OXYTOCIN

1.2K 118 3
                                    

Setiap pukul 10 malam, satu menit sebelum cafe ku tutup. Kau datang dengan senyuman, membuatku terjatuh akan pesona mu.
.
.
.
All is chanyeol side


Seoul,
09:59 KST

Aku merenggangkan lenganku yang terasa pegal dan sedikit kram. Seharian ini aku harus melayani pelanggan yang sepertinya lebih banyak dari kemarin. Cuaca kota seoul yang dingin akibat musim penghujan membuat beberapa orang membeli coffee hangat guna menghangatkan badan.

Tringg.

Aku menoleh begitu bel dipintu masuk cafe ku berbunyi, dan aku langsung mendapati seorang namja manis yang nampak sedikit basah dan terlihat tengah terisak. Dia menangis. Dan entah karna apa, aku mendekatinya menuntunya ke sebuah bangku dan mulai berlari ke meja paintry untuk membuatkan namja manis itu secangkir latte hangat.

"aku tidak tau kau menyukai latte atau tidak tapi menurutku itu sangat pas untuk seseorang yang tengah, sedih" cekatku dengan sedikit memelan dibagian kata 'sedih'.aku mendongak, menatap wajahnya yang memerah karna mulai menghangat.

Ia menaruh cangkir coffee dengan raut wajah gugup. Ia sudah berhenti menangis dan aku tetap menatapnya kagum. Surai brunette yang dipadu mata sipit dengan hidung bangir serta bibir mungil membuatku enggan bahkan menolak untuk tidak menatapnya. Sedangkan ia terlihat semakin gugup begitu aku memperhatikannya.

"ehkm, maafkan aku tuan barista, aku datang ke cafe mu yang jelas-jelas sudah tutup -" ia menatapku, menatap tepat dimataku. "-dan terimakasih karna sudah membuatkan ku coffee yang sangat lezat ini. Kau hebat tuan barista"

Aku tersenyum. Mendengar lantunan suaranya yang terdengar sangat lembut itu membuatku berada di awang pikiranku. Aku jatuh cinta, kepada namja manis yang bahkan baru kukenal selama 15 menit.

"ah tidak apa, lagipula cafe ini belum tutup. Kau mau aku buatkan lagi? "

Ia menggeleng cepat. "tidak usah, aku sudah ingin pergi. Oh, jadi berapa satu cangkir ini? "

Aku menggeleng cepat."harga satu cangkir ini setara dengan namamu manis, jadi siapa namamu? "

Dia nampak merona. Membuatku tak kuasa untuk menahan senyumanku.

"byun baekhyun. Dan, nama tuan barista sendiri? "

Aku tersenyum. "park chanyeol, kau bisa memanggilku chanyeol -" ia hanya terdiam sambil sesekali memainkan cangkir kosong nya membuatku geram akan kegemasan namja ini. "-jadi, apa kau mau berbagi cerita tentang sebab kenapa kau menangis tadi? "

Senyuman baekhyun menghilang. Membuatku membeku dan meruntuki diriku yang begitu terburu-buru dengan masalah namja manis ini. Aku meruntuki penuh mulutku. Tapi begitu baekhyun tersenyum kembali, aku merasa sedih. Karna baekhyun tersenyum dengan sedih.

"aku harap tuan barista tidak mau menjauhi ku begitu kau tau apa masalahku. -" aku mengangguk dan ia tersenyum "-aku, mempunyai kelainan pada indra pengecapku, dan aku tidak bisa merasakan apapun yang menyentuh lidahku. Termasuk coffee buatanmu tadi, chanyeol-ah"

Dia kembali menangis sesegukan. Membuatku yang entah kenapa langsung menariknya, merengkuh tubuh rapuh itu kedalam pelukanku. Aku terdiam. Melihat dalam namja manis yang masih sesegukan didepanku. Dan seketika aku tersadar jika,

Aku mencintainya.

*******
Malam kedua setelah kedatangan dirinya.

Aku mulai beracik secangkir ekspresso untuk diriku guna menghangatkan badan. Ini sudah tepat pukul 10 malam, tapi namja manis itu tidak datang membuatku terenyuh mendesih kecewa. Dan dengan langkah gontai, aku mulai berjalan keluar untuk mengganti papan open menjadi closed .

Chanbaek Fanfic Collection. Where stories live. Discover now