Bab 1. Rahasia Rimei

265 18 10
                                    

Rimei berulang kali menoleh ke belakang guna memastikan kali ini dia tidak diikuti sebelum memasuki hutan Kesunyian. Cukup satu kali dia ketahuan dan jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. Dia bernyanyi lirih saat melangkah memasuki batas antara padang rumput dengan hutan.

"Sulur merambat simpan dan tidurlah, biarkan kesunyian melingkupimu dalam sekejap. Sampai tiba saatnya kutinggalkan." Sulur yang sudah meliuk-liuk bergerak memanjang untuk mengejar Rimei perlahan-lahan mulai mengendur saat lagu penghantar kesunyian dinyanyikan. Lirik yang singkat tapi mampu membuat hutan terdengar sunyi saat Rimei setengah berlari melintasi hutan.

Rimei mempercepat lari karena padang rumput sudah terlihat. Letak desa seperti lingkaran target. Lingkaran terbesar dan terluar adalah hutan kesunyian. Lingkaran kedua adalah padang rumput. Pusatnya adalah desa tempat tinggalnya.

"Bunyikan alarm tanda bahaya dan minta warga berkumpul."

Seorang pemuda yang duduk di rumah pohon meniup terompet yang disambut oleh peniup terompet lainnya.

"Aku akan mengantarmu menuju forum." Pemuda itu berlari mendahului Rimei tapi sebentar kemudian sudah bisa disusul oleh gadis itu.

Melihat lari Rimei yang kencang dan peringatannya membuat pemuda itu tahu kalau ini masalah yang serius. Selama ini alarm tanda bahaya hampir tidak pernah dibunyikan karena keadaan selalu aman terkendali.

Mereka memperlambat lari karena sudah memasuki desa. Desa hanya terdiri dari beberapa rumah-rumah yang terlihat ganjil karena rumah itu tinggi tetapi memiliki jendela-jendela yang rendah hampir mencapai tanah. Daun pintu memiliki pegangan pintu yang lebih pendek dari rumah normal. Atap rumah melengkung, semakin kesamping semakin kecil hingga ujung atap mencapai tanah. Dari kejauhan orang pasti mengira kalau itu adalah bukit karena atap tertutup oleh rumput dan tanaman.

Rimei berjalan memasuki ruang pertemuan sambil mengatur napas. Dia melihat sebagian besar warga desa sudah berkumpul di dalam ruang pertemuan. Pemuda yang membunyikan terompet membawa Rimei mendekati mimbar dan seseorang memberikan kursi serta air minum agar gadis itu lebih tenang. Rimei mengambil napas dalam-dalam agar napasnya kembali teratur hingga suaranya akan lebih tenang saat berbicara.

Rimei mengedarkan pandangan dan melihat ada beberapa kursi yang masih kosong. Ruang pertemuan yang tinggi berbanding terbalik dengan kursi-kursi pendek yang diduduki oleh warga. Semua tampak masih muda dan segar, tidak tampak ada orang tua di sini. Seorang yang dianggap tetua desa memasuki ruangan dan langsung menuju mimbar.

"Kita disini karena mendengar tanda alarm dibunyikan dan saya ingin tahu siapa yang memerintahkannya." Suara bijaksana tetua meredakan kasak-kusuk diantara warga.

Rimei berdiri dan meminta ijin untuk berbicara di mimbar. Tetua mengijinkan hal itu dan mempersilakan untuk menggantikan posisinya. Rimei membungkuk hormat sebelum melangkahkan kaki menuju mimbar.

"Saya memerintahkan alarm dibunyikan karena ada kabar tidak enak yang menyangkut desa kita. Seorang pewaris keluarga Syailendra menginginkan hutan Kesunyian untuk dibangun sebagai lahan pertanian dan peternakan terbesar di negeri ini karena hutan berbatasan langsung dengan tanah keluarga itu. Pandu, nama orang yang akan meratakan hutan demi ambisinya." Rimei menjelaskan dengan berapi-api membuat orang-orang terbakar amarah.

"Bagaimana itu bisa terjadi? Apa orang itu tidak tahu bahaya hutan Kesunyian?" tanya seorang warga.

"Saya dengar dia baru kembali dari kota yang jauh karena ayahnya meninggal. Mungkin dia belum mendengar kabar tentang desa ini karena sejak kecil diasuh nenek yang berada jauh dari desa Fuli." Warga yang lain ikut berkomentar.

"Diam! Biarkan Rimei melanjutkan ceritanya." Gilang sang tetua angkat bicara.

"Tadi pagi saat keluar dari hutan hendak menuju desa Fuli, ada yang memukul tengkuk saya sampai pingsan. Ketika sadar, saya sudah berada di dalam kamar. Terdengar pembicaraan dua orang yang berjaga di depan pintu." Rimei menarik napas panjang.

Rimei di Negeri ClobusowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang