8 Januari 2018
---------------------------------
Ya, kadang aku pun tak tahu, harus seperti apa memahami cinta.
Ia suka berlarian dalam buaianku menjelang tidur malam. Berteriak. Kadang berbisik. Pun tak jarang Ia hanya duduk diam disana, memandangiku yang sedang terbaring lelah sembari memikirkan dan mengandaikan hidup yang tenang dan penuh dengan harapan atas kebahagiaan.
Ia tahu, aku lelah melihat tingkahnya. Ia tahu, aku muak mendengar ceritanya. Ia tahu, aku benci menjadi penjaganya.
Tapi, Ia pun tahu, aku takkan pernah meninggalkannya.Itulah mengapa aku bingung. Ya. Tidak. Bukan. Tapi..
Bukan. Bukan cinta yang salah.
Ya.
Namun..
Cinta.
Ah aku kumat. Penyakitku yang tak pernah hilang, mungkin. Turunan dari orang tuaku, mungkin. Keseringan membaca buku pragmatis nan dinamis mengenai cinta, mungkin. Jarang bersosialiasi dengan pemberi cinta, mungkin. Entahlah.
Tapi yang pasti, bukan cinta yang salah.
Ia, hanya anak kecil yang tak pernah tau arah dan tujuan kemana. Akulah. Akulah yang harus membimbingnya menjadi sebuah makna yang sarat akan kesucian dan harapan pada hal-hal yang banyak dilupakan oleh kebanyakan orang.
Ya.
Harapan pada hal-hal yang kita sendirilah penciptanya.
Kita sendirilah yang mengarahkannya.
Kita sendirilah yang membentuknya mau jadi seperti apa.
Kita sendirilah, yang bila tak mengerti apa itu sakit, maka takkan mengerti apa itu cinta.
Kita sendirilah, yang bila tak mengerti apa itu bahagia, maka takkan mengerti apa itu cinta.
Ah sudahlah.
Aku masih lelah.
Aku ingin lebih lama berbaring di sini, melihat cinta kecilku yang terus berlari kesana kemari membuat kasurku terus bergoyang dan bergejolak tiap malam.
Aku ingin lebih lama berbaring di sini, menyaksikan ia tumbuh besar dan mendapatkan jati dirinya kembali.
Seminggu, sebulan, setahun, sedekade, seabad, siapa yang tau selain ia dan sang Maha Tahu?
Selamat malam, cinta.
Aku masih ingin lebih lama berbaring di sini.