Keyakinan Hati

20 1 2
                                    

Seperti pagi-pagi yang lalu, kali ini pun awan kesiangan, Ia terburu-buru menuju sekolah. Di sekolah Ia ditertawakan teman-temannya dan sang gurupun sudah menyambut Awan dengan berbagai macam jenis ocehan dan hukuman. Awan hanya tertunduk kaku, dalam hatinya ia berharap keajaiban kembali terjadi, waktu berputar mundur. Namun tak ada yang terjadi, kenyataan tetap harus dihadapi.

Jam istirahatpun telah tiba, namun tidak bagi Awan, tak ada istirahat bagi Awan, karena Badu pastilah akan datang menghampirinya. Ia hanya perlu memejamkan mata, dan dalam hitungan ketiga Badu pasti sudah ada di hadapannya.

Belum sampai hitungan ketiga tiba-tiba sudah ada yang mendorong kepalanya dari belakang. Badu terkekeh melihat Awan. Rupanya Ia masih dendam dengan kejadian kemarin.

"Hei Awan!" bentak Badu. " Aku penasaran, akhir-akhir ini sepertinya ada hal aneh yang membantu kau," kata Badu penasaran. Awan lagi-lagi terdiam. "Gimana kalo kita coba sekali lagi, kir- kira apa yang akan terjadi yah kalo aku mengganggumu?" tanya Badu.

Kemudian Badu mengambil tas Awan dan membuka kancing penutupnya lalu menumpahkan isi tas Awan ke lantai dan menendang barang-barang Awan ke setiap sudut kelas. Teman-teman yang melihat kejadian itu hanya diam tak membantu, mereka terlalu takut dengan Badu. Badu menunggu sambil tersenyum sinis, namun tak ada yang terjadi, setelah puas mengerjai Awan lalu Badupun pergi.

Awan seperti biasa, diam dan hanya bisa menahan tangisnya. Barulah sesampainya di rumah tangisan Awan pecah. Ia kesal dengan dirinya sendiri, Ia ingin sedikit berani. Ingin rasanya balas memukul Badu, namun apa daya, teriak saja rasanya sangat sulit. Saat berhadapan dengan Badu Ia hanya bisa terdiam dan tertunduk takut.

Awan duduk diam di dalam kamarnya sambil memandangi mugnya yang telah hancur berantakan. Ia merenung. Karena keajaiban mug ini, beberapa hari yang lalu merupakan hari yang sangat indah bagi Awan, tapi semenjak mug ini pecah, hari-hari Awan kembali menjadi tidak menyenangkan.

"hh..seandainya aku punya banyak mug ajaib seperti ini." Desah Awan. "Pastilah semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang aku inginkan," kata Awan. "Tidak!, ini gak bener!," teriak Awan dalam hati."Apa iya aku seumur hidup akan seperti ini? Cengeng, ceroboh dan lambat,.oh Tuhan..apa yang harus kulakukan untuk mengubah hidupku?" pikir Awan sambil meletakkan kedua tangan di samping kepalanya.

Awan cukup lama termenung, sampai ahirnya Ia memutuskan untuk menguatkan hatinya.

"Baiklah!cukup sudah, mulai sekarang, mulai detik ini semua akan berubah, tak ada lagi Awan yang cengeng, ceroboh, lambat dan selalu terlambat ke sekolah! " Awan bertekad. "Baiklah, ucapkan mantranya! ADUDU!," teriak Awan sangat yakin. Kemudian Ia geli sendiri mendengar mantra yang Ia ucapkan. Awan juga bingung entah darimana ia mendapatkan kata ADUDU itu, Ia hanya asal mengucapkan kata, namun mantra sederhana itu cukup menghiburnya di kala Ia sedang galau.

Esok harinya Awan bangun pagi sekali dengan tekad sekeras baja. Ia berjanji untuk tak menangis jika Badu datang mengganggunya, dan Ia juga bertekad kalau hari ini Ia tak boleh terlambat ke sekolah.

Ibunya merasa heran namun Ia tak berani menanayakan alasan kenapa Awan hari ini terlihat berbeda sekali. Ibunya hanya tersenyum melihat Awan yang sangat berbeda hari ini. Tibalah saatnya Awan pergi ke sekolah. Awan pun mengucapkan salam pada Ibunya. Dengan sangat yakin Awan melangkah menuju sekolah.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu Awan di sekolah, yaitu jam istirahat. Benar saja dugaan Awan, Sepertinya bagi Badu hari kurang sempurna pabila tidak mengganggu Awan. Badu menghampiri Awan yang baru saja hendak membuka bekalnya.

"Hei, aku lapar, sini bekalmu!", Badu merampas kotak bekal Awan.

"Apa ini?, nasi sama nugget," kata Badu mengejek. "Ah mana tak enak pula," kata Badu ambil membuang bekal Awan ke lantai.

Awan hampir saja menangis, tapi Ia tiba-tiba teringat dengan tekadnya. Dan kelakuan Badu yang membuang bekal buatan Ibunya ke lantai membuat hati Awan panas. Ia sudah tak tahan lagi. Badu keterlaluan!

"STOPPP!!!" bentak Awan ke Badu. Badu tak percaya Ia kaget bukan kepalang, bukan Cuma Badu tetapi teman-teman yang dari tadi hanya menyaksikan juga ikut kaget,mulut mereka menganga dengan tampang yang bingung.

Selang beberapa detik kemudian tinju Awan melayang tepat ke muka Badu, Badu yang masih kaget tak sempat mengelak. Badu terpental beberapa meter. Mata Awan merah membara menatap Badu seakan bersiap hendak menelan Badu bulat bulat. Badu bangkit dari jatuhnya. Ia tak berani menatap Awan. Badu segera berbalik dan mengambil langkah seribu. Kabur lari tunggang langgang. Awan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Sampai ia merasakan sakit di tangannya bekas memukul wajah Badu.

"Aduh..," katanya meringis. "Sakit juga..."kata Awan sambil memunguti bekalnya yang terjatuh. "Awan..kamu hebat, akhirnya bisa juga melawan Badu!" seru salah satu temannya. Kemudian teman- teman pun bersorak-sorak mengelu-elukan Awan.

Sesampainya di rumah Awan segera menuju kamarnya. Direbahkan badannya di kasur empuknya. Sambil memandangi langit -langit kamarnya pikiran Awan melayang ke kejadian tadi siang di sekolah. "Wow!", pikirnya. "bisa juga aku melawan Badu, rupanya tidak sesulit yang aku bayangkan, cukup mudah menghajar Badu." Kata Awan pelan sambil tersenyum.

Awan bangun dari kasurnya, tiba-tiba Ia merasa haus. Diambil mug putih favoritnya dan segera dituangkan air dingin ke dalamnya. Saat mug itu hampir menyentuh bibir Awan. Awan kaget dan tanpa sengaja mug itu terlepas dari tangannya.

"Kletak!." Mug putih itu terjatuh ke lantai. Awan dengan cepat mengambil mug itu dan dengan heran Ia memasati mug-nya. "Mug..ini.." kata Awan keheranan. "Bagaimana bisa??, bukankah sudah hancur berkeping keeping?,"Kata Awan penuh tanda tanya. " Ah sudahlah yang penting mug ini sudah kembali menjadi utuh." Gumam Awan dengan mata berkac- kaca bahagia.

Malam harinya di meja makan Awan membawa mugnya. Rupanya dari tadi ayah Awan memperhatikan mug putih-nya Awan.

"Awan..itu mug yang ayah kasih dari kakek kan?,"tanya Ayah ke Awan. "Iya yah.., mug ajaib." Kata Awan. "Oh benarkah ajaib?," tanya Ayah." Hahahha, Enggak yah, ajaib soalnya sudah jatuh berkali-kali tapi ga pernah pecah," kata Awan. "Ohhh, kirain beneran ajaib..., soalnya mug itu kan turun- temurun di keluarga kita, dulu kata kakek, mug ini konon bisa menguatkan hati pemiliknya, tapi selama di ayah sih ga terjadi apa-apa." Kata ayahnya sambil menekuk kedua alisnya. "Emm..kalo di kamu gimana?, mug nya ajaibkah?" tanya Ayahnya. "Hehehhehe..rahasia!," kata Awan sambil terkekeh. "Eh..tapi kamu akhir akhir ini berubah lo..," kata Ibu. "benarkah?," tanya Ayah. "Iya..Awan lebih mandiri yah, tidak cengeng lagi, dan kemarin Ibu dengar kabar dari salah satu temanmu, kamu berhasil melawan balik Badu yah?." " Oh yah??," tanya Ayah keheranan. "Emm..iya Yah...", Kata Awan tersipu malu. "Baguslah kata ayahnya, kalau begitu Ayah sudah tenang untuk melepasmu pergi sekolah ke luar negri ," Kata Ayah. Awan yang mendengar perkataan Ayah tak bisa menahan kegembiraannya. Saat itu juga airmatanya menetes. "Yaaaa...., cengeng lagi deee," ledek ayahnya. Mereka bertiga pun tertawa. Dan ditengah perasaan bahagia itu Awan membisikkan sesuatu ke mugnya.

"terima kasih.."

penguat hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang