Mom membangunkanku dengan kasar pagi ini. Dia bilang bahwa seseorang menungguku di ruang tamu.
"Siapa?" tanyaku.
"Temui saja."
Aku pergi ke ruang tamu. Betapa terkejutnya diriku saat melihat dia. Mom-nya Aleisha.
"Uhm, hai?"
"Luke..."
Dia diam menatapku dengan matanya yang sembab. Sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
"Semuanya baik-baik saja?"
Pertanyaan bodoh.
Mom-nya Aleisha hanya tersenyum. Dia lalu memberiku sebuah kotak berukuran kecil, "Kurasa Aleisha ingin aku memberikan ini untukmu."
Aku tersenyum kecil, tanpa tahu apa maksudnya.
"Terimakasih," kataku.
"Kau tahu, Luke, dia benar-benar ingin bertemu denganmu lagi."
"Um.. well, aku..."
Sialan. Aku tidak bisa menyelesaikan kata-kataku. Lebih tepatnya, aku tidak tahu bagaimana aku harus menanggapinya.
Mom-nya Aleisha menatapku dengan pandangan sedih. Aku tahu ada yang salah disini.
Dia mengambil nafas dan mengusap kedua matanya, sebelum berkata, "Baiklah, kurasa aku harus pergi. Selamat tinggal."
"Yeah, terimakasih. Sampaikan salamku pada Aleisha."
Dia hanya menatapku tanpa berkata apa-apa.
Setelah dia pergi, aku membuka kotak itu di kamar. Ada banyak lipatan kertas lusuh dan juga sebuah botol obat. Aku tidak mengerti apa maksud Aleisha memberikan ini.
Dengan hati-hati aku mengambil salah satu lipatan kertas dengan tulisan angka "1" besar lalu mulai membacanya.