang terpenting saat ini kita harus mencari siapa pembunuh itu. Lalu aku ingin tahu siapa pemuda itu!"

Jendral Phan dan Jendral Lie saling bertatapan. Akhirnya sambil mendesah jendral lie menunduk lebih dalam lagi.

"Ampuni hamba Yang Mulia, pemuda itu adalah anak hamba," kata Jendral Lie dengan sedikit takut.

"Jendral Lie, bukankah anak anda hanya seorang putra yang masih berumur 10 tahun? Sedangkan pemuda itu aku perkirakan berumur 14 tahun," tanya Sang Kaisar yang sedikit tidak percaya dengan pengakuan Jendral Lie.

"Pemuda itu anak perempuan hamba yang mulia," kata Jendral Lie gemetar.

Kaisar Xi muda yang saat ini berumur 38 tahun sangat terkejut. "Anak perempuan anda?! Dia bisa menggunakan pedang dan panah semahir orang yang ahli dan bisa mengobati seahli tabib terbaik. Kenapa anda tidak pernah mengatakannya? Dan dia seorang gadis?!"

"Maafkan saya Yang Mulia, anak perempuan saya memang memiliki kesukaan yang bisa dibilang aneh. Dia sangat suka melakukan segala sesuatu dan mempelajari segala sesuatu dengan sempurna. Namun dia tetaplah seorang wanita. Saya mohon ampunilah dia yang mulia atas kekurang ajarannya pada anda. Karena anak hamba tidak tau bahwa anda adalah Kaisar, " Jendral Lie berkata sambil takut-takut

Open pre orderWhere stories live. Discover now