"Nee, boleh aku pinjam bukumu, Kagami?"
"Uwaaaaaaa! (Name), sejak kapan kamu disitu?!"
"Sejak kamu menyadari aku."
Itulah aku, yang memiliki keberadaan hawa tipis seperti Tetsuya-kun, sepupuku. Entah karena tertular atau dari sejak lahir, semua orang selalu tidak menyadari keberadaanku, sama persis seperti Tetsuya-kun.
Aku bersekolah di Seirin, sekolah yang baru berdiri selama setahun. Aku juga sekelas dengan Tetsuya-kun dan seorang pemuda berambut merah bergradasi hitam, Kagami Taiga. Aku juga manager di Klub Basket Seirin. Para senpai terkejut begitu aku mengatakan kalau aku adalah sepupunya Tetsuya-kun. Biar fisik berbeda, gitu-gitu aku masih saudaranya dia, lho.
"(Name)-chan."
Aku berhenti mengerjakan PR Matematika-ku ketika Tetsuya-kun memanggilku. Aku melirik kepadanya."Winter Cup sebentar lagi dimulai, sebaiknya kamu harus menjaga kesehatanmu."
Hadeeeeh ... Tetsuya-kun, kau masih sempat-sempatnya mengkhawatirkanku. Yah, aku serumah dengannya. Aslinya aku tinggal di Saitama, tetapi berhubung aku mau sekolah di Tokyo, ibuku memutuskan untuk menempatkan aku di rumah bibi yang merupakan ibunya Tetsuya-kun sekaligus kakak kandungnya ibuku. Beruntungnya lagi, letak sekolah Seirin dengan rumah Shiina-basan (panggilanku untuk dia) tidak terlalu jauh, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk bangun terlalu pagi. Apalagi, stasiun disitu juga lumayan dekat dengan Seirin. Sungguh beruntung aku memilih sekolah yang tepat.
Sepulang sekolah, aku, Tetsuya-kun, dan Kagami pergi ke gymnasium dan kami bertemu dengan para senpai disana. Seperti biasa, suara decitan sepatu yang terdengar disana menyambut kami bertiga, dan aku melihat Riko-senpai menghampiri kami. Kenapa dia memasang muka begitu, ya?
"Osoi na, omaetachi! (Kalian terlambat!) Dari tadi kemana saja, sih?!" katanya dengan muka sangar. Salahkan Kagami yang malah mengajak aku dan Tetsuya-kun untuk pergi beli roti, padahal sudah tahu kalau marahnya Riko-senpai nggak main-main.
Aku dan Tetsuya-kun menunjuk Kagami dengan watados. Yang ditunjuk malah bilang "Oi!" tetapi kami tidak menghiraukannya.
"Huh ... Sudahlah, lagian Kagami-kun masih dalam kondisi pemulihan. Kuroko-kun dan (Name)-chan pergi latihan sekarang juga."
"Hai'." (Iya.) ujar kami berdua, tumben Riko-senpai baik.
Sebenarnya, sejak kekalahan kami melawan Tōō - apalagi ada teman sekaligus mantan cahayanya Tetsuya-kun - Kagami terus melakukan latihan tangan kirinya. Apalagi, kondisi kaki Kagami mengalami keseleo akibat pertandingan melawan Shuutoku di Inter-high. Sekarang ini masih dalam keadaan pemulihan.
Setelah latihan, kami semua istirahat selama 30 menit. Riko-senpai memberitahu sesuatu kepada kami. "Minna, (Semuanya,) karena kita akan memasuki Winter Cup di bulan depan, untuk sementara ini kita libur dari latihan dulu."
"Hah?! Kenapa bisa begitu?!" Hyuuga-senpai kelihatan terkejut.
"Aku tahu stamina kalian masih banyak yang kurang. Maka dari itu, istirahat adalah yang paling tepat untuk kalian. Lagipula, besok kan libur sekolah. Tapi besok kita masih harus latihan. Kalian semua kumpul disini jam 6 pagi."
Hah? Jam 6 pagi? Apa nggak kepagian, tuh?
"Kalau kalian terlambat, aku jaminkan kalian tidak akan bisa menghirup udara selamanya."
Kretek!
Itulah suara yang dapat kami dengar sekarang, ditambah aku melihat ada aura kegelapan yang menguar di sekujur tubuh Riko-senpai. Jujur saja, Riko-senpai itu hontou ni kowai. (Benar-benar menakutkan.)
Keesokan harinya ....
Rasa kantuk masih saja menyerangku. Gara-gara peringatan Riko-senpai, aku sampai nggak bisa tidur. Untung saja Tetsuya-kun menyemburkan air ke aku, jadinya aku bisa melek sekarang. Kuperhatikan pemuda yang ada disamping kiriku, tampangnya benar-benar mirip Zombie sekarang.
"Semalam kau nggak tidur, Kagami?" tanyaku kepadanya.
"Uruse yo." (Diam kau.) Ah, ternyata dia lagi nggak mood bicara.
Beberapa menit kemudian, akhirnya pelatih kami yang menakutkan level iblis datang dengan senyuman manisnya yang bagi kami adalah sebuah peringatan. Aku sendiri mulai merasakan firasat buruk.
"Karena kalian sudah datang tepat waktu, maka aku akan memberitahukan latihan kalian. Lari keliling lapangan sebanyak 200 putaran, lalu lakukan push-up sebanyak 100 kali. Setelah itu, Sit-up sebanyak 90 kali. Terakhir, lakukan tanding senpai vs kouhai."
... Firasat buruk itu berubah menjadi kenyataan.
-Skip-Kupandang mereka yang kelelahan karena jigoku no renshuu (Latihan neraka) tersebut. Apa kalian mengira aku nggak kelelahan? Tentu saja aku juga kelelahan. Menganalisis dan mendata mereka bukanlah pekerjaan gampang yang kalian kira. Itu membutuhkan konsentrasi tinggi dan harus menganalisisnya secara tepat.
Aku melihat jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 9 kurang 45 menit. Sudah terasa, perutku mulai keroncongan.
"Baiklah, latihan kalian sudah selesai! Karena kalian sudah bekerja keras, maka aku akan mengajak kalian makan di luar. Apa kalian mau?"
Oh, Riko-senpai. Terima kasih sudah mau mengajak kami. Kau tahu saja kalau kami kelaparan.
-Skip-
Kuperhatikan Kagami yang sedang melatih tangan kirinya. Ia mencoba untuk memegang sumpit dengan tangan kiri dan mengambil brokoli. Namun sepertinya, ia terus gagal. Apalagi brokoli yang kedua malah didapatkan oleh Nigou yang ada di tasnya Tetsuya-kun. Ngomong-ngomong, buat apa Tetsuya-kun bawa Nigou?
Furihata-kun sempat memperlihatkan sebuah brosur yang bertuliskan Street Basketball, kelihatannya menarik. Riko-senpai sempat melarang, namun Kiyoshi-senpai mendukung hal tersebut. Furihata-kun sempat menawarku untuk mengikutinya juga, tetapi aku menolak.
"Aku kelelahan, biarkan aku istirahat dulu di rumah." itulah alasanku.
Sepertinya, Winter Cup akan segera tiba.
To be continued ....
Halooo, semuanya! (^0^)/ Ini adalah cerita pertamaku. Mungkin pertemuan antara reader dan Akashi masih lama, tapi Chisaki akan membuat pertemuan mereka secepatnya! :3 Mohon reviewnya, ya? Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
Salam, Minamoto Chisaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Around Him [Akashi x Reader]
RomanceKamu adalah sepupu kandungnya Kuroko Tetsuya yang satu sekolah dengannya. Ketika akan mengikuti Winter Cup, kamu bertemu seorang pemuda berambut crimson yang memiliki tatapan intimidasi. Pemuda itu seakan memerhatikan dirimu dimana saja. Apakah kamu...