The Truth is..

13 0 0
                                    


Malam itu Nessa duduk sendirian di teras pos yang ada di depan rumahnya. Orang tuanya belum juga pulang dan biasanya jam-jam segini Jeff suka mampir kesini untuk sekedar melepas penat karena belajar persiapa UN.

Namun, setelah lulus dia nggak pernah kelihatan lagi, padahal malam ini ada pasar malam di sebrang kompleksnya jadi Nessa berniat untuk mengajak Jeff.

Nessa pun memutuskan untuk langsung datang kerumah Jeff yang tak begitu jauh dari rumahnya. Siapa tahu dia sudah pulang.

Nessa segera memakai sendal jepitnya dan langsung berlari ke blok rumah Jeff.

"Waah.. kak Jeff hebat bisa keterima! Aku ikut seneng deh!"

Langkah Nessa terhenti ketika ia mendengar suara gadis dari rumah Jeff. Ia merapatkan tubuhnya di pagar yang penuh dengan tanaman rambat, mencoba mendengar lebih jelas.

"Makasih deh, aku juga gak nyangka bisa dapet beasiswa itu" Jawab Jeff tak kalah cerianya.

'What? Aku-kamu?'  Nessa berdesis sambil menjulurkan lidahnya,  jijik.

"Kak Jeff, makasih ya udah mau main sama Gita akhir akhir ini. Jadi temen satu les juga. Ajarin Gita juga ya biar bisa kayak kak Jeff, hihi" gadis bernama Gita itu tertawa renyah, disusul dengan elusan tangan Jeff pada puncak kepala gadis itu.

Sekarang Nessa tahu kenapa Jeff jarang ada di rumah, kenapa jarang main ke pos, kenapa Jeff nggak pernah SMS dia lagi. Semuanya sudah jelas.

Tanpa memperdulikan apapun Nessa kembali berlari sekencang mungkin dari depan pagar rumah Jeff.

Jeff dan Gita sendiri menyadari bahwa ada seseorang yang baru saja berlari. Cepat-cepat mereka berdua mendekat ke pagar dan melihat siapa tadi yang tiba-tiba berlari. Tapi orang itu sudah tidak ada.

"Buset! Cepet amat larinya!" Jeff terlihat bingung.

"Kak Jeff, emang siapa?"

"Nggak tau." Jeff menggelengkan kepalanya.

***

Semilir angin pagi membelai rambut hitam sebahu milik Nessa. Saat ini, dia berada di kebun kecil di belakang gedung SMA. Letaknya di belakang kantin dekat ruang admisi.

Nessa memejamkan matanya. Menikmati udara segar yang jarang bisa didapatkannya di kota ini. Dia merasakan semua masalah yang menghimpit dadanya terbawa pergi bersama angin pagi.

Dia duduk di bangku putih di bawah pohon asem yang rindang.

"Seperti dugaan gue, lo disini." ujar sebuah suara diikuti derap langkah yang mendekat ke arahnya.

"Matt?" Nessa menoleh kaget.

"Lo ngarepin orang lain?"

"Tumben lo dateng pagi banget? Biasanya lo kan ngebo sampe siang." Nessa mulai mengintimidasi Matt.

"Sialan lo! Pagi-pagi udah nyebar fitnah aja"

Matt duduk di sebelah Nessa. Ia tahu jika gadis itu sudah menyendiri sendirian seperti ini pasti ada yang nggak beres. Tapi Matt nggak berani nanya, biar Nessa yang cerita sendirinya.

Nessa kembali terdiam. Ia ingin bercerita pada Matt tentang apa yang ia lihat semalam. Tapi Nessa takut Matt akan menganggapnya over protective pada Jeff.

Tapi bodo amat lah, Nessa sudah lelah mikirin itu semua semalaman. Biar si Matt kena juga,

"Matt.." Nessa membuka suara.

"Hmm?" Matt bersandar pada kursi, dan tidak menoleh pada Nessa.

"Wajar nggak sih gue kesel?"

"Keselnya kenapa dulu?" Akhirnya Matt menoleh pada Nessa yang mukanya kelihatan kusut banget.

"Apa lo ngerasa ada yang berubah dari diri Jeff?" Ujar Nessa to the point. Ia sedang tidak mood berbasa-basi.

"Gak ada. Jeff masih sama kayak dulu." Jawab Matt dengan santainya.

Nessa termenung lagi, mungkin perasaan Nessa saya yang terlalu takut salah satu sahabatnya pergi.

Ya. Jeff masih Jeff yang dulu, nggak ada perubahan sama sekali. Tapi, kenapa dia jarang dateng ke pos? Mungkin dia capek abis pulan les. Eh, tapi dia satu les sama cewek yang namanya Gita itu..  jangan-jangan mereka..  ah enggak! Berteman itu hak semua orang, bukan hak Nessa ngelarang Jeff buat temenan sama siapa pun. Tapi kan..

"Woy! Lo kenapa sih bengong terus?" tiba tiba Matt menepuk pundak Nessa, tentu saja Nessa kaget. Tapi hanya gelengan kepala yang Matt dapatkan.

Akhirnya Nessa bangkit dan mulai melangkah meninggalkan tempat itu.

"Kenapa lo jadi kayak gini?" Matt sedikirt berteriak. Langkah Nessa pun terhenti. Lalu Matt bangkit.

"Apa selama ini gue nggak sebaik Jeff? Kapan lo liat gue? Kenapa lo selalu liat dia?" Matt melanjutkan, namun Nessa masih pada posisinya yang membelakangi Matt. Gadis itu hanya menunduk tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Gue nggak berharga, ya buat lo?" Nessa tersentak, hatinya tiba-tiba merasakan nyeri. Tak habis pikir Matt berkata seperti itu padahal ia tidak tahu seberapa besar rasa takut Nessa jika kehilangan mereka berdua.

Matt mulai melangkahkan kakinya mendekati Nessa.

"Sekarang terserah lo!" ujar Matt sembari berlalu meninggalkan Nessa.

Satu tetes cairan bening tiba tiba saja jatuh di pipinya, cepat-cepat ia menghapusnya.

Ini tidak akan mudah..

***

Jam menunjukan pukul sepuluh malam. Orang tuanya belum juga pulang. Sejak tadi, masalah Jeff dan Matt terus berputar putar di kepalanya, tak ada satu pesan pun dari mereka. Ia sendiri tak berani untuk mengirim SMS duluan.

Nessa berteriak sembari melempar bantak kesembarang arah, ia bingung sekali.

"Ini si Jeff yang berubah, atau gue yang ketakutan?!" Nessa mengganti posisi tidurnya jadi menyamping.

"Matt juga.." Nessa sekali lagi melihat layar ponsel, namun hasilnya sama saja.

"Hiiii monyeet!!" Nessa kesal sendiri. Kalo bukan yang mulai, terus siapa lagi?

"Oke, Ness. Nggak apa apa cuman sekarang aja" akhirnya Nessa memutuskan untuk mengirim sms duluan.

"Jeff, sehat?" dan pesan itu terkirim pada Jeff.

"Matt, lo udah tidur?" pesan itu dikirim pada Matt.

Tak lama kemudian ada sms masuk, dari Jeff. Nessa senang setengah mati ketika di layar ponselnya ada satu pesan dari Jeff. Tapi raut wajahnya berubah ketika ia membuka sms itu.

"Sehat."Kata Jeff. Nessa badmood seketika.

"Dasar kampret!!" Nessa melempar ponselnya, Jeff tidak menanyakan kabarnya sama sekali.

"Bodo amat bodo amat bodoo amaaaaaaatt!!!" ia berteriak seuat mungkin dengan wajah yang ditutup oleh bantal, setelah itu isakan kecil yang terdengar.

"Udahlah, dia lagi main sama si Gita itu kali."

Nessa melempar bantal yang ia gunakan tadi.

"Sekarang gue tau.." Lanjutnya, kemudian ia tersenyum nanar lalu mengapus air mata yang yang terlanjur membasahi pipinya.

Just be a friend ok?Where stories live. Discover now