C H A P T E R 0 3

58 32 0
                                    

○○○

Crakk . .

Bunyi batang pohon yang patah akibat tersambar petir. Suasana hujan dan petir itu membuat Judy dan Davin memutuskan untuk pindah ke tempat lain. Rumput yang bergelinang

Davin menggandeng tangan Judy kemudian berucap, "ayo kita cari tempat lain."

○○○

"Jadi, tadi apa yang ingin kau sampaikan?"

"Oh. Emm . . Tadi aku mau bilang kalau aku-- aku itu . . Aku su-- eh? Itu. Aku suka . ."

Davin mengernyit heran. Dia tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan ucapan Judy. Karena ucapan Judy terbata-bata dan kurang jelas.

"Suka?" tanya Davin.

Seperti mendapat pencerahan, Judy langsung berseru, "ah! Aku suka sup. Sup itu enak banget. Rasanya bikin lidah ketagihan. Trus ya-- pokoknya aku suka banget sup." Terpaksa. Terpaksa ia berbohong pada Davin. Dia tidak mau kalau Davin nanti mengetahui yang sebenarnya. Judy takut kalau Davin akan menjauh. Menjauh darinya. Judy tidak mau.

Davin menatap Judy tidak percaya. "Jadi, cuman mau ngomong itu doang."

"Hahaha. Iya. Cuman mau ngomong itu DOANG. Biar kamu tau. Hehehe." balas Judy dengan senyum yang sangat-sangat terpaksa dan menekankan kata 'doang'.

Tiba-tiba, Judy teringat dengan mimpinya yang menurutnya sangat aneh.

"Jauh-jauh hari ini, aku pernah mimpi yang menurutku sangat aneh?" ucap Judy.

Tanpa diketahui Judy, Davin sedang tersenyum licik. "Mimpi apa memangnya?"

"Aku mimpi kalau aku bertemu dengan seorang wanita. Wanita itu memakai pakaian yunani kuno--" Davin memotong ucapan Judy dengan tidak sabar. "Ya. Terus?"

"Ya sabar, dong." ketus Judy, "jadi, wanita itu bilang padaku agar aku harus selalu hati-hati sama orang yang deket banget sama aku. Kan aneh ya," lanjutnya.

"Hahaha. Iya. Aneh," ucap Davin sambil tertawa sinis. Dibalik tawa itu ada secercah rahasia yang tidak diketahui oleh Judy. Judy yang menyadari keanehan Davin langsung bertanya kepadanya.

"Ada apa denganmu?"

Davin bertanya balik. "Memang ada apa dengan 'ku?"

Judy menghela napas pelan. Mungkin memang ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya ini. Mungkin juga dirinya sendiri yang aneh. "Nggak apa-apa, kok. Mungkin aku yang menanggapinya terlalu berlebihan."

Davin terlihat semakin gusar dan akhirnya ia mengalihkan pembicaraan. "Eh, apa kau tidak ingin pulang?"

"Nggak tau, nih. Busnya belum dateng," ucap Judy sedih. Padahal dia sudah sangat lelah hari ini. Bebannya seperti makin banyak saja. Dia ingin jika ia sampai rumah, ia akan langsung merebahkan dirinya di ranjang empuk yang telah menantikannya.

"Oh. Ya sudah. Tunggu aja dulu." Davin tersenyum misterius.

Keadaan hening. Lagi. Ini yang ketiga kalinya Judy berbicara pada Davin dan dipisahkan oleh keheningan yang terasa sangat mencekam. Judy memiliki firasat buruk tentang sesuatu yang dia tidak ketahui. Tidak. Judy tidak ingin memikirkannya. Ia sangat-sangat percaya kepada Davin--sang sahabat.

Brum . .

Bus yang telah ditunggu-tunggu pun datang. "Dav, aku pulang dulu ya.  Usnya sudah datang dan terima kasih untuk hari ini."

Tapi, Davin mencegat Judy untuk tetap duduk. "Tunggu. Jangan pergi dulu. Nanti saja, bus yang selanjutnya," ucap Davin memohon. Dalam hati, Judy terheran-heran. Tidak biasanya Davin akan memohon. Padahal ini hanya masalah sepele saja. Judy ingin menuruti permohonan Davin, tapi firasatnya mengatakan untuk segera mungkin pulang.

"Nggak bisa, Dav. Aku mau pulang dulu. Busnya udah pergi." Judy pun melepaskan cekalan tangan Davin. "Dah, Davin!" ucapnya sambil berlari.

Saat Judy sudah masuk ke dalam bus, tiba-tiba terdengar bunyi kaca halte yang pecah. Seperti sengaja dipecahkan.

Ya ampun. Davin nggak kenapa-napa 'kan? Batin Judy.

Judy tidak sadar bahwa Davin sedang marah besar. Amarah yang sudah memuncak. Tidak tertahankan.

○○○

TO BE CONTINUED . . .

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang