empat

2.4K 266 10
                                    

"Ma, Jingga mana, Ma?" tanya Meta kepada Mamanya setibanya ia di rumah.

Plis, Meta benar-benar berharap bisa bicara dengan anak itu sekarang. Soalnya, tadi Lani bilang, kalau ia gagal, Lani meminta hadiah sepasang sepatu cantik untuk acara pernikahannya besok. Yang harganya, bikin Meta kelabakan.

Dasar licik! Kurang ajar!

Meta pun tidak berhenti memaki-maki sahabatnya itu dalam hati. Apa-apaan itu, sepatu harganya sepuluh jutaan? Dipikirnya, Meta banyak duit apa? Gajinya saja tidak sampai segitu!

"Bukannya uang tabungan lo udah mau lima puluhan, Met? Masa beliin sepatu harganya segitu aja lo nggak mau. Demi sahabat lo, Metaaa!" Begitu kata Lani tadi siang padanya.

Meta benar-benar menyesal pernah cerita soal jumlah tabungannya dengan Lani. Sialan!

"Baru aja pergi sama temennya. Kenapa, Mbak?" sahut Mamanya yang saat itu sedang asyik menonton acara gosip di televisi.

Bahu Meta yang tadinya tegak, perlahan terkulai lemas, "Yaaah, ke mana, Ma?"

Ratih mengangkat bahu, dan menengok Meta sekilas, "Nggak tahu, ya. Paling juga main-main ke rumah temennya. Memangnya kenapa, sih? Kok, tumben kamu nyariin dia? Biasanya nggak pernah...."

"Ada deh, hehehe." Meta tertawa, kemudian memutar tubuh, hendak menuju kamar. Namun, tiba-tiba, ia teringat sesuatu, yang langsung ia suarakan, "Eh, Mama punya nomer HP-nya Jingga, nggak?"

"Loh, memangnya kamu nggak punya nomernya?"

"Enggak," jawab Meta, sejujurnya.

"Loh, kok bisa?" Ratih menengok Meta cukup lama dengan kening berkerut-kerut, keheranan.

"Sebenarnya, aku tuh punya, Ma. Tapi, kayaknya dia udah ganti nomer baru. Tadi, aku juga udah coba telepon, terus tulalit."

"Sekarang kan ada LINE, BBM, atau apa gitu. Hubungi lewat situ aja kan bisa...."

"Kemarin udah sempat punya, terus nggak tahu kenapa aku diblokir sama dia. Anak Mama yang satu itu kan aneh."

Apa yang dikatakan Meta, benar adanya. Dulu, ketika media sosial mulai populer, baik Meta maupun Jingga, tidak ada yang mau ketinggalan. Mereka sempat berteman di Facebook, dan Meta, sering banget mengomentari setiap status atau kiriman yang dibuat Jingga.

Tapi, suatu hari, tiba-tiba Meta tidak bisa menemukan nama Jingga di daftar temannya. Ketika ia tanya langsung ke orangnya, dengan ketus dan muka juteknya, Jingga bilang :

"Aku tuh nggak suka, ya, Mbak komentarin status-status aku! Norak tahu, nggak?"

Iya, cuma gara-gara itu, Meta langsung diblokir dari pertemanannya.
Kurang ajar memang tuh bocah! Udah alay, songong lagi! Dasar ababil!

Lagipula, suruh siapa buat status isinya galau semua. Kan, Meta jadi kepo. Ia juga pengen tahu dong untuk siapa status-status itu ditujukan. Hah! Dasar bocah! Gitu aja ngambek.

"Ada-ada aja, deh, kalian. Ya udah, tuh nomernya ada di HP Mama," ucap Ratih, seraya menunjuk benda petak berwarna putih di atas meja.

Serta-merta, Meta berlari kecil untuk mengambil HP tersebut. "Aku bawa dulu, ya, Ma!" serunya riang lalu pergi ke kamarnya.

Setibanya di kamar, Meta segera menyalin nomor HP Jingga ke ponselnya. Dan, satu menit berikutnya, ia langsung menelepon adiknya itu.

"Halo, assalamualaikum? Ini siapa?" Suara khas remaja Jingga, menyahut di ujung sana.

MetaForATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang