Dulu, sebelum pindah kesini Nessa memang berteman dengan siapa saja. Ketika orang orang yang datang padanya hanya saat saat tertentu, Nessa bisa menerima itu.
Tapi semenjak kejadian Nessa ditinggal sendirian malam-malam di halte bus karena teman-teman yang bilangnya mau pulang bareng ternyata di jemput pacar pacarnya dan meninggalkan Nessa sendirian disana. Terpaksa Nessa jalan jauh sendiri sampai terminal angkot. Sejak itulah Nessa memutuskan untuk menutup ruang lingkupnya untuk orang lain.
Namun, sejak Jeff dan Matt datang, mereka tiba-tiba saja merubah pradigma Nessa. Mungkin, sejak cowok-cowok itu mengenalkan hal gila padanya. Seperti Matt yang sering ngajak Nessa main ke rental PS atau ke warnet sampai ber jam-jam. Atau Jeff yang sering mengajaknya kabur saat Nessa kesal dan sedih dengan situasi rumahnya.
Mereka yang selalu menenangkan Nessa dengan cara khasnya, tanpa pernah Nessa minta.
Tapi, pasca Jeff lulus dan mulai lost contact dengannya beberapa minggu ini dan hadirnya gadis bernama Gita, ditambah Matt yang akhir-akhir ini mengacuhkannya membuat Nessa berfikir.. apakah ia telah dibuang untuk kedua kalinya?
***
Udara malam begitu dingin, walaupun Nessa mematikan kipas angin kecil di kamarnya, udara malam tetap menusuk tulang. Dia sudah menyetel lagu dari perangkat audio kamarnya dengan volume yang memekakkan telinga, namun sayup-sayup masih terdengar suara teriakan dari ruang tengah. Ya, pertengkaran kedua orangtuanya. Padahal mereka jarang ada di rumah, tapi sekalinya pulang malah saling meneriaki satu samalain. Refleks, Nessa menutup kupingnya. Hingga akhirnya sebuah panggilan masuk tertera di layar ponselnya. Buru buru Nessa mengangkatnya.
"Kerikil di halaman depan rumah lo bakalan abis nih gegara gue pake buat ngelempar terus jendela lo, buruan keluar!" ujar Jeff disana. Nessa tersenyum. Entah sudah berapa lama ia tidak mendengar suara itu. Tapi hatinya lega Jeff datang disaat yang tepat.
Ia pun segera memakai sweater abu kebesarannya yang menggantung di belakang pintu. Saat melewati ruang tegah, kedua orangtuanya masih sibuk bertengkar. Bahkan mereka tak sadar Nessa sedang menyelinap keluar.
Nessa berlari menuju Jeff yang duduk di teras pos. Nessa pun langsung menjitak kepala Jeff. Jeff melotot, aneh dengan sambutan yang diberika oleh Nessa.
"Lo kenapa sih?"Jeff mengusap-usap puncak kepalanya.
"Sakit, ya?" Tanya Nessa dengan acuh, membuat Jeff bingung. Nessa berusaha untuk menguasai dirinya, menghembuskan nafas panjang lalu duduk disamping Jeff.
"Tumben lo muncul lagi?emang udah selesai bertapa di gua plato?" Tandas Nessa dengan penuh sarkasme. Memalingkan pandangannya kearah lain, saat ini ia kesal dengan Jeff dan tidak mau melihat wajahnya, tapi ia pun tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya pada robot koplak satu ini.
Tak ada jawaban. Ketika Nessa Menoleh pada Jeff, cowok itu malah melihatnya dengan tatapan menyelidik. Nessa tampak salah tingkah.
"Udah malem, ngapain lo nyuruh gue keluar?" Nessa mengubah pertanyaan, ia masih berusaha menguasai dirinya.
"Tadi gue baru nganter Gita pulang sampe depan gerbang kompleks. Sekalian mampir kesini, ngobrol bentar" Kata Jeff. Mood Nessa hancur mendengar nama itu lagi.
"Ohh.." Nessa menundukan kepalanya, Nessa gendok setengah mati. Telapak tangannya mengepal dengan kuat, berusaha menahan tangis dan menahan kata kata yang sangat ingin ia utarakan sekarang juga pada Jeff.
Nessa sudah lelah memikirkan kemungkinan yang sangat ia benci. Kemungkinan jika Jeff membuangnya demi gadis itu dan kemungkinan jika Jeff sama saja dengan teman teman masa lalunya.
"Teman sejati itu memang ada, tapi nggak akan bertahan lama, kan?" ujar Nessa, air mata sudah bermuara di pelupuk matanya, Nessa menghapusnya sebelum jatuh membasahi pipinya.
"Lo ngomong apa sih Ness?" Jeff menatap Nessa yang masih menundukan kepalanya , bahu Nessa terlihat bergetar seperti sedang menahan tangis.
"Mumpung lo ada disini, gue mau ngomong sesuatu." ujar Nessa dengan Nafas tersendat, sulit sekali untuk berbicara. Tapi ia harus mengatakannya sekarang, sebelum Jeff pergi lagi.
"Apa gue terlalu egois buat bilang jadi sahabat gue selamanya? Dan jangan ngebuang gue jika lo nemuin temen yang lebih segalanya dari gue?" Lanjutnya. Nessa memberanikan diri untuk menatap Jeff. Mata Nessa terlihat memerah. Nessa memang membenci segala hal soal basa-basi dan lebih memilih langsung menyuarakan pendapatnya.
"C'mon Ness. Wake up! Jangan selalu dibayangi masalalu terus. Sampai kapa lo akan terus dibayangi masalalu? Gak semua orang seperti temen lo yang dulu ngebuang lo itu!"
Nessa mendelik kaget, tidak menyangka Jeff berspekulasi sejauh itu.
"Akhir-akhir ini memang ada pikiran bodoh yang begitu menguasai gue dan menganggap dengan kedatangannya Gita bakalan mengubah lo, kemudian lo nggak akan ada di sisi gue lagi. Dengan kata lain lo ngebuang gue."Nessa tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri sembari mengusap air matanya yang kini tak bisa ia tahan lagi.
"Ini pengakuan paling bego yang pernah gue denger dar mulut lo! Kok pikiran lo dangkal banget sih. Gue sama Gita itu cuman temen satu les, dia minta gue ajarin dia supaya dia bisa lolos testing masuk SMA kita."
"Gue terlalu takut kehilangan lo maupun Matt, Matt juga dia kayaknya marah sama gue karena terlalu mikirin perubahan lo. Tolol banget gue nyangkut nyangkutin Gita sama masalah ini." Nessa mulai tenang, ia mulai bisa berfikir jernih.
"Bagus deh, at least sekarang gue nggak perlu jitak lo supaya lo sadar."Kata Jeff.
"Terkadang logika gue mati dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan lo maupun Matt."
Nessa menutup wajahnya, merasa malu banget. Isakannya makin terdengar jelas.
"Kok gue nggak bisa berhenti mewek sih"ujar Nessa yang sesenggukan karena tangis yang tak kunjung berhenti, membuat suaranya terdengar aneh.
"Udah-udah jangan mewek lagi" Jeff pun merangkul Nessa. Dan hening beberapa saat.
Kemudian setelah Nessa baikan, Jeff menceritakan kegiatan apa saja yang biasa ia lakukan dengan Gita akhir akhir ini. Nessa seperti mendapat tamparan keras berkali kali malam ini. Kejadian ini memang menimbulkan banyak luka baru tak hanya melahirkan dendam dan meninggalkan kesalah pahaman, tapi sebuah penantian yang tak kunjung usai.
"Jadi gimana?" Tanya Jeff.
"Ya nggak gimana-gimana" Nessa mencubil tengan Jeff.
"Inget Ness, gue sayang lo jadi terus semangat! Dan kalo gue nggak ngasih kabar berarti gue lagi sibuk banget buat nyiapin materi buat tes ntar."kata Jeff sambil mengusap-usap tangannya bekas cubitan Nessa.
Sibuk nyiapin materi atau sibuk main sama Gita?
"Dan nanti lo juga bantuin gue buat bisa lulus tes masuk kuliah juga!" Kata Nessa. Jeff hanya tersenyum dan mengangkat bahu, tidak ingin berjanji apa-apa. Nessa yang tidak puas dengan jawaban tersebut melulurkan tangannya untuk menggelitik pinggang Jeff, hingga akhirnya Jeff setuju untuk mengaitkan kelingkingnya dengan jari Nessa.
"Tapi nanti lo harus traktir gue dan gue bebas mesen apapun dengan sepuas hati."
"Entar pas giliran bayar, ya gampang. Gue tinggal ngabur."
"Sialan lo, ya!" Jeff menjitak pelan kepala Nessa. Gadis itu tersenyum, kemudian melempar sendal jepit yang dipakainya pada Jeff.
Malam ini memang Jeff kembali menemaninya dan menjailinya seperti dulu. Nessa sangat merindukan momen ini. Nessa rela menukar apa saja asal momen seperti ini kembali lagi.
Tapi bagaimana dengan Matt..
Tetap saja ada yang kurang jika salah satu dari mereka tidak ada..
Jeffrey, Nessa danMatthew. Hanya itu yang Nessa inginkan.
YOU ARE READING
Just be a friend ok?
RomanceNessa Corford, adalah seorang siswi SMA yang memiliki kepercayaan diri yang kurang karena masalalunya, ditambah dengan situasi dirumahnya yang seperti neraka membuat gadis itu memutuskan untuk menutup ruang lingkupnya. Namun, semenjak kedatangan dua...