kelulusan

197 11 2
                                    

Ini adalah minggu terakhir kelulusanku. Setelah melaksanakan ujian yang membuatku pusing karena aku harus dihadapkan dengan berbagai macam buku yang harus semua ku kuasai. Memang tidak sulit bagiku untuk memahami semuanya, tapi aku lelah. Terlebih sejak akan dimulainya ujian Ravail sibuk dengan dunianya sendiri dengan alasan ia fokus belajar.

Hari ini sebenarnya masih masuk sekolah, tapi aku sedang malas untuk pergi sekolah. Mungkin sedikit bersantai dirumah membuat moodku kembali meningkat. Aku memulai hariku dengan memasak sarapanku sendiri.

Aku akan memasak ayam goreng dan sayur asem kali ini. Meskipun ini masih pagi dan apa yang kumasak tidak pas untuk sarapan, aku akan tetap membuatnya karena mungkin aku sedang rindu dengan orang tuaku yang selalu membuat masakan rumah disaat hari libur.

Dengan cekatan aku menyiapkan bahan yang akan kubuat. setelah memotong dan membersihkan macam macam sayuran, tidak lupa aku juga mencuci ayam yang sudah terpotong.

Setengah jam sudah aku bergelut dengan alat dapur, dan saat ini apa yang kumasak telah siap dihidangkan. Aku menaruh mangkok berisi sayur dan semua yang aku masak di meja makan.  Saat aku akan menyantap makanan  yang kubuat tadi, terdengar suara bel dari luar berbunyi. Aku menghiraukannya, lagian siapa sih yang iseng iseng pagi hari bertamu dirumah orang. Aku menyantap makananku dengan lahap tak terisa.

Tanpa kusadari ada seseorang yang berdiri disebelahku sambil menatap geram.

"Bukanya bukain pintu buat pacarnya, malah asik-asikan makan" kata Ravail dengan mengerucutkan bibirnya.

Aku yang menyadari kehadiranya pun mempunyai ide. Hm awas aja Ravail, udah ngilang kayak jin terus dateng malah marah-marah. Langsung saja kujawab omelannya dengan kata kataku yang tak kalah pedasnya.

"Emang aku punya pacar, trus ngapain kamu kesini? Udah sadar mas kalo punya pacar?"

"Asvira ngomong apa sih kamu. aku nggak lupa sama kamu, Tapi aku sibuk." kata Ravail menjelaskan.

"Tau ah, ngrusak mood aja. Emang nggak bisa hubungin lewat telepon?"

"Maaf" kata Ravail singkat.

Aku hanya mendegus kesal dan merapikan piring kotor yang telah kupakai tadi saat sarapan, sementara Ravail hanya memandang ku lesu sambil duduk di kursi meja makan. Aku mencuci piringku hingga selasai lalu kuletakkan di rak agar cepat kering dan memasukannya ke lemari.

Setelah semuanya selesai, aku membalikkan badan dan nampak Ravail yang datang menghampiriku. Aku hanya menatapnya lalu berlalu menuju kamarku. Sesampainya di kamar aku langsung merebahkan tubuhku diranjang, begitupun Ravail yang mengikuti apa yang ku lakukan dari tadi.

"Kamu kenapa sih sayang" kata Ravail memecah keheningan.

"Nggak papa" kataku singkat.

"Nggak papa kok diem aja sih?"

"Aku capek aja."

"Kamu capek? Mau aku pijit? Mana yang pegel?" kata Ravail sedikit menggoda.

"Badanku nggak ada yang pegel Ravail, aku capek sama kamu."

"Maafin aku, aku nggak maksud nggak nggabarin kamu." kata Ravail dengan menyesal.

"Trus kamu ngapain waktu nggak ketemu aku? Jangan jangan kamu belajar sama gebetanmu?"

"Astagfirullah, nggak sayang."

"Trus apa kalo gitu." tanyaku dengan sebal.

Ravail hanya diam dan menghembuskan nafasnya perlahan.

"Emang harus ya aku bilang sama kamu kalo aku lagi sibuk ngurus perusahaan papa yang lagi ditinggal jalan-jalan sama mama." kata ravail sedikit kesal.

Kiss Me Before FligthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang