Cerita #6

791 117 46
                                    

chart-er.magz 44/Oktober 2016
Passion Issue

#yourstory

Cerita #6 oleh : Lee Suhyun

Argumen pertamaku dengan Yeri adalah pada saat liburan semester ganjil dimulai, kami berdua sedang berada di rumah Yeri. Walaupun sedang libur sekolah, bukan berarti Yeri lepas dari status uring-uringan.

Jadi ketika aku dengan santai menceletuk, "udahlah mending kau putus dengan Jungkook daripada kau begini terus. Dia itu siswa paling populer dan memiliki banyak penggemar termasuk stalker. Pacaran dengan orang kayak gitu cuma bikin sakit hati."

Yeri menjawab dengan ketus, "apa kau juga ingin jadi salah satu dari mereka?"

Aku tersentak mendengar ucapan Yeri. Padahal bukan itu maksud dari perkataanku. Yeri sudah sering mendengar ucapan senada yang dilempar untuknya, tetapi ini pertama kali aku mengucapkannya.

"Eh, bukan...."

"Mau jadi satu dari banyak orang egois yang memikirkan diri mereka sendiri tanpa melihat bagaimana perasaan orang yang dijadiin sasaran?" Yeri menaikan nada bicaranya untuk memotong kalimatku.

"Bukan seperti itu, Yer...."

"Semua orang berpikir seperti itu, kau, Joy sunbae, Hayi sunbae. Tak apa membuat Yeri sedikit menderita nanti lama-lama mereka juga putus. Salahnya sendiri mempertahankan Jungkook."

Aku masih memandang lurus pada Yeri, walaupun aku sedikit tersinggung dengan perkataan Yeri. Tapi ini adalah Yeri yang kita bicarakan, tak mungkin dia marah tanpa sebab. Jungkook adalah cinta dan pacar pertamanya, mungkin itulah alasan kenapa Yeri berjuang keras untuk mempertahankannya.

"Apa kau melihatnya seperti itu? Bahwa aku mengatakan tanpa mempertimbangkan keadaanmu?" Tanpa sadar aku juga menaikkan nada bicaraku dan sedikit menyesalinya.

Yeri mengalihkan pandangannya dariku. Seperti ia mengingat hal-hal buruk yang terjadi, e-mail yang bernada kebencian dan sebagiannya.
Pada awalnya Yeri tidak memedulikan hal itu, tetapi sedikit demi sedikit Yeri mulai terganggu dan mencoba membalas e-mail itu dan menanyakan alasan mengapa mereka melakukan itu padanya, tetapi hal itu malah semakin memperburuk keadaan. Yeri menundukkan kepala dan aku dapat melihat bahunya bergetar.

"-ku pikir jika aku... –bih kuat aku... –pat menghentikan ... –ni semua," kalimat Yeri timbul tenggelam karena isak tangis.

Aku memeluk Yeri, mencoba memberikannya sedikit kekuatan.

"Yeri," kataku lembut. "Kau tahu bahwa Jungkook itu termasuk orang yang tidak pernah membicarakan kekhawatirannya dengan orang lain. Tapi jika putus bukan solusinya, maka kau harus membicarakan ini dengan Jungkook."

Dan Yeri menyetujuinya.

Ketika semester genap dimulai, gangguan yang biasa diterima oleh Yeri juga semakin berkurang setelah Yeri berbicara dengan Jungkook, walaupun sesekali ia masih menerima e-mail dan tindakan tidak menyenangkan.

Hari itu Yeri membawa sebatang coklat, katanya sih pemberian Jungkook tadi pagi. "Toblerone" katanya memamerkan sebatang coklat putih dihadapanku, lalu ia merobek karton putih dan memberikan separuhnya padaku.

"Tumben nih," aku meraih batangan coklat itu dan memasukkannya kedalam mulut. "Ada berita baik?"

Sebuah pulpen di goyang-goyangkan dihadapanku, senyum Yeri mengembang dengan sempurna. Dia terkekeh beberapa kali sebelum menjawah, "hadiah peringatan hari jadi ke-100."

"Yeri-ah, Selamat!" aku bertepuk tangan, "aku mendoakan kebahagianmu."

Yeri mengangguk beberapa kali sebelum kami lanjut menikmati coklat yang tersisa. "Lalu bagaimana hubunganmu dengan Jinhwan-sunbaenim?"

Siapakah? • Red VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang