Bagian 8

2.1K 87 0
                                    

"Rel, gue diampuni gak ya sama Allah?"

Tanya Naufal berulang kali pada Farel. Farel sampai lelah menjawab hal sama pula berulang kali, bahwa Allah mengampuni semua dosa kecuali dosa menyekutukanNya.

"daripada lo tanya hal sama berulang kali, mending pertanyaan lo ganti sama istigfar."

Sahut Farel akhirnya.

"biar apa rel?" tanya Naufal seperti anak kecil yang tak paham apa-apa. padahal mungkin ia sudah tau jawabannya. Hanya memastikan.

"biar lo yakin dosa lo diampuni. Makin banyak istigfar, makin bagus. Daripada tanya sama gue, mana gue tau." sahut Farel sambil mengikat tali sepatunya dengan segera. 10 menit lagi kuliah akan segera dimulai

Kemarin, Farel request ke ustad untuk menasehati Naufal secara pribadi. Bukan menasehati sih, lebih tepatnya ngobrol bertiga. Hal yang kini membuat Naufal tak henti-hentinya merasa berdosa.

Para wanita yang akhir-akhir ini didekatinya juga diabaikannya. Mereka tentu saja tak paham lalu minta penjelasan. Tapi namanya juga Naufal, ia memang tak peka dan tak terlalu mau ambil pusing. Pikirnya itu masalah spele. Padahal bagi para wanita yang sudah berharap padanya, tiba-tiba diabaikan itu sangat menyakitkan.

Seperti sekarang, usai ujian, Naufal keluar ruangan setelah sebelumnya menoleh kanan kiri, saat memastikan keadaan aman terkendali, ia berjalan mengendap-endap sambil sesekali bersembunyi jika bertemu gerombolan wanita. Nampaknya agak khawatir jika mereka merupakan gerombolan teman-temannya Ghea.

Farel yang baru saja keluar dari toilet menatap gerak-geriknya yang aneh, lalu menegur Naufal yang kini sudah nemplok dibalik tangga.

"ngapain disitu? Buruan pulang." tegur Farel membuat Naufal terkejut. Suara nyaring Farel membuat seorang wanita bergegas menuju ke arah mereka berdua.

"kak Naufal, kok gak pernah bales chat Ghea lagi?" tanyanya meminta penjelasan.

Naufal menatap tajam kearah Farel yang kini hanya bisa mengusap tengkuknya, merasa bersalah.

"Maaf Ge, kakak takut dosa. chatting terus nanti lama-lama bisa zina."

Naufal to the point menjelaskan seperti yang ustad katakan padanya. Ghea terlihat tak mengerti.

"ya pahami sendiri lah. kakak pergi dulu. Oh iya gak usah chat kakak lagi ya Ge. Kakak udah tobat." Sambung Naufal tak mau berbasa-basi. Farel jelas saja tak dapat menahan tawanya mendengar perkataan Naufal.

-Bobby-

"Eh, kamu sudah bangun... Mau makan dulu?"

Aku menawari Dhiya yang baru saja terbangun dari tidurnya. Setelah menjalani operasi dan perawatan beberapa hari, Dhiya akhirnya lumayan pulih. Setiap hari aku selalu menyempatkan diri menjenguknya. Bukan menyempatkan diri, lebih tepatnya membuat jadwal sendiri untuk ke rumah sakit.

Ia hanya menatapku datar. Sepertinya ia benar-benar membalas apa yang sudah ku lakukan padanya. Sikapnya benar-benar dingin padaku. Tapi aku tidak peduli dan terus saja berada disekitarnya.

ekspresi tak sukanya sangat kentara saat menolak.

"atau kamu mau minum?" tawarku tak menyerah. Reza, aldy dan sari menahan tawa. Sepertinya hiburan tersediri untuk mereka saat melihatku yang dijuteki oleh Dhiya. mereka bilang, Dhiya tak cocok bertingkah jutek tapi terpaksa jutek karenaku.

"gak."

Ia sepertinya benar-benar benci padaku. Akhirnya aku mendekat untuk berbicara serius padanya. ku tarik bangku disamping tempat tidurnya.

Reaching Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang