chapter 6

17.2K 784 23
                                    

Baru sempet posting lagi nih. Dari kemarin badan berasa gak enak banget. Nih bang Rennya udah upte lagi. 😂😂 Awas baper ya.

Untuk yang berminat dengan novel brownies dan harmony between love and hate. Bisa langsung pesan ke author 😉

Yang minat untuk beli novel brownies dan harmony between love and hate, bisa langsung wa aku ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang minat untuk beli novel brownies dan harmony between love and hate, bisa langsung wa aku ya.

Keadaan Naora cukup mengkhawatirkan, Fabian, Lauren dan Gail hanya bisa menunggu dokter yang memeriksanya. Tekanan darah, jantung lemah dan pikiran yang tidak bisa di kendalian membuatnya drop. Dokter memberikan beberapa resep dan menyarankan untuk tidak membuat Naora tertekan. Ia masih tertidur karena suntikan yang di berikan dokter tadi. Fabian mengantar dokter keluar, sementara Lauren memilih keluar dari kamar Gail, meninggalkan mereka berdua.

Issabel tertidur sejak tadi. Sejak kejadian kekacauan yang terjadi saat kehadirannya. Gadis kecil itu tidak berhentinya menangis ketakutan, Fabian menenangkannya dengan menggendongnya dan menceritakan hal-hal menarik. Sedikit demi sedikit gadis itu terlihat sangat tenang dan terlelap di bahu Fabian. Dan kini ia masih terlelap. Gadis itu masih memakai pakaian selama perjalanan tadi, Lauren mengeluarkan satu baju tidur dari koper kecil miliki Issabel. Lalu menggantikan baju gadis kecil itu, agar ia tidak gerah dengan gaun cantik yang di pakainya.

Lauren melihat liontin cantik di leher Issabel. Ibu lauren bilang itu adalah miliknya, dan ia meminta agar Issabel tetap memakai kalung itu, dan jangan sekali pun di lepas. Seperti ada sesuatu yang tersimpan dari kalung itu, Lauren tak mau mengusik barang pribadi siapapun. Ia hanya mengganti baju Issabel dan menyelimutinya. Ia tidur dengan nyenyak seraya memeluk boneka kesayangannya.

Langkah pelan Fabian memasuki kamar mereka. Ia merangkul Lauren dari belakang dan mencium pelipisnya dengan lembut. Seakan tahu kalau istrinya itu merasa takut, sedih dan bingung. Lauren tidak tahu kalau pilihannya untuk mengapdosi Issabel. Ia tidak tahu akan menjadi seperti ini, Gail marah dan Naora sakit. Pertengkaran Gail dan Fabian yang seakan tidak ada habisnya.
"berhentilah berfikir, sayang." Ucap Fabian
"Semua ini adalah salahku," ucap Lauren, ia mendesah keras, wajahnya terlihat sedih dan merasa bersalah. Tapi ia sungguh menyayangi Isabell, ia ingin merawatnya dan menjadikannya putrinya. Ia tidak berfikir sebelum mengambil keputusan, ia tidak memikirkan pendapat ayah mertuanya dan masalah yang akan terjadi setelah ini.
"Mommy akan baik-baik saja," Lauren terlihat pasrah saat Fabian menariknya kepangkuannya. Merangkulnya dengan penuh sayang, Lauren membalik tubuhnya dan bersandar pada tubuh Fabian yang masuk memeluknya.
"Aku merasa bersalah, seharusnya aku tidak mengambil keputusan itu."
"Itu adalah keputusan kita, bukan hanya kamu. Aku juga menyayangi Isabell dan ingin menjadi ayah untuknya. Sosok yang tidak pernah ia dapatkan." Lauren mengerti dengan ucapan Fabian itu.  ia menghela nafas, tetap menyandarkan tubuhnya pada Fabian. Seakan seluruh kesedihkannya lenyap saat tubuhnya berada dalam dekapan suaminya. Bibirnya yang selalu mendapatkan celah untuk mengecup lehernya. Tangannya sudah menyalip pada kaos tipis yang di kenakan Lauren memijat payudaranya, membuatnya tak bisa menahan erangannya.
"Jangan pikirkan apapun lagi, cukup pikirkan masa depan kita. Aku, kamu, Isabell dan bayi kecil kita. Dan mungkin akan ada satu tambahan lagi." Lauren tersenyum dengan perkataan Fabian, ia semakin menyandarkan tubuhnya. Memasrahkan dirinya pada cintanya, kebahagiaannya dan seluruh nafasnya.
*****

The hope of smallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang