Saat jatuh cinta, pasti punya keinginan untuk memiliki orang tersebut. Katakanlah munafik pada mereka yang berkata bahagia meski tak dapat memiliki.Aku bukan orang munafik. Aku ingin dia. Bukannya terobsesi. Hanya saja aku tampak tak waras apabila mata tak menangkap bayangnya.
Gadis manis bergingsulku. Pastilah nanti jatuh juga dalam dekapan. Karena memang tak ada yang tidak mungkin, untukku.
-------
"Ini oleh-oleh buat kalian. Sorry gue kemarin cuma sebentar, jadi yang kebeli itu deh." ucap Jeje sambil membagikan satu persatu bungkusan untuk kami."Scraf Alexander Mcqueen ya?" kali ini Sendy yang membuka suara.
"Makasih ya, bisa jadi koleksi nih." Timpal Naomi.
Seperti biasa, setiap dua minggu sekali aku dan tiga temanku selalu mengadakan acara kumpul-kumpul yang telah menjadi rutinitas kami. Kali ini berada di rumah Jeje, dan akan bergantian setiap pertemuan berikutnya.Jika wanita berkumpul, obrolan tak akan jauh-jauh dari gosip, fashion, dan laki-laki. Kini Sendy si pemilik distro terkenal di Jakarta yang sudah banyak memiliki cabang hampir di seluruh Indonesia sedang menceritakan gebetan barunya.
"Dia tinggal di London, maka itu gue bingung mau nerima apa enggak. Masalahnya gue gak betah LDR.""Cari yang deket aja, biar bisa ketemuan terus. Orang sini juga ganteng-ganteng kok."
"Yee gue kan juga pengen punya keturunan campuran. Mentang-mentang situ udah keturunan Taiwan." bantah Sendy pada Naomi.
Siapa tak kenal dengan Naomi. Aktris papan atas yang namanya berada di puncak saat ini. Meski tak terlalu tinggi, ia memiliki tubuh yang sexy. Wajah orientalnya mampu membuat semua terkagum.
"Lu pada ributin apaan sih? Gue yang cantiknya ngalahin Veranda aja diem."Sontak setelah berkata seperti itu Jeje mendapatkan banyak pukulan bantal sofa dari Sendy dan Naomi.
Dari ketiga temanku inilah hanya Jeje yang masih meneruskan usaha orangtuanya. Orangtua Jeje memiliki sebuah usaha pembuat anting. Anting itu didesain, dibuat, dan hanya dijual di toko miliknya sendiri. Kebanyakan orang-orang menengah ke atas yang banyak berkunjung ke tokonya.
"Tumben Ve, dari tadi diem mulu. Sariawan? Apa wine nya kurang? Biar gue ambil lagi." tawar Jeje.
"Enggak kok, cuma lagi capek aja."
Dan inilah aku, Jessica Veranda seorang....
"Permisi, ada yang nyariin mbak Jeje." ujar salah satu asisten rumah tangga."Suruh masuk aja. Siapa ya? Udah malem, hujan lagi."
Tak lama asisten datang kembali bersama seorang gadis berambut sebahu yang basah kuyup. Sneakers usang, celana sobek dibagian lutut, dan jaket parka hijau tua yang ia kenakan semua basah terkena air hujan.
"Astaga Nal! Lo kok basah semua kayak gini!"
"Hehehehe iya Je. Motor gue mogok jadinya dorong deh, terus kehujanan. Lupa gak bawa jas hujan lagi."
Gadis itu sangat berantakan. Sendy dan Naomi juga tak henti menatapnya, menelitik dari atas hingga bawah.Jeje beranjak dari duduknya menghampiri orang yang ia panggil 'Nal' itu dan membawanya pergi dari ruang tamu.
Kami bertiga lantas diam menatap satu sama lain. Bertanya-tanya dalam keheningan, siapakah gerangan si gadis berantakan? Seperti Jeje telah mengenalnya begitu lama, namun kami tak mengetahui apapun.