Papa Bram

25.4K 2.1K 101
                                    


Typo dan belum aku edit ini langsung aku update aja! Aku nulis dari ponsel karena sibuk hari ini. Jadi maaf ya kalau typonya kebanyakan.

Hmmm...aku juga mau bilang kalau tulisanku ini tidak sesuai EYd bahasa Indonesia ya! Mungkin Kalau mau di cetak  baru direvisi ulang aku ubah bahasanya.  Jadi kalau ada yang komen masalah bahasa tulisan aku angkat tangan saudara-saudara hehehe.... aku hanya penulis amatir.

Entah mengapa aku baru sadar semua cerita pasti akan ada adegan di rumah sakit!!!....

Biar dramatis atau gimana...nggk tau juga hehehehe.

Vote dan komentanya!!!

Selamat membaca!!!

Bram mengemudikan mobil yang dibajaknya, dengan kecepatan tinggi. Ada perasaan kesal melihat wanita yang ada disebelahnya saat ini.

Tadinya Sasa sempat sadar namun, saat melihat wajah Bram yang sedang mengemudi di sebelahnya tiba-tiba Sasa pingsan.

Bram geram, ia tidak menyangka wajah setampan dirinya membuat wanita ini pingsan.

Bram melangkahkan kakinya menuju UGD ia terihat panik, ketika dagu Sasa tidak berhenti mengeluarkan darah.

Dasar bego gue dokter kan? Luka seperti ini kecil kenapa mesti panik! Batin Bram.

"Siapa dok?" Tanya suster yang sepertinya menyukai sosok Bram, ia terlihat seperti  cemburu.

Bram tidak ingin menjawab pertanyaan suster itu, baginya hanya akan membuang waktunya.

"Siapkan ruangan aku mau periksa seluruh tubuh wanita ini!" Ucap Bram dingin.

Suster itu masih menatap Bram dengan tatapan kagumnya.

"Hey...kamu dengar atau tidak!! Kalau semua suster seperti kamu pasien pada mati!!"teriak Bram penuh amarah.

Suster itu segera memanggil suster kepala agar ikut membantunya. Sosok Bram akan sangat berbeda jika ia sedang bekerja sebagai seorang dokter.

Bram menjahit luka didagu Sasa dan mengobati beberapa luka lainya termasuk kening sasa yang memar.

Bram juga meminta Dokter Erwin untuk melakukan pemeriksaan keseluruhan pada tubuh Sasa.

Semua dokter sangat hormat dengan Bram. Sosok Bram kan berubah 180 derajat dari tengil menjadi sosok tegas seperti ayahnya.  Sebagai cucu pemilik rumah sakit seharusnya ia ikut bertanggung jawab akan berlangsungnya rumah sakit milik omanya, sang mantan menteri kesehatan. Namun Bram sebenarnya tidak terlalu berminat ia lebih suka menjadi polisi karena menurutnya lebih keren dan macho.

Bram meminta para suster menjaga Sasa dan memberikan ruangan VIP. Bram juga memberikan beberapa Vitamin karena melihat tubuh Sasa sepertinya sangat kelahan.

Bram mengambil ponselnya dari saku celananya dan menghubungi Arjuna adik ipar popynya, suami dari Carra.

"Halo pa!"

"Mana salam mu?"

"Asalammualaikum, papa baik!"

"Kenapa Bram? Pasti kamu ada maunya! Mau jadi makelar kamu? Ucap Juna

"Bukan begitu Pa Jun, aku mau minta motor matic keluaran terbaru...masa keponakan ganteng yang miskin ini nggk dikasih sih!" Bram melancarkan rayuan mautnya.

"Untuk siapa Bram?"

"Buat temanku Pa, kasihan dia baru kecelakaan motornya rusak dan dia anak yatim piatu Pa!"

"Kamu memang tidak pernah berubah Bram papa bangga sama kamu! Tapi...jangan pernah menerima suap dari adikmu Kezia!"

"Hehehe oke Pa, sekarang nggk lagi...kemaren terakhir Pa!" Kekeh Bram.

Pelit Vs Mata Duitan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang