EMPAT

6.6K 475 5
                                    

Kebiasaan baru Jena setiap pagi adalah menyiapkan bekal makan siang untuk suaminya. Arvin sudah mendapatkan pekerjaan sejak sebulan yang lalu. Walau hanya sebagai pelayan kafe, tapi Jena dan Arvin tetap mensyukuri gaji yang diterima Arvin dari pekerjaannya itu.

Dan untuk mengurangi pengeluaran mereka, Arvin memilih memakan makan siang yang dibuatkan Jena untuknya setiap hari. Walau ketika dimakan, masakan Jena sudah dingin, tapi Arvin tetap menghabiskannya.

"Eh.. Neng Jena. Mau berangkat kuliah, Neng?" tanya Bu Nini, salah seorang tetangga Jena.

"Iya, Bu," jawab Jena sambil tersenyum hangat.

Tak lama Arvin pun keluar dari rumah mereka. Mengunci rumah lalu berpamitan pada tetangga mereka untuk berangkat ke kampus bersama.

"Salut sama mereka ya, Bu. Jarang banget anak muda zaman sekarang yang mau nikah muda kayak mereka. Kalaupun nikah muda, alasannya ya pasti karena udah melendung duluan," kata Bu Nini.

Diawal kepindahan Jena dan Arvin ke rumah kontrakan tersebut, mereka memang menjadi bahan gosip untuk ibu-ibu di sekitar mereka. Apalagi kalau bukan karena usia keduanya yang terlalu muda untuk menikah. Mereka mengira Jena dan Arvin menikah karena Jena sudah hamil duluan. Tapi setelah hampir dua bulan menikah, postur tubuh Jena tidak mengalami perubahan apapun. Dan ibu-ibu tukang gosip tersebut yakin kalau Jena tidak hamil duluan sebelum menikah. Justru Jena dan Arvin menikah muda untuk menghindari terjadinya hal tersebut.

***

Jena termasuk salah satu mahasiswi tercantik di kampusnya. Tak sedikit kaum adam yang berniat mendekati salah satu primadona kampus tersebut. Tapi niat tinggallah niat. Karena seantero kampus pun tahu kalau Jena sudah menikah dengan lelaki pujaannya, Arvinza Rahardian.

Jena dan Arvin memang tidak mengambil jurusan yang sama di kampus. Tapi tetap saja mereka kuliah di kampus yang sama. Dan setiap ada kesempatan, mereka pasti akan bertemu untuk melepas rindu. Itulah yang dikatakan Arvin saat Jena menanyakan kenapa Jena harus bertemu Arvin di jam istirahat.

"Kamu pulang malam lagi, Ar?" tanya Jena lesu.

Saat ini mereka sudah berada di depan rumah kontrakan mereka. Namun sebelum turun dari mobil, Jena menanyakan hal tersebut.

"Aku kan kerja, Yank. Lumayan uangnya. Bisa beli tas baru untuk kamu," jawab Arvin santai.

"Aku nggak butuh tas baru, Ar. Aku butuhnya kamu."

"Hara Sayang.. Cuma sampe besok kok. Ntar kalau si Kamal udah masuk, aku nggak bakal kerja sampe malam lagi kayak gini."

Sudah dua hari ini Arvin bekerja sampai malam hari, menggantikan teman kerjanya yang harus cuti karena ada keluarganya yang meninggal dunia.

"Tapi kamu kan capek, Ar. Kamu juga butuh istirahat."

"Aku nggak papa, Hara. Trust me."

Hara menganggukkan kepalanya. Lalu turun dari mobil setelah mendapat sebuah kecupan singkat dari suaminya itu.

"Udah pulang, Neng Jena?" tanya Bu Nini.

"Iya, Bu. Tasya-nya udah pulang juga, Bu? Suruh langsung ke rumah Jena aja ya, Bu."

"Iya, Neng Jena."

Seperti janji Jena pada Arvin. Jena juga akan bekerja jika Arvin bekerja. Dan Jena juga tidak mengambil pekerjaan yang harus memforsir tenaganya. Jadi Jena memilih mengajar les privat di rumahnya.

Tidak banyak memang murid yang Jena ajar. Hanya tiga orang dengan upah dua ratus lima puluh ribu perbulannya. Lumayan lah, Jena tak harus mengusik uang pemberian Arvin jika Jena kepengen makan sesuatu. Jadi, Jena punya penghasilan sendiri, walau tidak terlalu besar.

Kamu di Hatiku SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang