Chapter 2

625 19 2
                                    

Prologue

Yusha membuka kotak yang baru saja diberikan ayahnya. Di dalamnya terdapat batu berwarna ungu. "Apa ini ayah?" tanyanya.

"Itu adalah batu keluarga kita, Yusha. Saat ini umurmu baru 9 tahun. Kau belum memerlukannya. Tapi suatu saat kau pasti akan membanggakan ayah. Saat kau telah menjadi seorang Raw-heist. Kaulah harapan keluarga kita anakku."

"Ayah, Raw-heist itu apa?"

Ayahnya menepuk dengan lembut kepala Yusha. "Raw-heist adalah empat ksatria penjaga Segel Norte. Para ksatria yang akan memenuhi takdir mereka. Dan kaulah salah satunya."

"Ksatria? Ayah, apa aku bisa sehebat itu...?"

Chapter 2 : Senjata terbaik untuk laki-laki terbaik

"Kota Korvent kira-kira masih jauh tidak ya?"

Yusha menggeleng.

"Kamu selalu tidak bisa diharap," ejek Suga.

Kereta kuda yang mereka tumpangi terguncang-guncang melintasi jalan yang rusak dan penuh lubang.

"Itu dia kota Korvent," seru pemilik sekaligus kusir kereta kuda.

Di kejauhan tampak berpuluh-puluh cerobong asap yang seakan-akan saling berlomba untuk mencapai langit. Semua cerobong mengeluarkan asap hitam. Korvent adalah kota yang sangat sibuk. Suasana bising rupanya sudah menjadi hal yang biasa di kota itu. Berbeda dengan desa Winegharei, kota ini terlihat sudah sangat maju. Hampir di setiap rumah terdengar bunyi mesin atau ledakan-ledakan kecil. Ini menarik karena kota Korvent sangat terkenal akan produksi senjatanya. Dan hal-hal inilah yang membuat Suga ternganga pada langkah pertamanya memasuki kota.

"Mengagumkan! Luar biasa! Hebat! Keren! Ini benar-benar gila! Wow!" seru Suga tak ada henti-hentinya sambil berlari ke sana ke mari.

Yusha mencibirkan mulutnya. "Huh, kamu ini kampungan sekali. Bisa diam tidak sih. Apa kamu tidak malu dipandangi orang-orang?"

Benar saja. Orang-orang tampak keheranan pada Suga yang bertingkah aneh. Dan Suga juga sadar akan hal ini. Diapun mulai bertindak tenang meskipun dari matanya yang berbinar orang akan tahu bahwa dia tak pernah melihat suatu hasil teknologi.

"Surat dari Muffdean mana?" tanya Yusha tiba-tiba.

"Ada kok, tenang saja."

"Awas kalau sampai hilang! Kenapa juga dia mempercayakannya padamu. Ada baiknya kita segera mencari toko milik Dynald dan menyerahkan surat tersebut," kata Yusha.

Suga mengangguk dan mencegat seorang anak untuk menanyakan letak toko Dynald.

Sementara itu ada sebuah benda melayang di atas kota, di dalamnya terdapat tiga pasang mata yang sedang mengintai mereka dari kejauhan.

Kapal terbang. Kita sebut saja begitu benda yang melayang tersebut. Bentuk kapal itu adalah sebuah bangunan dengan pilar-pilar raksasa menjulang tinggi. Bangunan itu dikelilingi kebun bunga lili. Dan di tengah bangunan terbuka tersebut berdiri tiga orang gadis yang memandangi sebuah kolam kecil. Di kolam itu terlihat Suga dan Yusha. Rupanya air kolamnya dapat memperlihatkan segala sesuatu yang ingin mereka lihat tanpa harus turun dari kapal.

"Itukah Raw-heist? Tampaknya mereka lemah sekali," ucap salah seorang dari ketiga gadis tadi. Gadis ini menyibakkan rambutnya yang sangat panjang dan berkata lagi, "Benar-benar mengecewakan, tidak sesuai dengan imajinasiku."

Gadis yang lainnya menjawab, "Ah Geena, kau kan cuma belum pernah bertarung dengan mereka saja."

Geena memandangi gadis yang menjawab tadi. "Huh, jangan sembarangan Reesna! Aku bukan orang gagal sepertimu!"

Raw-HeistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang