Chapter 5

1.5K 26 10
                                    

Aku mengamati pantulan diriku di cermin besar berwarna putih yang berhiaskan manik-manik. Angin berhembus semilir dari pintu yang kubuka lebar mengalirkan udara pagi yang bagai menusuk badanku, aku menghembuskan nafas berat dan kulihat mata besarku yang kini cekung dan terlihat kosong, kemudian bibir tipisku yang terlihat pucat, pipiku yang sangat tirus. Rambutku pun panjang tak terurus sampai pinggang dan terlihat kaku. Badanku yang putih pucat, sangat kurus bahkan aku dapat melihat tulang rusukku. Aku seperti zombie...

Ketika kulihat betapa mengerikannya diriku aku menangis, aku sangat merindukan ayah.. aku rindu bercerita banyak dan mengadukan segala kesedihan dan kesusahanku. Hanya ayah saja yang mau mendengar aku berbicara. Hanya ayah yang tahu kalau aku bisa berbicara banyak dan jadi sangat cerewet. Hanya ayah yang mau menerima keadaan ku apa adanya.

Kuingat teman-teman sekolahku yang egois, mereka hanya bercerita tentang diri mereka dan meminta bantuanku tanpa mau mendengar aku berbicara. Mungkin karena itu aku memilih diam, karena tak kan ada yang mau mendengarkanku

Kugenggam rambutku erat-erat. Nathaniel tentu merasa jijik padaku... dia bahkan menyebutku topeng noh. Apakah aku juga akan ditelantarkan olehnya? Aku mengusir pemikiran burukku ini.

Kemudian aku memakai seragamku yang berwarna putih dengan rok dan dasi berwarna biru tua disertai rompi berwarna senada. Dan ketika nathan berkata dia telah mempersiapkan baju seragamku itu berarti dia benar-benar menyiapkannya, terbukti dengan berserakannya baju seragam dengan berbagai ukuran mulai dari XXL sampai S.

Dia tentu belum pernah melihatku sebelumnya sehingga tidak bisa memperkirakan ukuranku, terbukti dengan baju seragam yang sangat banyak ini. Sungguh suatu pemborosan!

Di ruang makan aku melihat nathan memakai kemeja dan dasi bergaris-garis ungu. Dia tampak begitu keren. Sedangkan penampilanku, aku hanya bisa menghembuskan nafas frustasi.

Dimeja makan sudah disiapkan banyak makanan mulai dari kue yang terlihat menggoda sampai nasi goreng dan oatmel.

“aku gak tahu selera sarapan kamu. Tapi kamu harus makan banyak! Aku gak mau kamu terlihat kurang gizi. Itu membuatku terlihat tidak becus mengurusmu.” Ujarnya sambil menyuapkan sesendok penuh oatmel ke mulutnya.

Aku mengangguk kemudian mengambil nasi goreng secukupnya.

“itu masih kurang!” seru nathan kemudian dia mengambilkanku nasi goreng yang benar-benar banyak, satu piring penuh!

Ini hanya sarapan di pagi hari, Apakah dia mau membuatku mati pelan-pelan karena kekenyangan!!

Namun aku hanya diam dan mulai memakan nasi gorengku.

Setelah menghabiskan oatmelnya kulihat Nathan segera memakai jasnya dan pergi. Hei! Tak adakah sekedar ucapan “ semoga sukses disekolah” atau “aku berangkat duluan” ??

Aku pun menghabiskan seluruh nasi gorengku, yup satu piring penuh itu aku makan. Tentunya aku harus mematuhi nasihat waliku, walau setelahnya aku merasa perutku sakit dan agak mual. Oh.... aku mengutuk perbuatan bodohku ini. Setelah selesai makan aku segera pergi ke pintu gerbang, disitu sudah ada bapak-bapak paruh baya beraksen sunda yang aku temui kemarin.

“ non mau pakai mobil yang mana?” tanyanya setelah kami berada di garasi bawah tanah yang dapat dibuka otomatis hanya menggunakan remote, aku baru ingat kemarin pun pagar rumah ini dibuka secara otomatis. Dan kulihat ada sekitar lima mobil berbeda disitu!

Sebenarnya sekaya apa Nathan ini??? Aku jadi memikirkan berapa banyak uang yang dia keluarkan hanya untuk membayar pajak dan perawatan mobil-mobil yang terlihat sangat mahal ini.

Pilihanku jatuh pada mobil Lexus hitam karena menurutku mobil ini yang terlihat normal. Karena yang lainnya mobil sport atau mobil dengan ban besar. Aku gak mau terlihat mencolok di hari pertamaku sekolah walau aku tahu mobil pilihanku sudah sangat mencolok..

menaklukan sang raja (tame the king)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang