Bonus 🙏

65 7 5
                                    

Bukan maksudku membiarkanmu
pergi. Namun waktu menginginkanku merelakanmu pergi.

Pergilah sejauh mungkin sebagaimana yang kau bisa. Tak tahu sebanyak apa kau menemukan penggantiku. Hatiku tetap disini. Tak pernah membiarkanmu pergi atau mengusir namamu jauh-jauh dari hatiku. Aku hanya ingin kamu.

Tapi ketahuilah kita takkan bisa bersama lagi. Kita dengan maksud yang berbeda, takkan bisa menyatu. Bagai minyak dan air dalam satu tabung.

Meski aku masih disini, jangan kau kira aku akan membukakan pintu hatiku kembali untukmu. Setelah apa yang kau lakukan, semakin jelas tekadku atas itu.

Hai kamu, aku rindu -fdshr

***

"Jadi gini Mar, bentar lagi kan sekolah kita ngadain pensi. Nah, lo tau sendiri kan vokalis band gue si Kak Wisnu; dia kan udah lulus. Jadi gimana kalau lo gabung ke band kita. Lo kan pinter nyanyi. Jadi gue minta tolong." Kata Farel ketika aku menemuinya di kantin.

"Tapi gimana ya. Gue gak pernah ikut band atau semacamnya. Gue takut ngerusak band lo nantinya."

"Udah deh percaya aja. Lo pasti bisa. Ikut ya, please" katanya dengan mata yang berbinar-binar. Sungguh, ia lucu sekali dengan mata yang seperti itu.

"Eh, iya deh. Gue ikut"

Dia berdiri dan mengangkat kedua tangannya. Tampak mengucapkan kata 'Yes' dengan tak bersuara. Ia terlihat senang sekali. Aku hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah lakunya.

"Nanti gue kenalin lo ke yang lainnya." Ia mengatakan itu dan meninggalkanku di kantin.

***

Bel pulang sudah berbunyi. Seiring dengan itu, siswa-siswa berhamburan keluar kelas. Tak terkecuali aku. Aku segera menuju ke parkiran tempat aku memarkirkan mobilku.

Aku meletakkan tasku di jok penumpang. Hari ini melelahkan sekali. Terutama saat pelajaran pak Hadi -guru Ips- . Aku menstarter mobilku dengan malas. Tapi eh, mobilku tak kunjung menyala. Aku mencoba menstarternya berulang kali. Namun hasilnya tetap sama.

Aku mendengus kesal. Apa yang harus aku lakukan. Mungkin menyuruh montir datang kesini, tapi itu mengundang waktu lama. Aku ada janji bertemu anggota band Farel hari ini.

Kudongakkan kepalaku ke atas. Langit mulai gelap. Sepertinya pertanda akan turun hujan. Aku tidak bisa menunggu lagi. Bagaimana ini ?!

Penyelamatku akhirnya datang. Farel dengan ninja nya datang kearahku. Ia pasti melihatku dengan wajah yang amat sangat kebingungan.

Ia menunjuk mobilku dengan tatapan bingung. Aku bisa membaca gerak tubuhnya. Kenapa mobilmu ? Aku langsung menjawab dengan menggerutu "mogok,"

"Bareng gue aja deh. Bentar lagi hujan, mobil lo tinggal sini dulu. Habis ini gue bilangin ke Pak Adi -satpam sekolah- buat manggil orang benerin mobil lo"

Sedetik kemudian aku terdiam termangu. Mencerna kata-katanya. Peristiwa ini membuat otakku lemot. Ditambah dengan tadi siang aku belum makan sama sekali.

"Tenang, gue gak bakal ngapa-ngapain lo. Sumpah. Gue cuma pengen nganterin lo pulang, itu aja." Ujarnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya. Membentuk peace.

Tenang Mar, Farel baik. Dia gak bakal berniat jahat sama lo. Entah hati kecilku berkata seperti itu sejak tadi. Apa salahnya menumpang kepada Farel ? Toh dia juga temanku. Tapi yang menjadi masalah disini hanya satu, aku malu.

Anak ini seperti bisa membaca pikiranku. Baru saja terpikirkan olehku, ia sudah berbicara terlebih dulu. "Gausah malu. Ayo !" Tanpa disuruh dua kali, aku segera mengambil tasku yang berada di mobil dan segera menumpang ke motornya itu. Ini pertama kalinya aku naik motor, sumpah. Sebelumnya kalau bepergian, aku selalu naik mobil. Tak pernah naik motor. Ini menyenangkan.

Angin menerpa lembut wajahku. Terdengar suara yang tak asing -bising motor- yang baru aku dengar secara dekat dan signifikan. Rambutku lepek dan tubuhku berkeringat. Tapi meski begitu, aku merasa nyaman ketika dibonceng lelaki satu ini. Ada perasaan aman yang muncul dalam diriku.

Tanpa disadar, ia mengerem mendadak karena tidak memperhatikan jalan. Ternyata ada lubang di tengah jalan. Seketika itu, aku langsung memeluk erat Farel. Aku meringis tertahan. Wajahku hampir pucat. Farel tidak. Ia terbiasa dengan hal seperti ini.

"Sorry Mar. Gak sengaja." Ucapnya dengan setengah berteriak ketika aku melepaskan pelukan itu. Mungkin takut aku tidak mendengarnya karena jalanan ini sangat ramai. Aku mengangguk. Tak apa, ini pengalaman pertamaku naik motor -dan bersama Farel sedekat ini- . Tapi sedetik kemudian aku tersadar. Bukankah tadi aku memeluk Farel erat ? Eh, itu benar-benar tak terduga. Memalukan.

Ia mengantarku sampai gerbang rumahku dengan selamat -namun tidak bagiku- . "Masuk dulu, Rel" Ucapku getir. Daritadi aku tidak bisa berpikir karena pikiranku terganggu oleh kejadian tadi.

"Gausah. Kayaknya mau ujan. Gue mau cepet-cepet pulang." Aku mendongak keatas. Benar katanya. Langit semakin gelap. Menyisakan hembusan angin kuat yang menerpa tubuh kami berdua.

"Oke. Makasih ya" Ucapku lantas. Farel tersenyum dan menghidupkan kembali sepeda motornya. "Duluan," katanya. Setelah itu ia pergi dan tak terlihat lagi setelah berbelok ke kiri jalan.

Aku masuk kerumah dan Bibi terlihat sangat kebingungan. Aku tahu, pasti di dalam dirinya menanyakan siapa yang mengantarkanku pulang. Atau seperti dimana mobilku. Dan kali ini aku sedang malas membahasnya, jadi kutinggalkan si Bibi dengan tatapan bingungnya.

Aku memasuki kamarku yang bercorak pink gradasi putihku itu. Seperti biasa, hari ini sangat melelahkan. Rasanya Pak Hadi telah menyerap seluruh energiku hingga aku tak bisa menggerakkan tubuhku dengan leluasa. Ditambah dengan mobil mogok dan peristiwa memalukan tadi. Ah.

***

Halo. Ini cuma mau upload part yang dulu mau di update tapi gajadi terus. Aslinya part ini simpanan sndr, tp gak enak kl dirahasiain (ada curcol dikit soalny hhh)

Makasih buat semua readers If. I'm so proud of ya guys -yg uda nyempetin waktu buat baca tulisan gj ini. Makasi 😭😘

•••

See you in
Should I Stay.

Big thanks for u <3   -bbyfed

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 29, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

If Where stories live. Discover now