chapter11

20.3K 1K 34
                                    

Yang mau pesan novel brownies/ harmony between love and hate bisa langsung hubungin fanya ya. Inbox/ wa aku langsung. Jangan lupa sertakan nama, alamat dan no telepon. :D

Jangan lupa like my fanpage author fanyandra 😉😉
https://m.facebook.com/Author-fanyandra-1769083456700212/?ref=bookmarks

Happy reading

Fanyandra :* :* :*

Fabian berlari ke kamar mandi, mengikuti Lauren yang terburu-buru memasuki kamar mandi tamu. Fabian mengetuk pintu kamar mandi dengan kecang. Namun, Lauren tak juga membuka pintu kamar mandi. Membuat Fabian khawatir dan mengetuknya semakin kencang. Suara pintu terbuka, Fabian menghentikan ketukannya, yang hampir mengundang seluruh orang di rumah. Lauren keluar dan menebarkan senyum, seakan itu mampu menghilangkan ke khawatiran Fabian.
"Ada apa?" tanya Fabian, Lauren berjalan keluar. Fabian meraih tangan Lauren dan menggandengnya menuju ruang makan.
"Aku baik-baik saja, Fabian." Selalu seperti itu jawaban Lauren. Fabian yakin ada sesuatu pada Lauren. Tetapi, wanita keras kepala ini tetap bersih keras tidak ingin memberitahukan masalahnya padanya.

Lauren mengalihkan tatapan Fabian, ia mengambil sarapan untuknya dan memakannya. Berharap Fabian berhenti mengintograsinya. Fabian pun mengambil sarapannya, namun rasa penasarannya masih membuatnya gila. Sudah dua minggu ini Lauren sangat aneh. Ia tiba-tiba tidak bernapsu makan, atau terkadang ia berbaring di kasur dan memijat kepalanya. Dan terkadang juga, Fabian mendapati Lauren berlari ke kamar mandi dan menguncinya.

"Melanie, bagaimana kandunganmu? Bukankah ini sudah masuk bulan delapan?" tanya Lauren, mengalihkan tatapan semua orang. Melanie menganggukan kepalanya. Ia terlihat takut, dan itu hanya bisa tertangkap oleh Fabian dan Samuel.
"Adakah keperluan baby yang belum kita beli?" tanya Lauren, Fabian tersenyum dengan antusias istrinya.
"Kamu sudah memenuh kamar bayi dengan seluruh keperluannya, sayang. Apa itu masih kurang?" tanya Fabian, ia tersenyum melihat Lauren yang merona malu. Dan itu cukup mengurangi ke khawatirannya. Setidaknya, untuk sesaat ia bisa merasa tenang.

Fabian menatap Samuel, ia masih terlihat acuh dan tidak melakukan apapun. Tapi, Fabian menangkap raut ke khawatiran di mata Samuel. Dan sesekali adiknya itu menatap Melanie, entah memperhatikan wanita itu, atau kehamilannya. Samuel memalingkan tatapannya dan beranjak dari tempat duduknya.
"Melanie, setelah kamu melahirkan. Kamu tidak berhak menemuinya, atau mengakui dia adalah anakmu. Seperti perjanjian awal, kamu akan pergi dan aku akan memastikan seluruh kebutuhanmu. Aku harap kamu mengerti." Samuel masih mendengar ucapan kakaknya itu, ia terhenti di ambang pintu. Ingin kembali, namun ia tidak tahu apa yang harus di lakukannya.

***

Melanie manangis di dalam kamar. Ia lupa, semua kebahagiaan yang ia rasakan beberapa waktu ini, hanyalah sebuah ilusi. Anak yang ada dalam kandungannya harus ia lepaskan. Setelah sebuah penantian, pada akhirnya ia akan tetap harus melepaskannya. Bayi dalam kandungannya bukanlah miliknya. Dan ia harus pergi kemana? Mommy mengatakan kalau ia akan tinggal di mansionnya di pulau pribadi. Tempat itu jarang di kunjungi orang lain. Dan tidak aka nada yang mencarinya. Tapi,bagaimana seorang ibu lepas dari anaknya?

Fabian memandang nanar wanita yang tertunduk di kasurnya. Dari balik pintu ia memperhatikan wanita itu. Ia tidak berniat untuk menyakitiny, ia hanya ingin melihat reaksi adiknya. Dan ia tidak menyangka, adiknya memiliki hati yang beku. Fabian mendesah keras dan berjalan pergi dari kamar Melanie.

*****

Lauren berdiri di lantai atas, melihat Fabian yang berdiri di depan kamar Melanie cukup lama. Suaminya itu memandanginya dengan tatapan penuh kasih. Ia tidak ingin berpikir Fabian memiliki hati pada Melanie, tapi, bagaimana jika rasa itu tidak di sadari Fabian? Bukankah perasaan sering timbul tanpa di sadari. Seperti Lauren yang dulu tidak menyadari, kalau ia mencintai Fabian begitu besar.

The hope of smallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang