Pasca Cerai

3.5K 53 0
                                    

Gilang terpaku, matanya masih nanar menatap pesan singkat dari Hani. Darahnya berdesir ke umbun-umbun kepalanya yang seakan retak dan begitu nyeri, membuat emosinya meninggi dan ingin mencabut kesakitan yang menyiksa setiap kelenjarnya, hatinya remuk!

Memangnya apa kepentingan kamu? Apakah aku harus memberitahukan semua yang kulakukan padamu? Kamu bukan siapa-siapa lagi!

Sial!
Pesan singkat itu benar-benar membuat emosinya membludak, Gilang mengepalkan tangannya pertanda geram yang tiada tara tengah menggelayutinya.
Terbayang wajah pulam Hani di benaknya, mantan istrinya itu berubah menjadi orang lain. Dahulu Hani adalah sosok istri yang lembut dan penyayang, Hani pula sosok yang bijaksana dan sabar.

Lima tahun menikah, Gilang cukup tau banyak dan hampir mengetahui semuanya tentang mantan istrinya itu. Setengah tahun yang lalu Hani berubah menjadi kasar dan arogan, dia sering mengeluh dan mengutuk rumah tangganya dengan Gilang. Gilang sendiri tak pernah tau alasan perubahan Hani, hingga berujung Hani menuntut perceraian sebulan yang lalu. Gilang berkali-kali meminta Hani memikirkan kembali keputusannya di ruang mediasi, namun Hani tetap menikamnya dengan alasan bertubi-tubi. Hani mengecamnya karena masalah ekonomi, masalah Gilang jarang pulang, jarang peduli dengan anak mereka , Nadira. Semua tuduhan itu terpaksa Gilang terima karena Gilang sudah penat dengan sikap dingin Hani setengah tahun belakangan. Hani berubah pemurung dan kasar pada Nadira. Gilang pun memenangkan hak asuh atas Nadira, mengingat Hani kerap kali menyiksa anak semata wayang mereka. Beberapa bekas memar bekas pukulan di tubuh Nadira akibat perbuatan Hani membuat Gilang murka dan lebih mengutuk Hani. Namun di sisi lain, hingga sekarang Gilang masih bingung atas perubahan sikap Hani yang sangat drastis.

Gilang meraih handphonenya lagi dan mulai mengetik pesan pada Hani.

Setidaknya katakan dimana kamu tinggal sekarang! Nadira juga butuh kamu! Dia anak kita berdua! Aku benar-benar tidak mengerti sama sikap kamu, semula malaikat berubah menjadi setan. Kamu bukan Hani yang dulu kukenal, Hani yang membuat aku jatuh cinta dan menikahinya.

Lama Gilang menanti balasan dari Hani. Hatinya gundah memikirkan nasib Nadira, anak semata wayangnya yang berumur tiga tahun itu tertidur pulas dalam buaian. Gilang menarik nafas dalam, perasaan lelah menghampiri bathinnya. Lelah dengan semua cinta yang terkutuk untuk istri seperti Hani. Tetapi Gilang tetaplah orang yang sama, lelaki yang mencintai Hani segenap jiwa raganya seperti dahulu. Bukan perkara mudah melupakan Hani, Gilang nyaris gila karena setiap malam ia merindukan belaian Hani di kepalanya, atau rengkuhan hangat Hani dalam tidurnya. Hatinya kian hancur melihat buah hati mereka setiap hari menangis menanyakan ibundanya.

"Hani itu sudah gila! Syukurlah kamu sudah bercerai dengan dia, kalau tidak? Bisa-bisa dia membunuh anak kamu."

"Tidak, bu. Hani pasti punya alasan memukuli Nadira, entah apa yang membuatnya jadi begini. Gilang tau Hani tetap wanita yang baik."

"Masih saja kamu bela wanita gila itu? Psikopat! Biar Nadira sama mama, kamu fokus bekerja dan lupakan wanita sinting itu!"

"Nadira tetap butuh ibunya, ma!"

"Nadira tidak butuh ibu yang kejam!"

Gilang melenguh, masih jelas teringat olehnya sorot mata tajam ibunya yang melarang keras Nadira bertemu Hani. Namun jauh di dalam hati Gilang, ia masih berharap Hani kembali seperti dulu, dan sadar akan kesalahannya.

Kamu salah! Kamu memang nggak kenal aku, kamu nggak pernah tau beginilah aku. Dan Nadira cuma butuh kamu saat ini, tinggal carikan pengasuh untuknya, atau ibu baru yang lebih sempurna daripada aku.

Gilang mengumpat dalam hatinya membaca pesan singkat dari Hani. Amarahnya kian menjadi.

Tentu saja, kamu benar, aku nyaris lupa untuk mencarikan ibu baru yang lebih pantas untuk Nadira! Lebih menyayanginya, bukan mencoba menyiksanya! Sial! Tau begini, tak ada gunanya aku sms kamu. Wanita kejam! Kamu bahkan nggak layak mengandung anak aku!

Sad  StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang