Chapter 2

127 9 3
                                    

"Ambil nih. Jangan nangis ah, cengeng." Ujar seseorang. Ia menyodorkan sebuah saputangan kepadaku. Aku lantas mengambilnya dan mengelap air mataku. "Makasih" ujarku dengan nada pelan disertai sesenggukan. "Masalah apaan? Cinta? Dasar penggila cinta. Belajar dulu yang bener, udah main cinta cintaan aje." Tukasnya. Aku mendongak keatas, hendak melihatnya -orang yang memberiku saputangan- dengan jelas. "Oh iya, gue Farel. XII-V IPA" ia menjulurkan tangannya padaku. Aku menjabat tangannya. Hangat. "Semua orang tau lo kali. Lo mantan ketos itu kan? Gue Mar, Margaretha" ia menyengir. Tampak deretan gigi putih nya yang tersusun rapi. "Oke. Besok saputangan ntu kembalikan ya. Jangan lupa dicuci dulu. Gue gamau ada bekas ingus atau iler disitu." Farel pun meninggalkanku dan saputangannya.

Dasar cowok. Kiranya baik ternyata nyebelin. Astajim... batinnya.

***

Bel pulang sudah berbunyi. Banyak murid-murid yang sudah pulang. Sementara itu, masih ada yang nangkring di sekolah. "Margeth. Mau pulang ? Temenin gua ke mall dulu yuk. Sekalian biar lo cuci mata gitu, liatin cogan barangkali ada." ajak Tia dengan semangat. "Uhm, kayaknya besok-besok aja deh. Gue pengen langsung pulang nih. Sorry." Entah kenapa, ajakan Tia sama sekali tak mengubah mood ku yang sangat kurang baik sedari tadi. Tia menghela nafasnya serta mengacungkan jempolnya. Memberi isyarat OK. Akupun pergi dari sana dan menuju ke parkiran mobilku. Setibanya di parkiran, aku langsung menyalakan mobilku dan tancap gas. Sumpah demi apapun, aku ingin segera sampai di rumah dan berendam di bathtubku.

"Bi minah..." panggilku seraya menaruh kunci mobil di laci kamar. "Iya neng?" "Mami sama ayah kapan pulang ?" Tanyaku. Mami dan ayahku berada di Singapura, katanya urusan pekerjaan. "Gak tau neng. Katanya sebulan lagi. Sabar ya neng"

Sebulan ? Lama amat deh. Gue kangen mami, demi apa. Sekali kali kek ajakin gue. Gue butuh refreshing juga uy !

Setelah mendengar ucapan Bi Minah, aku segera masuk ke dalam kamarku yang bernuansa putih itu. Kuurungkan niatku untuk berendam. Mungkin, aku hanya butuh tidur untuk saat ini.

Saat mataku hampir menutup, kudengar notifikasi line dari hp ku. Aku segera mengambil hp ku dan melihat siapa yang mengirim pesan tersebut.

Farel  : Mar kan ?

"Lah. Siapa nih ? Masa si Farel tadi pagi itu ? Gak mungkin kan?"

Margaretha : iya. ini siapa y?

Aku menatap layar hp ku. Menunggu jawaban padari Farel itu.

Farel : Ampun deh. Segitunya lo lupa sama gue ha? Gue Farel XII-V IPA.
Farel : Jan lupa saputangan gue yk. Cuci dulu
Margaretha : Y

Aku membanting hp ku -ke kasur tentunya- dan menyalakan TV kamar. Aku benar benar lelah hari ini. Rendy, si judes Nadya, Tia, dan... Farel. Mereka semua sukses membuatku pusing tujuh keliling sekarang. Sip.

***

"Hai Mar !" Sapa Tia saat aku hendak memasuki kelas. Tia memang selalu datang lebih awal daripadaku. Jadi, sudah menjadi rutinitasnya untuk menyapaku setiap pagi.

"Hi," jawabku singkat. Aku langsung berjalan ke bangkuku dan melempar tasku kesana. Setelah itu, pergi ke bangku Tia. Daritadi malam, aku masih memikirkan tentang banyak hal. Rendy yang putus dariku seminggu yang lalu tiba-tiba dapet cewek baru, orang yang paling aku benci di jagat raya ini. Mami yang pulang sebulan lagi. Dan... Farel.

Ketika aku sedang melangkah ke bangkunya Tia, aku baru ingat kalau aku harus mencuci dan mengembalikan saputangan milik si Farel itu. Sedangkan, aku sama sekali belum mencucinya. Bahkan, saputangan itu sepertinya masih ada di bak baju kotor. Astaga, betapa teledornya aku.

Gimana kalau dia dateng terus minta ntu. Mana gue gak bawa lagi. Kalau dia neror gue karena saputangan dia gak gue kembalikan gimana ? Ah. Kayaknya gak mungkin deh. Dia tajir kan ? Gak bakal ngurus saputangannya yang ada di gue kan. Palingan nanti juga lupa. Batinku.

Tia menyadari ketika aku sedang memikirkan sesuatu. Dengan santainya, ia menepuk bahuku sambil berkata "Cogan masih banyak kali. Kesempatan lo buat nyepik cogan besar banget ey! Lo famous, cantik, baik, tajir pula! Nih ya, lo kalo mau liat list cogan di SMA kita ya ada aja. Contoh; si David, Agus, Reyhan, terus si itu. Farel." Dari semua cowok yang Tia ucapkan, mereka semua sudah pernah menembakku saat aku masih kelas 10 dan semuanya kutolak. Kecuali Farel, ia belum pernah mengenalku dan begitu pula aku. Aku hanya sekedar tahu ketika ia dilantik menjadi ketos. "Ah lu apaan sih, gue itu mikirin..."

"Hei. Mar !" Teriak Farel di depan pintu. Ia menghampiriku dengan wajah yang mengerikan. Persis seperti ibu kost yang lagi nagih uang bulanannya. Glek. Mati gue !

"Saputangan gue," ucapnya sambil mengarahkan tangannya padaku. "Gue g... ggak bawa. sorry." Kataku dengan terbata-bata. Aku menundukkan wajahku seperti sudah mengakui kesalahanku. "Santai aja kali." Sahutnya. Ia pun meninggalkan kelasku sambil berkata "Lo ambil ajadeh. Gue gak butuh. Anggep kenang kenangan dari gue."

Hm. Maaf kalau kurang panjang ya. Jangan lupa vote and comment:v 😂🙈

If Where stories live. Discover now