Aron: Kebenaran

53 3 0
                                    

       "Bagaimana kabar sang putri?"  Tanya Arion ketika putranya menghempaskan tubuh ke sofa satin ruangan keluarga. Aron menghela nafas berat.
      "Masih ambigu yang sama." Jawabnya singkat. "Tidakkah seharusnya aku kembalikan saja ingatannya, ayahanda?"
      Arion tersenyum tipis mendengar pertanyaan putra sulungnya. "Jika ingatannya kembali, apa kamu baik-baik saja?" Balasnya bertanya.
     "Aku tahu, ini takkan baik untukku maupun dengan DarkMoon." Jawabnya. "Lara masih mengira dirinya manusia biasa, dan aku merasa cukup dengan keadaannya saat ini, setidaknya."
     "Ya, nikmati saja waktumu bersamanya. Toh kerajaan SunEarth belum tahu bahwa kita sudah menemukan tuan putri." Ujar Arion.
     "Kenapa tidak manfaatkan keadaan ini demi kebahagiaanmu, kakanda?" Tanyanya sebuah suara tiba-tiba. Arion dan putranya menoleh ke arah suara itu, keduanya mengernyitkan dari melihat Orion, pangeran bungsu yang entah sejak kapan muncul dan mendengar pembicaraan mereka.
      "Kamu ini, selalu saja menggunakan kekuatan semaumu." Gerutu Aron melihat adiknya yang langsung mengambil posisi duduk di sisinya. Sang ayah tersenyum melihat kedua putranya.
    "Apa rencanamu kali ini Orion?" Tanyanya sang raja pada pangeran termuda.
     Orion menyeringai penuh makna, ia pun menjelaskan rencananya menyatukan sang kakak dengan putri SunEarth demi kebahagiaan keduanya, dan keuntungan bagi kerajaan DarkMoon.
      "Aku tidak bisa melakukannya." Tolaknya. Arion dan Orion terkejut dengan penolakan Aron.
     "Bukankah menikahinya adalah tujuanmu?" Tanya Orion dengan nada tak percaya. Aron menghela nafas berlebih.
    "Ya aku memang ingin menikahinya. Tapi bukan begini caranya." Jawabnya gusar.
    "Sudah setahun kamu menjaga rahasia ini dengan baik, Ananda. Ini saatnya kalian membawa hubungan itu ke arah yang pasti." Timpal Arion.
    "Tapi ayahanda..."
    "Sudahlah, begini saja, sebelum keberadaan tuan putri diketahui oleh LightMoon, bertunanganlah!" Perintah sang ayah. "Kalian bisa menikah nanti setelah mendapat restu dari raja Andromeda." Ucapnya membuat Aron terkulai tak berdaya, misinya kali ini sungguh jauh dari harapannya.
***
    Aron melangkah masuk ke kafe Amore tanpa semangat, seolah perbincangan kemarin malam adalah hukuman gantung yang mencekik hidupnya. Setahun sudah ia menyembunyikan identitas sebenarnya dari Lara, dan tak secuil pun kekuatannya ia gunakan kepada gadis itu selain keahlian kecilnya menghentikan waktu, untuk membisikkan ke sanubari terdalam sang putri dan mencuri hatinya.
     "Menu biasa, hm?" Tanya sebuah suara lembut menyadarkannya. Aron terhenyak, ia mengangguk dalam senyum.
     Lara menyajikan makanannya seraya duduk di hadapan Aron yang masih tenggelam dalam pikirannya sendiri.
    "Wahai pangeran ku tersayang, apakah sesungguhnya yang mengganggu pikiranmu sehingga senyummu bersembunyi dibalik awan gelap itu?" Tanyanya dengan nada dan ekspresi bak aktris opera sabun. Aron tertawa kecil melihat kekasihnya, jauh dilakukan hatinya ia merasa bahagia hanya dengan keadaan seperti ini, tanpa kekuasaan, tanpa kekuatan, tanpa ambisi.
     "Wahai tuan putri tersayangku, aku hanya sedang memikirkan apakah sudi kiranya engkau meluangkan waktumu untuk menjauh dari rutinitas dan pergi ke sebuah negeri tanpa nama hanya berdua denganku?" Balasnya bertanya. Lara terkesiap, ia memundurkan posisi duduknya dan berpikir.
    "Aron, aku rasa ini terlalu cepat." Jawabnya. Lelaki itu mengernyit, tak mengerti maksud ucapan kekasihnya.
    "Apa yang terlalu cepat?" Tanyanya bingung.
    "Kita baru setahun bersama, dan aku rasa aku belum siap untuk lebih serius." Jawabnya polos. Aron terbelalak.
   Lelaki itu tertawa mendengar jawaban kekasihnya, ia pun mengelus kepala Lara sayang.
   "Aku tahu, sayang." Ucapnya. "Maksudku, aku ingin kita berlibur dan menikmati suasana berbeda." Jelasnya. Lara tersenyum lega.
    "Oke, aku setuju."Jawabnya."Tanggal empat bulan depan, aku ambil cuti hari itu. Gimana?" Aron mengangguk setuju. Keduanya pun saling tersenyum dan menikmati waktu kebersamaan yang singkat ini.
   
     Andai kamu tahu siapa sebenarnya diriku dan kebenaran tentang keluargaku dengan keluargamu, akankah kamu masih memberiku senyuman mentarimu itu, putri RaniaBatin Aron menyembunyikan airmata getir hatinya yang berdarah oleh kenyataan dan tak berdaya dihadapan kemutlakan sang ayah, raja tak terbantah DarkMoon.

Cinta Dua PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang