Prologue

101 2 1
                                    

Aroma tak sedap gang sempit akan mengganggu penciuman siapapun, ditambah bau darah yang membuat perut terasa berputar, namun tidak dengan pria itu, ia masih bermain dengan pisau tumpulnya.

Kali ini ia menggunakan pisau buah yang bahkan mengikis kulit saja terasa sulit tapi sangat menyakitkan.

Pria itu menegakkan tubuhnya, tangan kiri yang memegang pisau buah sudah berlumuran darah hingga mengotori bajunya, ia menatap mayat dihadapannya dalam diam, separuh hatinya berkata ia ingin berhenti namun sebagian lagi berkata ia tak bisa lepas dari lingkaran anyir darah.

"Jim ... " suara panggilan itu seperti berbisik kaget, Alan tersentak saat mengenali suara itu, ia sempat merasakan jantungnya berhenti berdetak, dengan gerakan cepat ia menoleh, melihat gadis itu, gadis yang hampir bisa membuat dirinya melanggar rutinitasnya yang tenang.

Jika dirinya hitam pekat, maka gadis itu penuh warna cerah dan bisa membagikan warnanya pada siapa saja yang ada disekitarnya, tak terkecuali dirinya.

Seorang gadis berdiri dengan dress hijau daun sederhana terkesiap seketika, kedua tangannya menutup bibirnya terkejut, membiarkan belanjaannya berhamburan ditanah, mata bulatnya berkaca-kaca dan tubuhnya tak berhenti gemetar.

Alan melihat mata itu, tatapan yang selalu diberikan semua orang yang tak sengaja melihat aksinya, sorot ketakutan seperti melihat monster mengerikan, Alan mengalihkan pandangan pada pisau berlumuran darah yang masih ia genggam erat, ia tak ingin gadis itu memandangnya sebagai seorang monster seperti tatapan ibunya, wanita yang sempat ia sayangi, Ia begitu tidak sanggup bila dipandang monster oleh orang yang ia sayangi.

Alan mengeratkan genggaman pisaunya hingga urat-urat keluar dari lengan besarnya, lalu menoleh pada gadis dihadapannya tatapan tajam serta aura menakutkan menguar dari tubuhnya, dengan cepat ia mengayunkan pisaunya tepat pada gadis yang mulai memberi rona terang pada kertas gelapnya, memberikan hangat pada kebekuannya, dan membuatnya berfikir tentang masa depan yang indah, yang tak pantas ia fikirkan.

Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku Sofia...

You got me from 'hello'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang