#4. Deep Inside

6.4K 699 98
                                    

🌸 KookV 🌸

.

.

.

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy reading~ ^^

.

.

.

.

.

Pada hari berikutnya, pagi-pagi sekali Jungkook sudah pergi meninggalkan kediaman Taehyung. Dia menolak tawaran Paman Jung untuk sarapan dan berangkat bersama Taehyung dengan alasan perlu mengambil beberapa buku pelajaran di rumah sebelum berangkat—dan tentu dia tidak ingin membuat dirinya beserta sang senior terlambat gara-gara hal tersebut.

Sebelum pergi, Taehyung sempat mengantar Jungkook hingga ke pintu. Ketika pemuda tersebut selesai mengenakan sepatu dan berdiri, dia serta-merta mengatakan, “Paman Jung bisa mengantarmu.”

Jungkook cuma tersenyum dan menjawab, “Tidak perlu. Aku akan pulang sendiri.”

Sedetik saat Jungkook meraih kenop, tangan Taehyung sempat terangkat—seakan hendak menggapai ke arah pemuda tersebut—tapi entah mengapa kemudian hanya berhenti di tengah udara. “Sampai jumpa di sekolah, Hyung,” Jungkook berpamitan dan tersebut untuk terakhir kali.

Lalu sosok itu menghilang di balik pintu yang tertutup, tanpa sempat Taehyung meneguhkan diri untuk memahami isi hatinya sendiri. Ada perasaan tak rela yang merasuk secara irasional dalam diri Taehyung, dan dia tidak tahu apa itu atau bagaimana mengatasinya.

Dalam beberapa waktu berikutnya, Taehyung telah duduk seorang diri di jok penumpang belakang dengan Paman Jung yang berada di balik kemudi di bangku depan. Sedari tadi dia mengarahkan pandangan ke luar. Raut wajahnya murung. Mungkin tengah merenung, sampai-sampai dia tak menyadari bahwa Paman Jung memperhatikan dirinya melalui kaca spion.

“Anda baik-baik saja, tuan muda?” Paman Jung akhirnya bertanya. Terlihat Taehyung memandang balik padanya barang sekilas, mengangguk pelan saja, lalu kembali menoleh ke jendela. Sudah tertebak, suasana hati pemuda tersebut tidak sebaik yang diperlihatkan.

“Pagi ini Tuan menelepon,” Paman Jung berkata sembari terus berkosentrasi menyetir.

Sesaat Taehyung sempat diam saja, sebelum kemudian menimpali, “Apa yang ayahku katakan?”

Taehyung tetap bertanya meski dalam hati sama sekali tidak ingin tahu. Sebab, dia sudah tahu. Apa pun yang disampaikan ayahnya setiap kali menelepon ke rumah pasti bukan sesuatu yang ingin didengarnya.

“Beliau menanyakan keadaan Anda.”

Bohong. Taehyung tidak percaya, karenanya dia tidak memberikan respons.

“Tuan besar dan Nona sering menanyakan tentang Anda akhir-akhir ini,” Paman Jung mengimbuhkan.

Ucapan itu berpengaruh pada perasaan Taehyung, tapi bukan menjadi lebih baik. “Paman tidak perlu menghiburku,” Taehyung berkata. “Itu tidak membuatku merasa lebih baik.”

Save Me | BTS KookV [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang