Pagi-pagi sekali Rimei sudah berangkat menuju gua. Dia yang paling muda diantara kaumnya tetapi sudah dipercaya untuk memegang peranan penting dalam pekerjaan. Gua terlihat ramai pagi ini. Rupanya udara segar membuat para pekerja semangat untuk bekerja. Pintu masuknya yang sempit membuat yang mau masuk harus sabar mengantri.Setelah mengantri cukup lama akhirnya Rimei bisa memasuki gua. Jangan bayangkan kalau gua sempit dan pengap. Dinding gua dihiasi oleh kristal-kristal beraneka warna. Kristal itu membiaskan cahaya obor yang terpasang di dinding. Meskipun sudah bekerja selama setahun tapi tetap saja kagum ketika memasuki gua.
Rimei melihat pekerja yang hilir mudik mendorong gerobak menuju ruangan-ruangan. Dia berbelok ke kanan dan memasuki salah satu ruang penciptaan. Rimei adalah seorang Kemasan yang bertugas sebagai pembuat perhiasan. Ini sebuah prestasi yang membanggakan karena seorang Kemasan harus melewati berbagai ujian yang rumit untuk membuktikan kemampuannya.
Rimei segera tenggelam dalam pekerjaan. Ruangan sangat sunyi karena Kemasan terbiasa bekerja dalam diam. Mereka jarang ngobrol saat bekerja sehingga dapat berkonsentrasi penuh dalam menciptaan. Hari ini Rimei membuat banyak liontin sesuai dengan tugas kerja hari ini. Pekerja tambang menemukan banyak bebatuan dan juga permata berwarna cantik.
"Ah indahnya." Rimei mengamati sebuah batu opal yang berwarna pelangi.
"Buat sebagai liontin dan bawalah pulang," kata pengawas Dio.
"Ini untukku?" Rimei tidak percaya dengan pendengarannya.
"Tentu saja kamu boleh memilikinya. Hari ini kamu membuat banyak liontin dengan cepat. Bahkan lebih banyak dari pekerja yang lain. Anggap saja sebagai bonus. Kerjakan liontin itu dan segeralah pulang." Dio tersenyum melihat Rimei yang masih bengong.
"Aku juga boleh pulang cepat?" Rimei semakin tidak percaya dengan pendengarannya karena selama bekerja dia tidak pernah dapat bonus dan diperbolehkan pulang cepat.
"Ya. Jangan bertanya lagi atau aku akan mencabut keputusanku." Perintah Dio dengan tegas.
"Baik, Pak." Rimei segera tenggelam dalam pekerjaan terakhirnya hari ini. Dia tersenyum senang saat membayangkan wujud akhir liontin yang akan melingkari leher.
Liontin yang sedang dikerjakan Rimei dibentuk seperti daun semanggi berhelai empat. Rimei berharap kalau keberuntungan selalu bersamanya. Rimei sangat bahagia karena ini adalah hadiah pertamanya dan tidak akan dijual. Kapan lagi dia bisa mendapatkan batu warna pelangi yang indah, secemerlang batu yang sedang dikerjakannya.
"Liontinmu indah, sungguh sangat cocok kamu kenakan," puji pekerja yang ada di dekat Rimei.
"Terima kasih pujiannya Bu Seli. Saya permisi pulang dulu." Rimei berpamitan sebelum meninggalkan tempat kerja.
Rimei menuju tempat favoritnya yaitu duduk di atas batu besar di bawah pohon beringin. Dia asik mengamati petani yang bekerja menggarap sawah dan juga kebun. Mereka terlihat sehat, muda, dan bersemangat saat bekerja jadi Rimei juga merasakan semangat yang sama. Selain kutukan jadi kurcaci kalau matahari terbenam, mereka juga dikutuk panjang umur dan awet muda saat berwujud manusia. Mereka akan berhenti tumbuh dan menua saat berusia 24 tahun. Rimei masih berumur 20 tahun jadi dia masih bisa tumbuh lebih tinggi lagi.
Rimei meraih sebuah kerikil dan melemparkannya sejauh mungkin. Dia merasa amat marah pada Pandu. Dulu waktu dia masih berumur enam tahun, anak gendut itu selalu mengganggu ketika dia sedang menemani orang tuanya dalam misi menjual perhiasan dan berbelanja untuk desa.
Rimei ingat betul kalau dia selalu sembunyi saat Pandu melintas. Anak itu suka menarik rambutnya yang dikucir kuda hingga dia merasakan sakit kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rimei di Negeri Clobusow
FantasyRimei selama ini menyimpan rapat sebuah rahasia besar tentang keluarganya. Alasan mengapa mereka memilih tempat tinggal jauh di dalam hutan Kesunyian yang rimbun dan berbahaya terancam terbuka karena kemunculan Pandu. Pandu berniat membabat habis h...