1. Savior?

20 4 0
                                    

First..

Dewa fortuner.

"UKS mana sih?"
Mungkin sebagian siswa akan dengan mudah menemukan tempat paling berkeramat itu. Tapi status 'murid baru' yang disandang wanita berhijab ini adalah faktornya.

"Ehem!"
Yalfa tersentak kaget. Ia mengaktifkan mode waspada di badannya dimulai dari matanya. Yalfa menatap laki-laki yang lebih tinggi darinya itu dibarengi mundurnya 3 langkah kakinya, membuat jarak diantara keduanya.

Yalfa dengan wajah yang sudah pucat semakin pucat saja saat laki-laki itu menatapnya lekat-lekat. Laki-laki dengan jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, tanpa dasi, dan tanpa bed kelas.

"Sakit?"
Yalfa hanya mengangguk lemah. Ia sangat anti dengan penampilan laki-laki yang terlihat urakan seperti itu.

"Nyari UKS?"
Yalfa masih saja mengganguk lemas sambil membisu. "Mau saya anterin?" Tambahnya yang membuat Yalfa tambah memucat.

"Eng..enggak usah deh." Jawab Yalfa terbata. Ia celingak-celinguk melihat koridor yang sepi karena ini masih pukul 6 pagi.

"Yakin? Ini masih pagi lho." Ucap laki-laki itu melirik jam ditangannya.

"Enggak." Yalfa hanya meringis kikuk.

"Oke."
Laki-laki itu berjalan menjauh dari tubuh Yalfa.

Yalfa melirik kesana-kemari hanya ada dirinya dan cowok jangkung yang ia tidak kenal tadi.

Masa bodoh!

Yalfa berlari sambil memegangi kepala yang nyut-nyutan menuju samping laki-laki itu.

"Aku ikut deh." Yalfa hanya meringis ke arah laki-laki itu. Dan laki-laki itu hanya mengangguk.

Mereka berdua melewati koridor kelas X.Ips serta melewati perpustakaan yang masih tutup, dan sampailah mereka di depan pintu kaca yang bertengger tulisan UKS di atasnya.

Laki-laki itu menunjuk pintu itu dengan dagunya ke arah Yalfa. "Makasih."
Anggukan datar diberinya lalu pergi dari sana menyisakan Yalfa sendirian.

Yalfa menghembuskan nafasnya lalu mulai membuka pintu itu. Krek..

------

"Nama lo siapa?"
Wanita berkacamata biru dengan geraian rambut sebahunya menyodorkan tangan ke hadapan Yalfa.

"Yalfa. Alyalfa Adi Trimulyo." Yalfa menjabat tangan itu. "Nama kamu?" Tambahnya memperhatikan wajah yang sedikit oriental itu dengan seksama.

"Gue Vira Surjono. Vira aja."

Masih dengan senyum yang tercetak di bibirnya, Yalfa mangguk-mangguk paham.

Vira menepuk pundak Yalfa 2 kali. Dan Yalfa menoleh sambil mengangkat alisnya. "Jangan bilang lo bukan asli sini." Yalfa hanya meringis lalu mengangguk pelan.

"Pantesan! Logat lo lucu banget. Sumpah!" Yalfa masih saja terdiam sampai akhirnya dia dipanggil untuk memperkenalkan diri di depan murid satu kelasnya.

Yalfa berdiri di depan membuang nafas kasar lalu mulai berbicara. "Perkenalkan. Saya Alyalfa Adi Trimulyo. Bisa dipanggil Yalfa. Asal sekolah SMPN 5 Surakarta. Rumah...?" Yalfa menggantung kalimatnya, mengingat ia tidak tau alamat rumahnya yang baru. "Rumah saya lupa. Soalnya baru 2 hari kemaren pindah. Jadi nggak usah aja ya." Yalfa yang bermonolog sendiri hanya meringis.

"Nomer hp berapa neng?" Sahut seseorang dari tempat duduk belakang dengan nada bicara yang sedikit menggoda.
Yalfa masih kikuk. "Eh? Lupa i mas." Dengan logat Jawa nya yang ketal membuat semua orang disitu tertawa.

Angka 10Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang