Hari ini turun hujan, aku berpikir apa yang sedang Tetsuya-kun lakukan sekarang. Untung saja aku ada di rumah. Kuperhatikan kembali data-data yang kemarin lusa saat latihan pagi hari itu. Ah, sou ka ... (Iya ...) Kemarin Riko-senpai memberikanku sebuah copy formulir yang berisikan tentang kemenangan di Inter-High bulan yang lalu. Kupandang formulir itu dan aku sedikit terkejut.
Tōō berada di posisi kedua, dibawah Tōō ada nama Yosen yang menjadi juara ketiga. Berbicara tentang Yosen, kok aku jadi teringat ya pas setelah menonton pertandingan Kaijo vs Tōō di semifinal aku melihat seorang pemuda memakai seragam bertuliskan Yosen di belakangnya? Hanya saja ... Aku tak begitu mengingat orangnya. Kuperhatikan lagi formulir itu, diatas Tōō, ada nama Rakuzan.
"Rakuzan ya ...?"
Riko-senpai mengatakan kalau Rakuzan adalah SMA dengan tim basket terkuat di Kyoto. Kabarnya lagi, disana ada teman lama Tetsuya-kun yang bernama Akashi Seijuuro.
"Akashi Seijuuro ... Mantan kaptennya SMP Teiko dan Kiseki no Sedai, ya?"
Aku pernah melihat tampangnya di majalah olahraga. Tak begitu buruk, tetapi tatapannya begitu mengintimidasi. Aku pernah bertanya itu kepada Tetsuya-kun tetapi dia tidak mau mengatakannya. Apa mereka punya masalah?
"(Name)-chan! Bisa bantu Bibi memasak?"
Terdengar panggilan Shiina-basan dari bawah, aku membereskan mejaku lalu pergi ke dapur. Terlihat Shiina-basan sedang memotong sayuran.
"Nanika o-tetsudaimasu ka, Shiina-basan?" (Ada yang bisa aku bantu, Shiina-basan?) tanyaku.
"Iya, tolong kamu masukkan bahan-bahan itu ke dalam panci, aku yakin Tetsu-chan kelaparan karena melakukan pertandingan basket jalanan."
Aku mengangguk lalu segera memasukkan bahan-bahan ke dalam panci. Aroma sedap mulai menyebar di dapur. Tak berselang lama, aku mendengar suara derapan kaki yang tak lain berasal dari nenekku dan Tetsuya-kun, Kuroko Hanae.
"Sedang membantu Bibi-mu ya, (Name)-chan?" tanyanya dengan senyuman lembut seperti biasa.
"Iya." jawabku dengan senyuman juga.
Hanae-baachan adalah ibu kandung dari paman dan ayahku, Kuroko Takuya dan Kenji. Hanya saja, ayah memutuskan untuk mengikuti nama marga ibuku, jadi yah ... Begitulah.
"Tetsu-kun belum pulang, ya? Padahal hujannya sudah reda."
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Tetsuya-kun lagi ngapain, ya? Apa dia lagi asyik sama teman-temannya?
Cklek!
"Tadaima." (Aku pulang.)
Nah, itu suaranya Tetsuya-kun.
"Okaerinasai, Tetsu-kun/Tetsuya-kun." (Selamat datang kembali, Tetsu-kun/Tetsuya-kun.) jawabku dan Hanae-baachan bersamaan.
"Are? (Lho?) Okaa-san masak apa?"
"Dia masak sup dan Karaage. Mendingan kamu makan dulu, aku yakin kamu pasti kelaparan." ujarku sambil mendorong Tetsuya-kun.
"Demo ... Boku onaka ga tsuiteinai." (Tapi ... Aku tidak lapar.)
"Hei, sebentar lagi Winter Cup! Kau mau kalau kau sakit? Entar kamu nggak bisa main, lho!"
Aku ingat, waktu aku main sama Tetsuya-kun pas kelas 5 SD, dia mengajakku main kejar-kejaran di taman bermain. Shiina-basan sempat melarang, namun Tetsuya-kun ngotot ingin main kejar-kejaran. Pada akhirnya, Tetsuya-kun pingsan dan mendadak sakit demam. Ah ... Kenangan yang sungguh memilukan.
"Tadi gimana? Basket jalanannya?"
"Ah ... Itu ...."
Eh? Kok wajahnya Tetsuya-kun tiba-tiba menjadi serius?
"Aku bertemu Murasakibara-kun disana."
Murasaki ... Bara? Masaka, (Tidak mungkin,) Center Kiseki no Sedai yang itu?!
"Sikapnya masih tidak berubah, sepertinya dia masih meremehkan basket."
Aku ingat, waktu aku masih di Saitama, Tetsuya-kun menceritakan perubahan teman-temannya saat dia masih duduk di kelas 3 SMP. Dimulai dari Aomine Daiki, mantan cahaya Tetsuya-kun, yang perlahan mulai tidak mau latihan lagi. Aku masih ingat ketika pertandingan Tōō vs Seirin dia mengatakan 'Yang bisa mengalahkan diriku hanyalah diriku sendiri'. Sungguh, aku ingin sekali menarik katanya tersebut. Kemudian Kise Ryouta, temannya Tetsuya-kun yang cerewetnya minta disumpel pakai kaos kaki yang nggak dicuci selama seminggu, dia berasa mulai jauh dari Tetsuya-kun dan selalu one-on-one bersama Aomine.
Yang ketiga adalah Midorima Shintarou, dia masih mau mengikuti latihan namun prinsipnya masih tidak berubah, yakni 'kemenangan adalah segalanya'. Ia juga menganggap kalau Tetsuya-kun itu lemah. Pingin sekali rasanya aku hajar laki-laki penggila Aho-Asa (Kebalikannya Oha-Asa) itu dan menarik kata yang sangat arogan tersebut! Tapi toh ... Dia sudah dikalahkan sama kami. Kemudian yang keempat, namanya Murasakibara Atsushi. Aku belum pernah bertemu dengannya, tapi Tetsuya-kun bilang ia berbadan jangkung dan seorang penggila snack. Sama seperti Aomine, ia mulai malas latihan.
Sayangnya, ia tidak menceritakan semuanya secara lengkap. Hanya satu orang saja yang tidak ia ceritakan, yaitu Akashi Seijuuro. Apa alasan Tetsuya-kun tidak mau menceritakannya? Sampai sekarang pun, ia tidak mau menceritakannya.
"(Name)-chan, kenapa melamun?"
Aku tersadar begitu Shiina-basan menegurku yang sedang cuci piring. Aku tersenyum canggung. "A-ahaha ... N-nandemonai." (T-tidak ada apa-apa.)
Aku ingin tahu, seperti apa sifat dari Akashi Seijuuro. Apa kami akan bertemu di Winter Cup?
To be continued ....
Oke, ini masih chapter awal sebelum bertemu Akashi. (-_-) Tapi semakin lama kalian mengikuti kisahnya, semakin sang reader akan bertemu Akashi. Sampai jumpa di chapter berikutnya!
Salam, Minamoto Chisaki
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Around Him [Akashi x Reader]
RomanceKamu adalah sepupu kandungnya Kuroko Tetsuya yang satu sekolah dengannya. Ketika akan mengikuti Winter Cup, kamu bertemu seorang pemuda berambut crimson yang memiliki tatapan intimidasi. Pemuda itu seakan memerhatikan dirimu dimana saja. Apakah kamu...