Kenyataan Pahit

108 17 3
                                    

AUTHOR VIEW'S

Suasana Cafe RedNil tampak ramai disiang hari. Masuklah seorang pria tampan dari arah pintu masuk.

"Selamat datang di kafe kami" sambut seorang gadis karyawan dengan penuh senyuman.

Namun pria itu menanggapinya dengan wajah datar dan berjalan mendekati meja bernomor 13.

"Idihh jutek bener tuh cowok macem kena pms" celetuk teman gadis karyawan itu.

"Huss kamu Nil jangan gitu.. bisa jadi dia lagi bete sama pacarnya" balas gadis karyawan itu merendahkan suaranya. Sesekali mencuri pandang ke arah pria tampan itu.

"Ahaha iya juga sii.. yaudah biar gue yang nawarin makanannya, da."

"Serius kamu, Arinil?" Ucap gadis karyawan itu dengan raut keraguannya

Gadis bernama Arinil itu tersenyum, "Prada Wanda sejak kapan lo jadi gapercaya gini sama gue, hm?"

Gadis karyawan bernama Prada Wanda itu tersenyum ragu pada Arinil. Seolah tak yakin pada apa yang terjadi selanjutnya.

"Udah pokoknya lo tenang aja.. lo jadi kasir ,okey? Bye" ucap Arinil santai.

"Tapi kamu kan yang punya.."

"Pstttt.. brisik lo Da"

Tuk.. tuk.. tuk..

Pria tampan itu mengetuk pulpennya ke meja beberapa kali, sesekali menghela nafas beratnya. Wajah tampannya nampak masam ketika datang seorang gadis berperawakan tinggi menghampirinya.

"Kamu udah lama nunggunya dy?" Ucap seorang gadis itu sembari menggeser bangku dan mendudukinya.

"Engga.. aku baru dateng juga"ucap pria tampan itu sembari tersenyum masam. Ia menaruh pulpen itu pada selipan buku pesanan.

"Sekarang kamu jelasin ke aku.. siapa Rega?" Tanya pria tampan itu to the point.

Gadis itu terkejut, "maksud kamu apa, andry?" Tanya nya dengan ragu.

Pria tampan bernama Andry itu memandangnya sinis, "siapa rega?"

"Selamat datang di kafe Rednil, apa kalian sudah ingin memesan?" Sapa Arinil dengan cerianya. Arinil yang tak tahu apa-apa diberi tatapan sinis oleh Andry ia hanya bisa tersenyum kikuk. Rasanya saat itu juga ia ingin berlari sekuat mungkin dari dua pelanggannya ini.

"Anjir gue salah waktu.. kalo didrama mungkin ini awal mula pertengkaran dimulai!" Batin Arinil.

"Kita pesan Chocolate Milshake nya 2 ya mba" ucap Gadis itu kalem, ia tersenyum pada Arinil. Seolah tau Arinil dalam posisi awkward.

Seperti terselamatkan, Arinil bernafas lega. Ia tersenyum kearah gadis itu dan mengangguk mengerti. Dan pergi dari atmosfer mengerikan itu.

Andry kembali menatap gadis itu intens. Membuat suasana diantara kedua mahluk itu kembali menegang.

"Oke dy, aku bakal jelasin.. tapi kamu harus percaya sama aku." Ucap gadis itu menenangkan Andry dengan menggenggam jemarinya.

Andry hanya diam.

"Rega itu temen sekelas aku.. waktu itu kamu ikut olimpiade basket. Dan aku.. "

"Kamu peluk dia, iyakan?"

"Dy kamu dengerin aku dulu.."

Andri melepas genggaman gadis itu, "seharusnya kamu jaga sikap kamu Delira.. dia itu teman kamu dan aku Pacar kamu!"

Gadis bernama Delira itu kembali meraih jemari Andri. Tapi di hempaskan begitu saja oleh pria tampan itu.

"Kamu inget kan janji kita.. untuk saling percaya satu sama lain?" Tanya Delira dengan tercekat.

"Kamu ga usah ngalihin pembicaraan Delira!" Pria tampan itu memandangnya tajam, ".. kalo kamu bosen sama aku, kamu bilang!"

Delira menatapnya tak percaya, sebulir airmata jatuh begitu saja pada mata coklatnya. Ia tak menyangka kekasihnya begitu marah dan tak mempercayai nya. Bahkan pria itu belum mendengar sama sekali penjelasannya. Membuat dadanya sesak.

"Kita putus" ucap Andri bergegas dari mejanya.

Gadis cantik itu menatap kekasihnya tak percaya, "semudah ini kah?"batinnya bertanya. Seperti tak bisa berbicara Delira membiarkan pria itu pergi dari hadapannya bahkan ia masih menatap pintu masuk itu walau punggung milik Andri sudah menghilang dibalik pintu masuk kafe beberapa menit lalu. Dadanya kembali sesak, ia menangis tanpa suara.

"Pesanan datang-" Arinil membungkam mulutnya. Ia menatap gadis itu terkejut begitu melihatnya menangis.

Delira Buru Buru mengelap wajahnya dengan tissue. Ia tersenyum pada Arinil.

"Maaf" ucap Arinil dan Delira bersamaan.

Arinil menaruh nampan berisi dua minuman yang dipesannya di meja. Ia duduk di kursi sebelah gadis itu.

"Maaf sebelumnya kalo gue sok ikut campur.. "Arinil menggenggam Delira, mencoba menenangkannya ".. Jika ada banyak yang lo fikirkin, tutuplah mata lo dan dengarkan apa yang hati lo katakan." ucap Arinil sembari tersenyum manis, menampilkan lesung pipinya.

Delira tersenyum, "thanks.."

"Tapi yang tadi gue nyolong kata-kata dalam drama Bride of the sun hehe"

"Iya gpp.. makasih ya"

**

"Apa? Delira kecelakaan? Dimana sekarang? Dia baik-baik aja kan? Plis lo bilang sama gue"

"Dia kecelakaan dua jam yang lalu.. di arah jam dua belas saat dia menyebrangi jalan zebra cross pengendara motor menabraknya."

"Dua jam yang lalu..?" Andri tercekat.

Deg!

Terakhir ia bertemu kekasihnya itu ralat mantan kekasihnya dua jam yang lalu sepulang dari kafe Rednil. Itu artinya.. saat ia meninggalkan Delira di kafe itu..
Ia bergegas pergi kerumah sakit. Menemui mantan kekasihnya itu.

Brakk..

Pria tampan itu menerobos masuk ke ruangan UGD. Didalam ruangan ia melihat Enita, teman Delira dan Rendi sahabatnya, namun matanya jatuh terfokus menatap gadis ramping terbungkus selimut itu, ia memandang lirih melihat Delira terbaring lemah dikasur itu. Andri berjalan pelan mendekati mantan kekasihnya itu dan duduk disamping kasurnya. Tanpa sadar bulir air mata Andri keluar begitu saja. Lidahnya kelu menatap wajah pucat Delira.
Gadis itu tertidur dengan damai. Andri menggenggam erat jemari milik Delira. Dingin yang dirasakannya tak seperti saat gadis itu menggenggam tangannya di kafe tadi.

"Jangan tinggalin aku Delira.." ucapnya lirih

Seorang gadis tiba-tiba memengang pundak Andri, "lo harus ikhlas dy, Delira udah tenang disana."

"Engga ta.. engga mungkin! Bilang sama gue Delira masih hidup! Bilang sama gue!!" Pria tampan itu menatap nanar kearah gadis disampingnya, Enita.

Enita menangis dalam diam. Pria tampan itu begitu frustasi, ia mengacak rambutnya dengan keras.

Siapa yang akan senang ditinggal oleh Seorang kekasih? Bahkan saat kau membencinya!

Rendi dan Enita memeluk Pria tampan itu. Memberinya ketenangan.

Pahit memang, tapi ini kenyataan. Tak ada yang bisa merubah takdir-Nya.

Saat itu kau baru sadar kesalahanmu saat dia meninggalkanmu.

Hidup ini begitu banyak kejutan, Cobalah lebih menghargai waktumu yang teramat berharga itu.

***

2 Tahun kemudian..

To be continued...

Arinil ANDRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang