Rasi'1

3.6K 138 32
                                    

=Rasi'1=

"SMA gue lagi cuy!"

"Tepat sasaran!"

"Shinta memang yang terbaik."

Begitulah kira-kira komentar para suporter plus fans Shinta yang mengikutinya sampai ke sini, tempat pertandingan panah tingkat Nasional yang diadakan di Bandung.

Sorak sorai terdengar semakin riuh karena wakil dari SMA Pradipta, Ashinta Almabrata memenangkan perlombaan panahan tingkat Nasional yang diikuti berbagai sekolah Negeri maupun Swasta di Indonesia.

Memang bukan hal yang biasa lagi jika Shinta memenangkan pertandingan seperti ini.

Puluhan piala dan piagam memenuhi almari kaca di ruang tamu rumahnya. Bakat memanahnya sudah muncul sejak Shinta SD dan sampai sekarang terus meningkat pesat.

Karena Shinta sudah menjadi juara Nasional,  maka dia akan membawa nama Indonesia untuk perlombaan panahan di Rusia.

Tepatnya satu bulan dari sekarang.

Jauh dari tempat Shinta berdiri sekarang, Angkasa berjalan beriringan dengan Matahari. Kembar fraternal itu terlihat ngedumel karena harus berdesakan dengan penonton yang sudah mulai bubar.

"Hei Shin, congrats ya." Matahari langsung saja cipika-cipiki dengan Shinta.

Oh iya, jangan kira Shinta senang dengan perlakuan seperti ini. Shinta jauh lebih senang berjabat tangan atau sejenisnya daripada cium pipi kanan kiri seperti ibu-ibu arisan yang namanya baru aja keluar dari botol.

"Udah ah Ta," kata Shinta seraya menjauh dari Matahari.

"Selamat ya Shin." Angkasa mengulum senyum sejuta gulali yang membuat para cewek meleleh.

"Yoi Ka."

Kepala Shinta mengintip ke belakang kedua kakak adik itu. "Rama mana?"

"Telat," jawab mereka kompak.

"Kalian berdua emang kompak dari sananya kali ya," Shinta terkekeh.

"Siapa yang cari gue?" Tiba-tiba saja Rama dengan peluh yang masih menempel di keningnya.

Matahari maju dan menyerahkan sapu tangan kuning miliknya. "Jorok banget sih." Kemudian dia mengelap peluh Rama.

"Tumben lo telat? Abis ngapain? Fangirling sama cewek-cewek yang cantik, seksi?" tanya Shinta ketus.

Angkasa mulai membaca gelagat yang tidak beres di sini.

"Eitss, sebelum ada perang dunia kelima ..."

"Kedua, ketiga, sama keempatnya mana? Hobi banget sih lo ngilangin angka. Nama lo aja Angka," sela Matahari.

"Bhaahaha, dihina adik sendiri. Sakit hayati bang," ujar Rama dramatis.

"Sebelum ada keributan, lebih  baik kita makan. Setuju?"

"Setuju!"

"Banget. Gue laper juga." Shinta mengusap perutnya yang kempes.

"Yuk!" Seperti biasa, Rama berada di tengah-tengah Matahari dan Shinta saat berjalan beriringan. Sedangkan Angkasa, dia berjalan di belakangnya dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana.

Gaya dan penampilan Angkasa memang cool, tidak perlu diragukan lagi.

Sangat beda dengan Rama yang lebih santai dan jayus.

"Gue bilang apa Shin, bagaimanapun keadaannya, yang asik yang menang," kata Matahari sambil melirik ke belakang, tepat pada kakaknya yang sedang berjalan.

RASI (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang