01 That Girl

19 1 0
                                    

Gambar 'bonus' untuk pembuka cerita. Kagamine Rin - Abstract Nonsense.

"Jawab aku, kau apakan si Wakatoshi?!"

"Bukan urasanmu!"

"Jawab aku!"

"Kau nggak perlu tahu!"

Perdebatan tak terhingga tengah terjadi di antara aku dan adikku. Sekarang bayang-bayang di gaplok anak sekelas telah hilang berubah menjadi bayang-bayang di 'bantai' si Wasktoshi-lah yang hinggap di kepalaku.

Demi Tuhan... Buatlah aku pingsan sekarang...

Mikoto pergi berlalu begitu saja. Hebatnya, dia masih bisa membanting pintu kamar. Luar biasa.

Aku menyisir rambut dengan jemariku. Ini pertengkaran yang ke-67 kali sejak Mikoto masuk SMU.

Aku bersumpah tak tahu apa lagi yang harus kulakukan.

Seto menepuk pelan pundakku lalu berkata,"Banyak-banyak tabah, ya..." Setidaknya aku bersyukur mempunyai sahabat sebaik Seto dan Kano.

Aku tersenyum memaksa (dan terpaksa). "Makasih atas sarannya." ucapku pelan.

Ah, mungkin sebaiknya aku membiarkannya menenangkan diri dulu.

******************************
Gadis itu nampak merobek robek kertas diary-nya sendiri sambil sesekali mengumpat.

'Diary gak berguna, sama seperti kakakku yang bodoh!'

Setelah kertas itu telah robek menjadi bagian-bagian kecil, gadis itu membuangnya secara asal. Belum cukup, dia melempar pulpen yang baru ia pakai ke kasur birunya.

Gadis itu terdiam sejenak sambil menggigit bibirnya sendiri.

Tak lama kemudian beranjak menuju sebuah rak buku yang penuh dengan koleksi komik kesayangannya.

'Kenapa hidupku enggak kayak di komik Mahouka no Rettousei, ya?'
keluhnya dalam hati.

Belum sempat mengambil sebuah komik dari rak, sebuah suara yang amat ia kenal terdengar dari balik pintu kamarnya.

"Mikoto nee-san, makan malam dulu, yuk! Kasihan nii-chan, dari tadi belum makan cuma buat nungguin nee-san keluar kamar."

Itu suara adik Mikoto yang manis dan feminim, Karen.

Mikoto tak peduli, dia sangat bebal dengan rayuan 'maut' Karen kali ini.

Mikoto tak menjawab.

Karen menyerah. Terdengar suara langkah kaki yang menjauh dari kamar Mikoto.

Karen pergi...

Mikoto tersenyum penuh kemenangan, ia berhasil mengalahkan suara 'emas' milik Karen.

Tiba-tiba terbesit hal hebat di pikirannya, hal yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya.

Dan tentunya...hal tergila...

Yang pernah ia lakukan...

"Aku akan kabur dari rumah ini sekarang juga." gumamnya riang, amat sangat riang.

Dengan hati-hati di bukanya daun jendela kamarnya.Mikoto melihat ke bawah, nampaknya lumayan bahaya jika dia melompat dari lantai 2.

Belum kehabisan akal, digunakannya sprai kasurnya sebagai alat bantu turun ke bawah. Di ikatnya ujung sprai ke salah satu kaki kasur yang paling dekat dengan jendela.

Lalu perlahan lahan tubuh Mikoto turun ke bawah dengan berpegangan erat pada sprai yang digenggamnya.

Hupp!!

R.E.dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang