Bagian 4

3.1K 113 0
                                    

"Kak, mau kemana? bukannya bantu-bantu malah pergi."

Dek Roby nyinyir saat aku menuruni tangga sepagi ini dengan pakaian rapi, khimar motif bunga dengan kemeja polos dan rok senada. Aku cuek saja dan segera menghampiri bunda. Pasti dia baru saja dilarang pergi makanya sewot begitu.

"Bunda, tadi malam aku dikabari ada kuliah mendadak pagi ini. cuman sebentar kok. Gapapa kan kalo Dhiya pergi?"

"Iyalah kalo kuliah gapapa. kalo main sih nggak boleh." Bunda berkata dengan sewot.

"Nda, aku kan mau jogging, biar sehat. bukan mau main." dek Roby membela diri.

"jogging mu itu kayaknya sampai ke luar negri deh. lama. sampe sore juga gak pulang."

"bunda lebay banget. itukan kemaren-kemaren. hari ini enggak kok."

sebuah gelas plastik mendarat dikepala dek Roby membuatnya mengaduh. Ternyata Kak Zahra yang melemparinya. aku terkekeh sambil menyiapkan sarapanku. Kak Zahra tampak cuek dan melanjutkan kegiatannya mengisi gelas plastik dengan es buah.

"Ndaaa... kak Zahra lemparin adek pake gelas." adunya membuatku ingin muntah. sudah besar masih saja merengek begitu.

"udah gede juga. malu-maluin, apa-apa ngadu!"

"Tau." bunda menyahut dengan sewot membuatku terkekeh.

kini bunda sudah tidak terlalu membelanya, itulah yang membuatku bahagia karena melihat dek Roby tak berkutik.

***

"Dhiya, kamu udah selesai kuliah?"

aku kaget karena tiba-tiba saja Naufal menungguku didepan ruang kuliah.

"kamu ngapain?" aku terus saja berjalan cepat menuju parkiran. Ingin segera pulang.

"ooh, tadi aku ada rapat BEM. terus katanya kalian hari ini ada kuliah, jadi selesai rapat langsung aku samperin." Ia mengikutiku dengan langkah kakinya yang besar-besar.

Aku mengangguk saja.

"kamu kenapa gak balas pesanku dari kemarin?"

Aku mendengar ia bertanya, namun pura-pura tak mendengar.

"nonton yuk?" ajaknya tak menyerah mengajakku ngobrol. aku menatapnya heran.

Flashback

Siang itu aku duduk bersama Netha dibawah pohon saat sedang istirahat. Netha terus terusan menanyaiku kenapa sejak tadi aku murung. akhirnya aku bercerita bahwa Naufal selalu beralasan saat aku meminta ia menemaniku membeli buku.

"ini udah yang ke 4 kali dia ingkar janji. kalo dia yang minta, aku gak pernah beralasan." keluhku. Netha menghela nafasnya.

"mungkin kebetulan memang dia ada kesibukan." Netha menenangkan. aku hanya mengangkat bahu, tak yakin.

tiba-tiba saja naufal menghampiriku.

"hari ini aku senggang. jadi ku temani beli buku?"

Aku yang sejak tadi murung langsung mengangguk dengan sumringah.

"nanti sore jam 5 ketemuan di kafe seperti biasa ya, baru kita pergi sama-sama ke toko buku." aku mengangguk lagi.

"aku balik kekelas lagi, ditunggu sama yang lain mau ngerjain tugas." ia berpamitan, aku segera mengiyakan.

"nah kan, makanya jangan curiga duluan." aku terkekeh kemudian merangkul Netha yang mengomel.

Reaching Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang