"Sambil menunggu sunset, mau dengar legenda yang biasa ibuku ceritakan?" Tanya Aron ketika mereka duduk di atas pasir putih, menunggu matahari tenggelam. Lara menoleh dan mengangguk dalam senyuman ceria.
"Legenda tentang apa?" Balas gadis itu dengan mata berbinar, ia selalu suka dengan cerita yang dibagikan kekasihnya mengenai mending ibu lelaki itu.
"Matahari, Bumi dan Bulan." Jawabnya membetulkan posisi duduk sambil menatap matahari yang masih begitu gagah menyinari ujung pantai.
"Di sebuah semesta yang begitu indah, ada tiga buah kerajaan terkuat yang sangat disegani oleh kerajaan lainnya. Ketiga kerajaan itu memiliki raja yang saling mengasihi dan bersahabat sejak kecil." Ucapnya mengawali cerita. Lara pun memandangi kekasihnya dan tertarik mendengar lanjutan cerita.
"Lalu, ketiga raja itu menikah dan mereka berjanji akan menikahkan putra sulung mereka pada putri dari sahabat mereka." Aron berdeham, suaranya semakin serius. "Beberapa waktu kemudian lahirlah dua pangeran kembar dari kerajaan Matahari, raja Surya bahagia dan menamai kedua pangeran nya Andromeda dan Bimasakti."
"Berselang setahun kemudian, lahirlah kedua pangeran dari kerajaan Bulan, dinamai pangeran Arian dan Arion." Lanjutnya.
"Arion? Seperti nama papa kamu." Komentar Lara terkikik. Aron tersenyum tipis dan memandang kekasihnya, ia pun menggenggam tangan Lara sambil melanjutkan ceritanya.
"Ketiga kerajaan berbahagia dengan persahabatan yang tumbuh diantara keempat pangeran seiring berjalannya waktu."
"Terus kerajaan Bumi, gimana?" Tanya Lara ingin tahu.
"Berselang sepuluh tahun kemudian, kerajaan Bumi bersuka cita menyambut kelahiran putri kembar mereka yang bernama putri Rania dan Raina." Jawabnya melanjutkan cerita. Tiba-tiba Lara merasa tak asing dengan kedua nama itu, dahinya mengerut, dan tetap antusias mendengar lanjutan cerita.
"Terus terus?"
"Terus, raja Surya dan raja Chander datang ke kerajaan Bumi memberikan selamat pada raja Affandra, itulah saat keempat pangeran terpesona pada dua bayi cantik yang mereka anggap adik baru." Ceritanya.
"Lalu saat kedua putri beranjak dewasa, keempat pangeran malah jatuh cinta ya?" Tanya Lara menebak alur cerita kekasihnya. Aron terhenyak, ia tak menyangka gadisnya spontan menebak kisah orangtua mereka.
Aron mengangguk, "Kecantikan kedua putri tersebar ke seluruh penjuru semesta, dan keempat pangeran menjadi protektif pada sang putri." Ia menghela nafas sejenak. "Sampai saat yang dijanjikan tiba, pangeran tertua akan menikahi salah satu putri dan mengikat ketiga kerajaan menjadi sebuah keluarga."
"Pangeran Andromeda menjadi raja Bumi dengan menikahi putri Rania, dan pangeran Arian menikahi putri Raina." Ucapnya. "Pangeran Bimasakti menjadi raja Matahari dan pangeran Arion menikah dengan putri dari perdana menteri kerajaan Bulan, senasib dengan pangeran Bimasakti yang menerima titah raja Surya untuk menikah dengan putri perdana menteri kerajaan Matahari sebagai syarat mewariskan tahta."
"Terus konfliknya dimana?" Potong Lara. Aron tertawa kecil melihat ketidaksabaran kekasihnya mengenai inti cerita.
"Konfliknya, kedua pangeran matahari mencintai satu putri yang sama, tapi hanya pangeran Andromeda yang beruntung mendapatkan perempuan yang dia cintai, begitupula pangeran Arian dan Arion." Jawabnya. "Pangeran Arion yang patah hati melihat perempuan yang dicintainya diambil kakaknya dendam, karena dia tidak mendapatkan perempuan tercinta maupun tahta." Lanjutnya.
"Lalu pangeran Arion membangun kerajaannnya sendiri, yang dipenuhi kegelapan, sampai putranya lahir." Aron menghela nafas berat. "Ia pun mengunjungi kerajaan Matahari dan berbagi luka yang sama dengan raja Bimasakti, dan mereka membuat kutukan untuk keturunan kakak mereka."
"Jahat banget, bikin kutukan buat keponakan sendiri." Komentar Lara. "Kenapa gak move on aja sih? Kan udah punya pasangan masing-masing."
Aron tersenyum miris. "Kalau aku yang berada di posisi raja Arion dan kamu menikah dengan orang yang tidak kamu cinta, seperti putri Raina, yakin kamu bisa move on?" Tanyanya balik. Lara nyengir seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Kalo itu sih gak bisa. Hehe." Jawabnya. "Aku kan maunya cuma sama kamu, eh tapi ini bukan proposal terselubung yaa?" Lara melirik kekasihnya dengan tatapan curiga.
Aron tertawa mendengar pertanyaan kekasihnya. "Gak kok sayang, kan kamu udah bilang belum siap. Ya aku sih gak masalah menunggu." Jawabnya pasti.
Lara tersenyum lega. "Oke aku percaya." Balasnya. "Terus kutukan itu gimana?" Tanyanya kembali ingin mendengar lanjutan cerita. Aron mengalihkan pandangan ke matahari terbenam.
"Pangeran Bulan lahir dalam keadaan buta dan putri Bumi lahir bisu." Jawabnya. Aron menatap nanar ke arah matahari, ada sebersit pedih tak terkata dari sinar matanya.
"Kasian, bayi gak berdosa jadi korban." Komentarnya. Lara semakin penasaran dengan cerita Aron. "Terus gimana lanjutannya?"
Aron menatap kekasihnya sedih. Kelanjutannya hanya kamu yang tahu, putri! Bagaimana kamu bisa bebas dari kutukan itu dan melupakan identitasmu sebenarnya.
"Lho kok diam? Terus apa yang terjadi dengan pangeran dan putri kerajaan Bulan dan Bumi?" Tanyanya mengulangi ucapan. Aron berdehem.
"Terus, aku lapar." Jawabnya tertawa kecil. Ia pun bangkit dari duduknya, mengabaikan Lara yang protes atas rasa penasaran. "Makan yuk! Sunset udah ilang." Lanjutnya seraya menarik tangan kekasihnya untuk bangkit juga, keduanya pun berjalan menjauhi pantai menuju cottage penginapan mereka.
"Pokoknya nanti lanjutin yaa cerita tadi!" Pinta Lara. Aron hanya tersenyum, jauh di lubuk hatinya tak ingin gadis itu mengingat masa lalu, dan menemukan identitas aslinya.
***
"Udah dilamar kak?" Tanya Orion ingin tahu. Aron melotot kepada adiknya, Lara tertawa.
"Belum tuh." Jawabnya. "Takut ditolak dia, hahha." Lanjutnya ngeloyor masuk.
"Ah cemen nih abang!" Ledek Orion. "Oya aku sudah masak steak untuk kita." Ucapnnya.
"Bagus itu, gentleman." Balas Aron meledek adiknya seraya merangkul bahu Orion. Keduanya berjalan menuju kamar mereka.
"Narda aku ajak ke sini." Orion memberi pengumuman. Lara terhenti dan menoleh ke arah kedua kakak beradik di belakangnya.
"Perempuan?" Tanya Lara. Orion mengangguk mantap. Aron menelungkupkan satu tangan ke wajahnya.
"Aduh, double troublemaker bersatu." Gerutu Aron. Lara tertawa kecil mendengar keluhan kekasihnya.
"Emang dia pacar kamu, Rion?" Tanyanya. Orion tersipu malu.
"Someone who wanna be." Jawabnya. "Lagian di malam romantis begini aku tak sudi menjadi obat nyamuk kalian berdua, aku juga mau makan malam romantis juga." Lanjutnya terkekeh.
"Alah mana berani kamu nembak Narda, dia kan lebih garang dari kamu." Ucap Aron membongkar kelemahan adiknya. "Korban friendzone tuh." Lara tergelak. Ia gembira melihat keakraban kakak beradik beda ibu ini.
***
"Wah cantik banget!" Puji Narda saat bersalaman dengan Lara, gadis itu terkesima dengan paduan mata bulan sabit, bibir yang menyunggingkan senyuman mentari dengan bingkai wajah oval yang mungil dilapisi kulit bening seputih susu, dalam hati Narda meyakini bahwa gadis di hadapannya bukanlah manusia biasa.
"Ah kamu bisa aja." Balas Lara tersipu. "Kamu yang cantik, seperti malaikat." Pujinya tulus.
Aron dan Orion saling pandang, sang kakak mengangkat kedua alisnya, dijawab dengan ekspresi yang senada dengan cara Orion mengendikkan bahunya.
"Pantesan bang Aron dingin banget ke semua perempuan, ternyata standarnya super tinggi." Gelak Narda.
"Segitu populernya dia?" Tanya Lara penasaran. Narda terkikik.
"The coldest Prince, itu gelarnya di kalangan perempuan." Jawab Narda dengan nada mengejek. "Dari kalangan bangsawan sampai rakyat jelata, gak ada yang gak suka sama bang Aron. Dan dia gak suka jadi pusat perhatian, jadi gak ada satupun perempuan yang berani deketin bang Aron saking dinginnya." Lanjutnya menceritakan sosok kekasih Lara. Orang yang diceritakan malah santai menikmati steak buatan adiknya.
"Mantannya ada berapa?" Tanya Lara ingin tahu, dengan sengaja melirik ke arah Aron yang cuek saja jadi bahan pembicaraan.
"Bang Aron? Beuh, gak ada." Jawab Orion. "Makhluk paling dingin pembuat kepulauan Antartika makin beku ini mana bisa luluh sama perempuan, kak Lara pertama dan satu-satunya."
"Pasti kakak gak suka ya sama bang Aron, pas pertama ketemu?" Tebak Narda tepat sasaran. Lara mengangguk pasti. Ia pun menyuap santapan steak pertamanya, setelah sekian lama hanya asyik berbincang.
"Awalnya aku biasa aja, malah kasian liat dia pas pertama ketemu." Ucapnya.
"Iya, tatapan kasihan kamu itu yang bikin aku penasaran." Timpal Aron yang akhirnya buka suara.
"Kok kamu malah penasaran sama aku yang jelas-jelas kasihan sama kamu, bukan kagum lho?" Tanya Lara pada kekasihnya, setahun mereka bersama baru kali ini keduanya membahas pertemuan pertama mereka.
Aron menghentikan makannya, "ya karena cuma kamu yang menatap aku dengan pandangan iba disaat semua orang memuji aku." Jawabnya jujur. Lara terkesima mendengar ucapan kekasihnya. "Lha kamu juga kenapa kasihan sama aku?"
Gadis itu tersenyum misterius, "kalo itu rahasia." Jawabnya dengan nada jahil. Aron terkesiap mendengar jawaban Lara.
"Lho kok kamu curang?!" Protes Aron, ketiganya tertawa melihat ekspresi lucu lelaki itu yang tak puas dengan jawaban kekasihnya.
"Kamu juga curang, tadi ceritanya main digantung aja." Balas Lara. "Padahal kan aku penasaran sama legenda Matahari Bumi dan Bulan yang kamu ceritain tadi."
Orion dan Narda saling pandang, berbicara satu sama lain melalui telepati. Keduanya sepakat mengalihkan pembicaraan untuk menghilangkan rasa penasaran Lara akan legenda yang sebenarnya adalah kenyataan hidupnya.
“Ya sudah, kan sama-sama curang. Gimana biar adil kita cerita tentang kelakuan bang Aron jaman sekolah?" Ucap Orion mengalihkan pembicaraan. Ditimpali oleh Narda yang menceritakan kejadian-kejadian lucu saat mereka sekolah.
Keempatnya pun menikmati makan malam bersama dengan canda tawa dan penuh kehangatan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dua Purnama
FantasíaLara, perempuan biasa dari kota kecil Ishq, tak pernah tahu kebenaran jati dirinya, sampai ia bertemu Aron, pangeran DarkMoon dan jatuh cinta padanya. Aron yang mengincar Lara sebagai sandera kerajaannya dari kerajaan SunEarth, terpesona oleh kel...