kepedulian-

425 23 0
                                    

"Simpanlah keluhmu sperti kau menyimpan aibmu karna sebenarnya tak ada yang mau tau susahnya kamu saat berjuang"

Silau rasanya. Aku mengerjapkan mataku,melihat sekelilingku semua serba putih dan aku bisa menebak dimana aku sekarang berada.

Bau obat-obatan yang khas mulai menyeruak di indra penciumanku. Ini bukan tempat yang asing, aku mengenalinya meskipun ini bukan kamar yang biasanya kutempati.

Ya,aku berada di kamar salah satu kamar rumah sakit yang sering kukunjungi.

Tapi tunggu dulu, aku kenapa bisa berada disini. Bukanya aku tadi membeli buku dengan Ravail? Dan siapa yang memgantarku kesini.

Aku mulai sibuk dengan pikiranku. Kenapa aku harus menyusahkan semua orang yang berada di sekitarku. Bukankah aku hidup sudah menyusahkan kedua orang tuaku? Jika itu adanya mengapa aku dilahirkan di dunia ini. Lamunanku buyar karna pintu berdecit saat dibuka.

Ravail memang membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Dan itu membuatku kaget karna menyadarkan lamunanku. Otomatis semua yang kutanyakan terjawab. Ravail yang membawaku kesini.

"Hai bagaimana keadaanmu"

"Lebih baik daripada tadi"

"Syukurlah, kau perlu sesuatu?"

"Kurasa tidak, trimakasih"

"Baiklah, istirahatkan tubuhmu agar lekas sembuh"

Aku memejamkan mataku tanpa niat membalas omongan Ravail.

Dalam batinku berkata, syukurlah Ravail tak menanyakan aku sakit apa. Jika ia bertanya aku harus jawab apa. Aku tak mau menyusahkan apalagi membuat khawatir orang yang berada di sekitarku.

Aku cukup membuat mereka yang sebelumnya mengenalku lama yang repot dengan apa yang kualami. Aku tak mau semua membenciku karna aku dianggap menyusahkan.

Tak sadar setelah berargumen dengan diriku sendiri akhirnya mataku terpejam dan mulai memyelami alam mimpi.

Kuharap aku mimpi indah dan tak ada yang sanggup membangunkanku ataupun berharap aku bangun dari mimpi burukku ini.

Ravail Point of view

Nampaknya Asvira telah terlelap. Kudekatinya dan berjalan mengarah tempat tidur yang berada ditengah ruangan kamar ini.

Tampak damai wajahnya. Kukecup dahinya pelan agar tak menimbulkan efek yang membuatnya terbangun.

Sakit apa kau. Hingga nomer dokter dirumah sakit ini yang menjadi panggilan cepat yang berada di angka nomor satu.

Aku tau sakit apapun kamu. Kamu itu orang yang kuat. Dan kamu nggak sembarang mau menceritakan apa yang kamu alami selama ini.

Aku paham As mungkin kau tak ingin membuat siapapun yang berada di sekitarmu khawatir dan iba denganmu.

Waktu menunjukan pukul delapan malam. Ini sudah larut dan aku belum mengisi apapun untuk perutku.

Kuputuskan untuk mengisi perutku dengan mencari makanan di luar rumah sakit.

Setelah memastikan asvira masih terlelap akhirnya aku meninggalkannya tanpa berpesan apapun untuknya karna takut mengganggu tidur nyenyaknya.

Saat aku berjalan menuju lobi rumah sakit. Aku tak sengaja berpapasan dengan dokter Antoni yang menjadi dokter asvira.

Aku menghentikan langkahnya dan berpesan agar memberitahukan bahwa aku sedang keluar mencari makan.

Kebetulan dokter antoni akan memeriksa dikamar Asvira jadi aku tak sungkan untuk menitipkan pesanku untuknya.

Kiss Me Before FligthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang