Tega atau tidaknya seseorang memang kadang tak dapat diukur, tak dapat diterka, tak dapat dicerna. Mungkin sebatas kesalahpahaman kita saja yang terkadang membutakan cinta yang sebenarnya ada.
Sebatas kabut negatif yang tipis, namun perlahan menebal seiring rasa ragu yang memuncak.
-----------------------------------
Hai bawang merahku..
Maaf baru mengabarimu sekarang.
Aku harap surat ini sampai tepat waktu.
Tepat saat kau sedang mengelus buku-buku tua peninggalan ayahmu sembari melahap teh hijau yang selalu kau sediakan tiap senja menyapa.
Dengan begitu, kau bisa lebih tenang saat membaca tulisan bodohku.Ya, kini aku sudah jauh darimu, maaf pergi tanpa mengabarimu.
Maaf membuatmu takut, marah, benci, kesal, tak peduli, hingga sedih
(itupun bila aku berhak tuk kau sedihkan).Satu tahun sudah berlalu kini.
Memang bukan waktu yang sebentar.Bak hantu tak tahu malu, aku ingkari semua janji manisku tuk meminangmu.
Ku bawa pergi semua rasa percayamu bahwa ku kan datang melamarmu, kataku.Oh, tak hanya ku bawa pergi, tapi juga ku lepaskan di langit Jawa saat kapal terbangku mengalami turbulensi keras karena ia sadar telah mengangkut sang pengecut.
Ya, aku sudah jauh, takkan dapat kau raih.
Kau tentu tau alasan yang membuatku begini.
Alasan yang selalu kita bicarakan dikala malam meraih sepi, dikala awan hitam berteman dengan halilintar pengundang rintik.Kau selalu yakinkanku tuk dapat berjuang bersama.
Kau selalu janjikanku tuk menemani hari-hari tanpa peduli apa yang kan terjadi esok pada kita.
Kau selalu berikanku harapan bahwa kita kan bersatu.Maaf, semuanya harus ku biarkan begitu saja.
Aku mencintaimu bagai bulan yang takkan mampu melupakan bumi, berputar, mengelilinginya sembari mengucap jutaan kalimat syahdu dikala mentari tak mengganggu.
Kau pernah mencintaiku bagai nyamuk yang mendamba bayang hitam disudut kamar, hinggap, terlelap, hingga berdesis kencang di kegelapan.
Iya, aku tahu.
Banyak pertanyaan hinggap di kepalamu sedari dulu, ditambah suratku ini yang membuat soremu mendadak kelabu.
Percayalah, tak ingin ku mengganggu hidupmu yang nyenyak.
Tak ingin pula aku mengemis kesekian kalinya, berharap dapat mengembalikan kisah biru yang dulu kita jalin bersama.Aku terus berdoa bahwa kau sehat disana.
Aku terus mengharap bahwa kau nyaman menikmati hidup.
Aku terus mendamba bahwa bukan bahagia palsu yang kau pamerkan ke mereka.
Maafkan aku yang pergi tanpa mengucap kata,
aku hanya tak ingin kau berat melepasku.Tapi asal kau tahu, aku mencintaimu.
Disini, apapun yang kulakukan, pasti teringat akanmu. Percayakah kau akan itu?
Saat membuka botol minum, biasanya kau kan meminta pertolongan tangan kekarku sembari memelas dengan mata menyipit layaknya anak kucing meminta susu.
Saat membuka pintu, biasanya kan kubuka dan mempersilahkan kau masuk terlebih dahulu sembari melihatmu mengguratkan senyum manja dengan dereta gigi putihmu yang lucu.
Saat mendengar nama depanmu yang ternyata sama dengan nama tetangga baruku, hatiku bergejolak menahan sakit yang teramat dalam, sadar bahwa dengan sadisnya ku pergi tinggalkan semua janji kita.
Saat melihat papan film terbaru di bioskop dekat tempat tinggalku, teringat setiap kita selesai bertamasya ria di dalam studio itu, kau tak pernah absen meminta bekas sobekan tiket yang ingin kau jadikan suvenir bagi anak cucu kita kelak.
Saat memesan nasi goreng, ku selalu teringat pesananmu yang tak pernah inginkan acar diatas nasi nasi itu.
"TERPISAH YA BANG.."
Begitu katamu selalu dengan nada meninggi, memastikan mereka mendengar inginmu.Tidak, tidak.
Aku takkan pernah bisa melupakanmu. Bagaimana bisa?
Tapi harus.
Kau juga harus bisa.
Selalu berbahagialah disana. Aku kan baik-baik saja disini.
Sehat terus ya.
Kini, diriku hanya butuh doa darimu, agar aku tenang berteman dengan sepi.
Melawan kanker paru ternyata tak semudah melawan nyamuk pengganggu di saat malam kita biasa berdua di angkringan pak Beni.
Aku tak mampu lagi, Aku memilih tuk tidur, melepas semua beban yang tak hanya ku tanggung sendiri. Aku hanya menyusahkan mereka.
Maaf baru memberitahumu sekarang. Pemberitahuan pertama dan terakhir.
Aku tak ingin membuatmu berharap kita kan bersatu.
Dan ternyata benar, aku tak sanggup mewujudkan mimpimu, mimpi kita.
Carilah kesatria tangguh yang kan mampu menuntunmu lewati hari kelabu dan penuh orang dungu. Aku yakin, gadis menawan dan anggun sepertimu takkan sulit mendapat itu.
Baiklah, Aku istirahat dulu ya, jangan lagi kau sering lukai hati mu dengan tidak memikirkan diri sendiri. Oh iya, dan jangan lupa selalu perbanyak minum air putih.
Sampai jumpa di hari nanti Bawang Merahku.
Aku pergi dulu.
Aku mencintaimu.
Bahagialah sepeninggalku..