4. Not Strong (?)

31 7 0
                                    

Awkward

Satu kata itu sudah mewakili suasana saat ini.

Rasya masih menatapku dengan rasa bersalahnya itu. Namun tanpa di duga, kini tanganku sudah di genggam oleh Rasya. Aku menatap kedua almond yang dimiliki Rasya begitupun sebaliknya.

"Ra, maafin gue" ucap Rasya dengan nada yang sangat-sangat merasa bersalah.

"No prob" jawabku mencoba merasa tenang,meskipun sebenarnya di dalam hatiku ada api yang bergejolak tak karuan.

"Thanks Ra"balas Rasya yang disertai dengan pelukan.

"Wey ada acara apa nih?pake ada adegan peluk-pelukan segala?" Suara itu tiba-tiba saja terdengar.

"Gapapa, ya ngga Ra?"ucap Rasya dengan senyum dipaksakan.sengaja untuk memberi kode.

"Iya kak"jawabku diiringi dengan senyum tipis.

Ario membalas dengan mulut yang membentuk o.

"Io ini dagingnya gue mau nyamperin Revan dulu"ucap Rasya langsung memberikan kipas yang ada di tangannya pada Ario.

"Dasar lo gayor mulu!!" teriak Ario yang memekakan telinga.

"Sini kak mau dibantu?"tolongku.

"Siapin aja bumbunya,tau kan?"

"Tau"aku langsung menuju tempat dimana kresek belanja tadi berada,dan sialnya kresek itu berada tepat di depan Revan dan Rasya.

"Ihh apaan sih Van gausah jail"ucap Rasya yang setengah berteriak kesal akibat perlakuan Revan yang menaburi daun di kepalanya.

"Apasih cuma gitu, alay ii.."balas Revan menggoda.

"Aku baru cuci rambut tadi pagi tau!"jawab Rasya.

Terakhir lo lakuin itu ke gue kapan Van? Udah lama banget rasanya, batinku diikuti sedikit ringisan.

Ting!!

Dentingan botol itu membuat 4 pasang mata yang tengah berpacaran melihat kearahku.Terutama mata tajam yang Revan lontarkan kepadaku.

"Sorry, gue tadi disuruh ngambil bumbu ini sama kak Ario"ucapku tersenyum tentu saja yang dipaksakan.

Namun keduanya malah sama-sama diam.dan akhirnya akupun memutuskan untuk bangkit dan berjalan ke arah kak Ario.

"Nih kak bumbunya" akunya, lalu memberikan bumbu yang telah aku racik sendiri.Ya aku memang sudah mahir memasak sejak kecil,dan itu semua adalah ajaran ibukuku. Sehingga,sekarang aku sudah tidak perlu repot-repot belajar memasak lagi.

Kak Ario pun memberikan bumbu itu pada daging yang ia bakar.Finally, dagingnya pun siap. Aku dan Kak Ario pun menghampiri Revan dan Rasya yang sedang asik minum jus bersama.

"Elah kalian malah asik minum jus, disuruh bakar daging aja kaga mau,maunya yang enak aja"celoteh kak Ario yang terdengar lucu.

Tanpa disadari aku pun tertawa pelan.

"Cie ketawa"goda kak Ario.

Pipiku pun langsung memerah,entah sejak kapan aku menjadi anak yang baperan seperti ini. "Ya Tuhan tolonglah hambamu ini, jangan membuat pipi hambamu ini blushing disaat seperti ini" doaku.

"Cie blushing" godanya lagi.

Sial.

"Apaan sih kak engga juga"kataku yang langsung menangkup kedua pipiku agar tidak terlihat blushing.

Because(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang