Bagian 1

4.3K 179 5
                                    

*2 minggu yang lalu*

"hari ini giliran lo sama Dhiya yang antri." Ucap Nia kemudian mengambil posisi. Karen dan Netha mengikuti.

"tuh kan... penuh lagi. udah gue bilang makan diluar aja kenapa sih?"

Rindy protes karena sejak tadi ia menyarankan makan diluar namun diabaikan, kantin begitu penuh saat jam makan siang begini.

"mana sempet. Kita cuman punya waktu setengah jam sebelum skills lab. Belum lagi macet dijalan. Ntar telat gak dibolehin ikut skills lab lo mau tanggung jawab?"

Nia menyahut dengan otot lehernya yang sudah berkontraksi. Jika dibiarkan lama-lama mereka akan berdebat lagi. panjang.

"yaudah ndy, aku antri sendiri gapapa kok." usulku mengalah. Aku tak enak, orang-orang sudah menatap jengah kearah kami karena keributan yang kami buat.

"ahelah Dhiya, coba lo jadi orang jahatan dikit napa? Suruh mereka berdua kek yang antri gitu biar berantem di tengah antrian sekalian"

Nia dan Rindy malah terbahak. Begitulah mereka. Sebenarnya tidak benar-benar bertengkar. Hanya saja watak mereka yang sama-sama keras dan cara bicaranya yang sama-sama suka ngegas.

"Yaudah mbok Rindy... buruan gih, aku nasi pecel ya, pake telor dadar. Telornya jangan gosong. Sama air mineral"

"wakakakk sialan lo neth, emangnya gue udah kayak mbok-mbok pecel ya?"

Netha terkikik kemudian dihadiahi jitakan oleh Rindy. Netha hanya pasrah tak bisa membalas karena Rindy sudah kabur memesan makanan.

Aku mengikutinya dari belakang.

Betapa terkejutnya aku melihat kejadian didepan mataku yang terjadi begitu cepat. Seseorang nyaris menumpahkan mangkuk ke wajahku dari arah kanan depan, tapi mangkuk tersebut dengan cepat beralih ke tangan Rindy. Karena kantin yang sesak, seseorang tersenggol lengan Rindy. Isi mangkuk yang dipegang kuat-kuat dengan sebelah tangan oleh Rindy tumpah ke orang yang tadi hampir menumpahkan isi mangkuk ke arahku. 

Senjata makan tuan.

Selanjutnya, mangkuk tersebut pecah ke lantai menimbulkan bunyi yang cukup mencuri perhatian.

Kantin yang tadinya ribut seketika hening. orang-orang sudah memundurkan langkahnya, mundur agar tidak terkena pecahan kaca.

Orang tadi berteriak kepanasan karena ternyata isi mangkuk tersebut adalah kuah bakso yang baru diambil dari panci. Aku jelas tau siapa orang itu.

Ya, dia Yeni. Kakak kelas Naufal yang akhir-akhir ini selalu mendekati Naufal.

Beberapa orang berbisik-bisik. Mungkin membicarakan kami namun terlihat tak mau ikut campur.

Seketika hening. Yeni hampir menyerang Rindy sampai kulihat seseorang menarik tangan Yeni dan membawanya kearah wastafel kantin.

Entah kenapa tiba-tiba hatiku seperti tertusuk benda tumpul. sakit.

Namun perhatianku segera teralih kearah Rindy yang sudah meringis. Punggung tangannya juga ikut terkena kuah panas tadi. Aku segera menarik lengannya menjauh, membawanya ke toilet terdekat.

Aku segera membilas punggung tangannya sambil menggerutu,

"kenapa ditolongin sih Ndy? Coba kamu biarin aja tadi dia siram mukaku. aku gapapa kok daripada harus—"

"harus apa? harus liat mereka berduaan dengan Naufal yang udah pegang-pegang nyuciin tangan si yeni gatel itu? Gitu?"

Kini air mataku sudah tumpah. Netha yang entah sejak kapan datangnya langsung memelukku.

Reaching Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang