BEGIN WITH LIE_|

647 33 7
                                    

Gerak semu langit membawaku pada titik gelapnya dunia. Ya, malam hari. Dimana para pekerja atau pelajar menuntaskan kegiatan hariannya diluar, dan bergegas kembali menuju rumah mereka masing-masing. Atau terkadang malam hari digunakan beberapa orang untuk tunduk pada sisi gelapnya dunia. Misalnya, mabuk di bar, berjudi, bermain dengan wanita tuna susila di sebuah rumah bordil, merampok, atau membunuh. Di sisi lainnya menghabiskan malam hari dengan beristirahat di rumah, menyantap makan malam bersama keluarga, mengerjakan tugas, lalu menyiapkan schedule untuk rutinitas esok harinya sebelum akhirnya tidur.

Namun kecenderungan hal negatif lebih besar kuasanya saat malam hari.

Itulah sebab, aku tak pernah ingin untuk menghabiskan waktu di luar. Tidak tentunya, sampai ke empat kawanku mengajak untuk bermain di bar favorit mereka. Namjoon biasanya yang memulai, lalu Hoseok mengiyakan. Jimin yang merengek untuk ikut serta, dan Yoongi yang akan segera menitahkan Jungkook untuk pulang ke rumah, melarangnya untuk ikut bersama lalu menyuruhnya mengerjakan tugas sekolahnya di rumah.

Aku sebenarnya tidak tertarik untuk ke bar. Hanya saja aku tidak terlalu berani untuk menolak ajakan Namjoon. Jika kau berani menolak, maka Namjoon yang kasar akan bangkit. Seperti saat pertama kali aku bergabung dengan mereka, lalu Namjoon mengajakku ke Bar distrik Seoul yang cukup berkelas itu. Aku menolaknya, dan hal buruk terjadi. Ia marah bahkan mengerjaiku di kelas. Membuat ku malu, karena ia membuat lelucon "Seokjin terlalu buta dengan dunia luar. Bahkan dia tidak pernah ke Bar", mengucapkan di dalam kelas saat jam kosong dengan suara lantang. Mungkin siswa lainnya pernah ke Bar, kecuali aku. Dan itulah mengapa semua murid di kelasku langsung bergelak tawa, menertawai kebodohanku atau mungkin menertawai kenaifanku. Saat itu aku sangat malu, dan tidak lagi berani menolak ajakannya. Jika saja Ibu dan Ayah tau apa yang ku perbuat. Mungkin hal lebih buruk bisa terjadi. Akhirnya aku selalu berbohong kepada mereka jika aku memenuhi ajakan Namjoon untuk ke bar. Terkadang hal buruk tidak akan benar - benar terjadi jika kau melindungi dirimu dengan kebohongan. Itulah yang ku rasa.

Malam ini jam 9, Namjoon kembali mengajak kami. Kami diminta berkumpul 30 menit kemudian, dan aku langsung mengiyakan.

Terhitung, ini ke lima kalinya aku pergi ke bar. Menemani Namjoon yang melepas kepenatan hidupnya, menemani yang lain bersenang-senang. Sisanya kami akan beradu meminum beer. Yang biasanya Hoseok selalu menghabiskan beer terbanyak, sementara Yoongi akan cepat mabuk hanya dengan segelas beer yang ia teguk.

Aku pun berpamitan dengan Bibi Jungㅡpelayan rumahkuㅡ untuk pergi menginap ke rumah kawanku demi mengerjakan tugas kelompok. Ia biasanya akan mempersilahkan ku untuk pergi tanpa timbul kecurigaan atau pertanyaan lain.

Setelah merasa bebas dan aman, aku segera berangkat dengan mengendarai mobil pribadiku.



****





09.20 p.m KST

Suara pecahan kaca terdengar oleh nya. Segera ia terbangun, menyadari bahwa hal itu hanya bunga tidurnya, lalu menunduk dan mengusap peluhnya yang mengalir di pelipisnya. Anak itu kemudian berjalan menuju dapur, menuangkan segelas air putih untuk menetralkan pikirannya. Ia mengatur deru nafasnya, lalu kembali masuk ke dalam kamar.

Diliriknya celah gorden dari jendela kamarnya. Tidak hujan, simpulnya. Ia lalu menoleh ke arah jam dinding. Dan kembali meluruskan pandangannya ke arah jendela.

Tak berselang lama, ia meneduhkan pandangannya dalam. Menarik nafasnya dan menghembuskannya berat. Ia putuskan mengambil langkah keluar dari dalam kediamannya, mengenakan jaket dan mengunci rumahnya.

Tidak ada yang tau kemana ia pergi, bahkan dirinya sendiri tidak tau harus kemana. Dia hanya terus berjalan, tanpa tujuan tentunya. Yang ia inginkan hanya kebebasan, bebas dari luka lamanya. Ingatannya. Dan kesedihannya.

WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang