P R O L O G

131 39 11
                                    

○○○

Pada abad ke-enam.

Seorang pria yang memakai pakaian serba hitam sedang berlari ke arah utara. Dia melarikan diri dari kejaran beberapa penjaga hutan. Lalu pria itu menghadap ke belakang dan mengeluarkan aura hitam yang mampu membuat para penjaga hutan terbakar.

Pria itu terus berlari dan membuka portal dimensi untuk sampai di tempat tujuannya. Istana Iblis. Tempat sang Raja Iblis tinggal. Dia masuk dan dikawal oleh para penjaga lain untuk menyusuri setiap lorong-lorong gelap yang hanya diterangi oleh lentera kecil setiap sudut.

Akhirnya, sampailah dia depan pintu ruang utama. Para penjaga istana yang mengawalnya kini meninggalkannya. Karena penjaga itu tahu kalau Raja dan pria yang tadi dikawalnya ingin membicarakan hal yang penting.

Pintu itu terbuka dengan sendirinya, seakan-akan menyambut kedatangannya. Sang pria melangkahkan kakinya masuk lalu memberi hormat kepada Raja Iblis dihadapannya.

Iblis yang ditakuti oleh seluruh bangsa.

Iblis yang mempunyai kekuatan kelam.

Iblis dengan aura hitamnya yang mampu mengintimidasi setiap orang.

Iblis. Dialah, sang Raja dari segala Iblis.

Forneus Lucifer. Yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Bisa dibilang singgasananya.

"Salam, Baginda. Hamba telah membawakan barang yang baginda minta. Book of Fortune dari The Forest of Prophecy." Pria itu memberikan sebuah buku yang terlihat kuno kepada sang Raja.

Sang Raja menerima buku itu dengan tangan terbuka. Dia membuka berlembar-lembar halaman buku itu, lalu dia tertawa jahat.

"Akhirnya, setelah lama aku menunggu, buku ini ada di tanganku. Dan aku bisa menguasai dunia bawah serta dunia atas hanya dengan buku ini." Matanya masih menelusuri halaman demi halaman. Seketika tawanya berhenti. Raut wajahnya menyiratkan kemarahan yang besar dan berbahaya. Dilemparkannya buku itu sembarangan.

"Volt! Kenapa kau tidak memberitahuku tentang wanita itu? Wanita yang membuat dunia bawah tidak bisa menguasai dunia atas?!" teriak sang Raja. Rahangnya mengeras serta wajahnya makin memerah tanda kemarahannya akan memuncak.

Volt. Dia pria itu. Asisten sang Raja atau tangan kanan sang Raja Iblis.

Dia yang sekarang sedang di hadapan Raja. Raja yang sedang marah. Jika orang lain yang dihadapkan dengan situasi seperti ini, pasti mereka akan bergetar ketakutan. Tapi, raut wajah Volt justru berkebalikan dari raut wajah sang Raja. Datar. Dan dia juga tetap tenang.

Seperti tidak ada sesuatu apapun yang terjadi.

Tapi, dia menyesal karena tidak bisa membuat Raja puas.

"Maaf, Baginda. Hamba lupa untuk memberi tahu Baginda tentang wanita tersebut. Sekali lagi, hamba minta maaf.

"Tapi Baginda, kita mungkin bisa merubah isi buku tersebut dengan cara menghentikan keluarganya atau membuat keluarganya melupakan bahwa wanita itu bisa menghentikan dunia bawah." Volt memberi ide dan membuat sang Raja lagi-lagi tertawa jahat.

○○○

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang