Chapter 1

1.9K 35 5
                                    

Prologue

Saat itu hanya terdengar gemericik air. Suga yang baru berusia 13 tahun memandangi orang yang berdiri di hadapannya. Orang itu adalah seorang gadis yang berumur 12 tahun.

"Anak laki-laki seharusnya melindungi seorang wanita 'kan?" kata gadis itu.

"Benar," jawab Suga. "Aku juga pasti akan melindungi wanita yang kucintai jika aku sudah besar nanti."

Gadis itu tersenyum. "Itu adalah sebuah janji suci. Kuharap, dirikulah yang kau lindungi jika kita sudah besar nanti." Kemudian dia mengeluarkan sebuah batu berwarna jingga dan menyerahkannya pada Suga. "Sekarang aku harus pergi, tolong jagalah batu itu dan ingatlah akan janjimu tadi." Gadis itu meninggalkan Suga ditepi sungai.

"Tunggu, siapa namamu ?" seru Suga.

Gadis itu menghentikan langkahnya dan berkata, "Vara, namaku Vara." Dan dia pun menghilang di tengah kabut yang menyelimuti tepi sungai.

Chapter 1 : Legenda yang dimulai

Rasanya matahari baru saja mulai tenggelam saat Suga memasuki desa Winegharei. Desa yang terkenal akan produksi keju-nya yang melimpah ini tampak ramai karena perayaan desa sedang berlangsung di sana. Suga segera masuk ke sebuah toko senjata. Penjualnya tampak sibuk menghitung uang. "Ada perlu apa ?" tanyanya dengan nada kurang simpatik.

"Aku ingin menjual pedang ini," kata Suga sambil menyerahkan pedangnya pada sang penjual. Orang itu meneliti pedang Suga dan menghela nafas.

"Pedangmu banyak memiliki kekurangan. Kurang lebih aku bisa membelinya seharga 25 Kroitz," jelas sang penjual.

"Tapi kurasa pedangku berharga 750 Kroitz. Masa kau memasang harga serendah itu," tolak Suga.

Penjual itu tertawa. "Anak muda, kau ini tahu apa sih masalah pedang? Tujuh ratus lima puluh Kroitz? Gila!"

"Kembalikan pedangku!" Suga merebut kembali pedangnya dan bergegas keluar dari toko. Sebenarnya saat ini dia sangat memerlukan uang, bekalnya sudah habis sejak kemarin dan sisa uangnya cuma 7 Kroitz. Uang segitu hanya cukup untuk satu kali makan. "Seharusnya kujual saja pedang ini tadi," kata Suga setengah menyesal. "Kira-kira makanan di sini murah tidak ya?" Suga memandangi rumah makan dihadapannya. Dan dengan ragu-ragu akhirnya dia masuk juga ke dalam rumah makan itu.

Rumah makan itu ramai sekali. Hampir seluruh meja telah terisi. Beberapa pengunjung bahkan tampak mabuk berat. Kebanyakan dari mereka adalah para pengembara seperti Suga. Bedanya mereka punya banyak uang sedangkan Suga tidak!

Suga melepaskan pandangan ke seluruh ruangan, tapi meja-meja yang sebelumnya kosong rupanya sudah diisi orang lain.

"Kalau kau mau, silahkan duduk di sini."

Suga mencari orang yang baru saja bersuara tadi. Ternyata si pemilik suara adalah seorang pemuda berumur 17-an yang memiliki dua buah pistol flickclock di pinggangnya.

"Apakah kau mau duduk bersamaku?" ulang pemuda tadi sambil tersenyum.

"Tentu saja. Terima kasih," jawab Suga.

Setelah Suga duduk, pemuda itu berkata, "Kau mau makan apa? Biar aku yang traktir."

Suga melongo. "Loh, bukankah kau belum mengenalku? Jadi atas dasar apa mau mentraktir?"

"Entahlah. Aku juga tidak tahu. Apa harus ada alasan untuk itu?"

Suga makin melongo mendengar jawaban itu. "Kamu ini aneh," katanya.

"Benarkah?" tanya pemuda itu. "Aku rasa tidak ada salahnya jika kita mentraktir seseorang yang belum kita kenal."

"Menurutku itu aneh," jawab Suga. "Lagipula aku tak suka jika ditraktir orang yang tidak kukenal."

Raw-HeistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang